Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Di Balik Kata Tidak!

27 Juni 2013   04:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:22 144 0
Saat disederhanakan, marketer hanya

punya kemungkinan jawaban: Ya,

atau tidak!

Menurut buku negosisasi yang sedang

saya pelajari,  waktu kata "tidak"

didapat, itu tidak berarti penolakan,

melainkan pembuka komunikasi.

Marketerlah yang memiliki kesempatan untuk

mengubahnya menjadi peluang dan kuntungan.

Muslim akan ingat Al-Insyirah (Q.S ke -94

ayat 5-6), "Maka sesungguhnya di balik

kesulitan itu ada kemudahan".

Kata "tidak", mesti  diperlakukan sebagai

pembuka bukan penolakan, yang akan

diikuti kata "ya" sebagai persetujuan.

Kendala ditemui saat marketer segera

memblow-up eksistensi kata tidak

sebagai penolakan.

Ibu muda yang peroleh kata "tidak" dari

anak, buru-buru mengatakan, "sudah

dicoba segala cara, anak saya tetap tidak mau

makan sayur".  Kalau Ibu muda itu

mau sedikit bersabar, pikirkan berapa

cara makanyang sudah dicoba.

Apakah semu cara makan sudah dicoba?"

Kalau kita evaluasi, ternyata Ibu muda itu

baru mencoba dua cara makan, tapi dia blow-up

menjadi semua cara makan. Hati-hati,

perlahan saja untuk untuk menemukan

kebenaran.

Begiu pula marketer. Kadang terlalu cepat sampai ke

kesimpulan ketika baru saja mendapat kata "tidak".

Dia segera simpulkan, saya memang

tidak punya talenta untuk menjadi penjual.

Padahal tindakan marketing belum tuntas diusahakan.

Belum saatnya marketer tersebut sampai ke kesimpulan.

Bersabarlah untuk menjadi marketer jempolan

perlu menggali kata "ya" (persetujuan), di balik

kata "tidak".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun