Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

"Dasar Filosofis Evaluasi"

14 Juni 2011   16:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:31 1049 0
Secara filosofis evaluasi merupakan sebuah upaya untuk memberikan penilaian terhadap sebuah proses yang telah dilalui guna mengukur sejauh mana proses telah berjalan menuju capaian-capaian yang diharapkan sekaligus mendapatkan gambaran indikator yang mendukung serta menghambat capaian tersebut.Dari situ diharapkan kita mampu memunculkan format dan strategi yang untuk mengatasi problem atau lebih meningkatkan capaian untuk menjadi lebih baik.Maka yang diperlukan disini adalah proses evaluasi harus berjalan normal dengan alur yang benar tanpa intervensi untuk tujuan-tujuan sesaat yang bersifat akan mengaburkan proses hasil evaluasi tersebut serta harus dilaksanakan dengan penuh kejujuran tanpa perekayasaan.

Jika proses evaluasi itu mampu menjiwai dasar filosofis tersebut maka grafiknya akan mempunyai kecendrungan menuju perbaikan,"karena ada penyadaran atas kegagalan pencapaian dari penerapan aspek pelaksanaan yang kurang mencapai yang dengan sadar diketahui penyebabnya dan diantisipasi dengan kerja-kerja perbaikan dengan usaha yang lebih giat dan tepat dengan penerapan konsep terhadap aplikasi sistem yang terukur.

Masalahnya adalah nilai dasar dari proses evaluasi sering dimaknai keliru dan salah:

1.Sering kali orang atau institusi atau lembaga sangat ketakutan ketika menghadapi evaluasi,ini menggambarkan ketidaksiapan atas usaha dari proses yang dilalui tidak dengan sungguh-sungguh dan pemahaman yang keliru tentang evaluasi.

2.Tolok ukur evaluasi sering dijadikan nilai reveransi untuk menggambarkan hasil terhadap persepsi dari luar bukan dikembalikan kepada kepentingan evaluasi itu sendiri yaitu objek yang dievaluasi,sehingga yang terjadi salah dalam memberi appresiasi terhadap keberhasilan yang cendrung tidak mendidik dan bersifat sementara.

3.Evaluasi tidak dimaknai sebagai pembentukkan karakter dasar yang harus tumbuh dengan normal tanpa bias kepentingan dan rekayasa berupa dokumen-dokumen penilaian yang sering kali menjadi acuan pihak luar bukan kepada objek yang sesungguhnya.

Kita ambil contoh di bidang pendidikan:

Evaluasi harus dimaknai untuk memberikan gambaran real dan benar tentang keberhasilan sebuah institusi pendidikan dengan seluruh komponen yang ada didalamnya:

1.Bagaiman evaluasi menjadi gambaran real secara benar terhadap kemampuan guru dalam menguasai metodelogi pengajaran dan mentransformasikan penguasaan materi ajar kepada anak didik.

2.Evaluasi bagi anak didik untuk mengukur sejauh mana proses belajar mengajar mampu memberikan aspek kognitif ,afektik,knowlage melalui transformasi pengetahuan,nilai,budi pekerti dari pendidik.

Ketika evaluasi yang terukur itu berjalan normal dan secara jujur melalui proses yang benar tanpa bias maka ada nilai yang terukur dari manifestasi kognitif,afektif dan knowlage yang seharusnya tidak harus dipaksakan untuk menjadi baik dengan proses yang salah,tapi menjadi baik capaiannya melalui proses terus menerus melalui penyempurnaan-penyempurnaan dari semua aspek pendidikan tersebut dengan komponen pendukungnya:Instusisi pendidikan,Guru,anak didik ,orang tua didik dan komite sekolah harus mengarah persepsi dan pemahaman yang mengarah pada pencapaian yang sesungguhnya.

Jadi tidak yang perlu dikhawatirkan ,kalau memang saatnya sudah layak untuk diberi apresiasi untuk dinyatakan lulus dengan proses capaian yang diharapkan maka boleh dikatakan keberhasilan itu adalah sebuah keberhasilan yang kompleks.Ketika beluk saatnya untuk diapresiasi lulus dengan kelayakannya maka itu dimaknai sebuah penundaan keberhasilan instusi pendidikan untuk menuju keberhasilan yang sesunguhnya tinggal masalah waktu,"maka lebih baik menunda daripada mendapati kegagalan yang maha dahsat kedepannya bagi institusi itu sendiri,orang tua dan anak didik.

Jadi pemaknaan ini harus dipahami oleh pemerintah dan penyelenggara pendidikan dan orang tua murid dengan kerjasama yang sinergis demi masa depan anak didik dan masa depan bangsa.

Maka pemerintah harus berupaya untuk membebaskan biaya pendidikan agar proses itu tidak dimaknai membebeni orang tua didik karena kegagalan dimaknai pemborosan dan pembebanan biaya tambahan bagi orang tua,"serta institusi tidak terbebani dengan target pencitraan keberhasilan yang dipaksakan.

Demikian tulisan singkat ini semoga kasus yang melanda dunia pendidikan ketika menghadapi UN tidak membunuh nilai-nilai filosofis pendidikan bagi anak-anak kita.

Salam Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun