Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Manchester United, Maju Dua Langkah, Mundur Banyak Langkah

15 April 2024   07:50 Diperbarui: 15 April 2024   07:53 81 4
Judul di atas mungkin terdengar agak konyol, tapi cukup menggambarkan bagaimana performa Manchester United, khususnya dalam 7 pertandingan terakhir.

Seperti diketahui, tim asuhan Erik Ten Hag membuat dua langkah maju, dengan melangkah ke babak semifinal Piala FA, dengan mengalahkan Liverpool 4-3 di Old Trafford, dan menghambat langkah Liverpool di pacuan juara Liga Inggris musim 2023-2024, setelah bermain imbang 2-2, juga di Old Trafford.

Tapi, dua langkah maju ini malah diikuti dengan beberapa langkah mundur, menyusul beberapa hasil negatif pada periode yang sama. Kekalahan melawan Chelsea dan Manchester City, ditambah hasil imbang melawan Bournemouth dan Brentford di Liga Inggris hanya ditambal dengan kemenangan 2-0 atas Everton.

Apa boleh buat, langkah Setan Merah di Liga Inggris terlihat berat. Jangankan berpacu di pacuan juara liga, mengejar tiket lolos ke Liga Champions saja sulit.

Dalam beberapa kesempatan, sebenarnya Bruno Fernandes dkk bisa membuat beberapa momen dramatis, bahkan membuat Manchunian tenggelam dalam euforia.

Tapi, euforia ini terkadang terasa toksik, karena membuat situasi berbalik di pertandingan berikutnya. Terbukti, kemenangan 4-3 atas Liverpool di Piala FA lalu disambung dengan hasil imbang 1-1 melawan Brentford dan kekalahan 3-4 dari Chelsea.

Situasi serupa bahkan terjadi lagi ketika sepasang hasil imbang 2-2 atas Liverpool dan Bournemouth datang. Meski skor akhirnya sama persis, situasinya cukup kontras. Dari posisi hampir menang melawan Liverpool ke posisi hampir kalah melawan Bournemouth. Drastis.

Dengan perbedaan seperti itu, ditambah konsep taktik yang kacau dari Erik Ten Hag, wajar kalau United terlihat kacau. Entah bermain menyerang atau bertahan, pertahanan mereka terlihat rapuh.

Sebagai pelatih asal Belanda dan punya pengalaman pernah bekerja bersama Pep Guardiola di Bayern Munich, mungkin Ten Hag punya idealisme sendiri soal permainan sepak bola versinya. Termasuk dalam hal bertahan.

Tapi, ide pelatih gundul ini malah menciptakan situasi aneh. Jika sebuah tim yang bermain menyerang punya pertahanan rapuh, itu wajar, tapi jika tim itu mencoba bermain bertahan dengan pertahanan rapuh, itu kacau.

Makanya, bek atau kiper berprofil sesangar apapun di United terlihat seperti pemain medioker. Andre Onana dan Harry Maguire yang bagus di klub sebelumnya saja, malah populer sebagai bahan meme, akibat performa inkonsisten mereka.

Kekacauan yang ada belakangan juga semakin sempurna, ketika sebagian media di Inggris yang selama ini cenderung cuek pada rival sekota Manchester City mulai berani melontarkan pertanyaan tajam. Seperti yang terjadi pasca laga melawan Bournemouth, akhir pekan lalu.

Tanpa basa-basi, jurnalis langsung menanyakan hal sensitif, yakni soal kemungkinan mencatat rekor finis di posisi terburuk di era modern Liga Inggris.

Pada awalnya, eks pelatih Ajax Amsterdam ini hanya menjawab "No comment", tapi tanpa basa-basi, ia langsung meninggalkan ruang konferensi pers.

Jelas, ada tekanan sangat besar pada sang pelatih, karena timnya mengalami penurunan performa sebegitu parah. Tim yang musim lalu juara Carabao Cup, finalis Piala FA, dan lolos ke Liga Champions terancam finis di papan tengah Liga Inggris musim 2023-2024.

Tapi, situasi yang sejauh ini berkembang menjadi buah dari aneka kekacauan yang sejauh ini terjadi. Metode disiplin yang ternyata berdampak toksik, permasalahan di luar lapangan, dan belanja total ratusan juta pounds yang cenderung flop.

Pada masa lalu, situasi seperti ini juga pernah terjadi di era Louis Van Gaal (2014-2016). Pada musim pertama bersama pelatih asal Belanda itu, United memang lolos ke Liga Champions, setelah belanja jor-joran di musim panas.

Mereka bahkan mendatangkan Angel Di Maria dari Real Madrid sebagai pemain termahal Liga Inggris seharga 59,7 juta pounds, sebelum akhirnya berakhir menjadi salah satu transfer flop terburuk di Liga Inggris.

Tapi, aneka kekacauan yang muncul di musim kedua sang pelatih veteran membuat performa tim anjlok. Meski mampu meraih gelar Piala FA, eks pelatih Timnas Belanda itu tetap dipecat, tak lama setelah pesta juara.

Situasi serupa juga bisa terjadi pada Ten Hag, sekalipun nanti juara Piala FA, karena tim sudah menggelontorkan dana transfer ratusan juta pounds, tapi tetap "konsisten" inkonsisten.

Kebetulan, manajemen klub yang dipimpin Sir Jim Ratcliffe juga sudah mulai bergerilya mencari pelatih baru, dan melirik nama-nama seperti Gary O'Neil (Wolverhampton) dan Thiago Motta (Bologna) yang sedang naik daun.

Dengan 6 pertandingan tersisa dan performa jeblok sejauh ini, rasanya hampir tidak mungkin buat Manchester United untuk finis di posisi empat besar. Mereka bahkan sudah mulai disalip Newcastle United, tim yang sempat diganggu badai cedera dan tersesat di papan tengah Liga Inggris., dalam "perebutan" posisi enam.

Jarak 13 poin dengan Aston Villa di posisi keempat, ditambah pertandingan melawan Arsenal, Newcastle dan Brighton di tiga laga terakhir, situasi tim penghuni Stadion Old Trafford ini jelas sangat rumit.

Jangankan memperbaiki posisi, tidak semakin merosot saja sudah bagus. Disadari atau tidak, ini bisa menjadi satu dekadensi lain yang muncul di Teater Impian, karena terlanjur membiarkan "post power syndrome" ada sejak Sir Alex Ferguson pensiun tahun 2013.

Tragis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun