Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Menikmati "Drama Telenovela" ala CR7 dan Manchester United

14 November 2022   12:21 Diperbarui: 14 November 2022   12:49 407 1
Bicara soal kiprah Cristiano Ronaldo di musim 2022-2023, rasanya tak lepas dari drama. Drama-drama yang ada bahkan terus bersambung, seperti telenovela.

Dimulai dari masa pramusim yang kisruh, karena keinginannya pergi tidak dikabulkan manajemen Manchester United dan tak ada klub yang berminat, kekacauan dan drama seperti jadi nama tengah bintang Portugal itu.

Saat musim bergulir, pelatih Erik Ten Hag lebih sering mencadangkan, atau bahkan tidak menyertakan namanya di bangku cadangan. Kondisi kebugaran yang tidak optimal, akibat bolos dari tur pramusim jadi salah satu faktor kunci.

Padahal, pelatih asal Belanda itu awalnya ingin melibatkan CR7 dalam rencananya. Maklum, ia menjadi satu dari sedikit "mutiara dalam lumpur" dari tim United yang tampil melawak di musim 2021-2022. Seperti diketahui, Ronaldo sukses mencetak 24 gol di musim itu, yang menjadikannya pencetak gol terbanyak klub.

Tapi, obsesi untuk terus bermain di Liga Champions membuat rencana itu buyar. eks pemain Juventus ini bahkan berubah jadi pesakitan, karena performa Si Setan Merah justru terlihat lebih baik tanpa dirinya.

Apa boleh buat, kesempatan bermain rival Lionel Messi ini jadi terbatas. Jangankan jumlah gol, menit bermainnya saja seret.

Jadi, bukan kejutan kalau pemain bernomor punggung 7 ini mulai disorot karena ulahnya. Ini jadi sebuah ironi, karena seorang pemain yang punya gaya hidup sangat sehat secara fisik, justru bermasalah di sikap.

Mulai dari aksi "minggat" dari bench sebelum pertandingan selesai di ajang Liga Inggris, sampai sikap blak-blakan saat diwawancarai jurnalis Piers Morgan baru-baru ini, yang menuai beragam respon, termasuk kritik dari Erik Ten Hag.

Dalam wawancara itu, eks bintang Real Madrid membahas semuanya tanpa tedeng aling-aling. Mulai dari ketidaksukaan kepada sang pelatih, kemandekan di Old Trafford pasca Sir Alex Ferguson pensiun, sampai rasa sakit karena sering jadi kambing hitam.

Memang, dengan 5 trofi Liga Champions, 5 Ballon D'Or, 700 lebih gol, dan aneka trofi atau penghargaan lain sepanjang kariernya, dicap sebagai seorang pesakitan adalah sebuah pengkhianatan. Tapi, jika melihat sikapnya yang sejak awal sudah tidak respek, seharusnya itu sepadan.

Terlepas dari masalah kemandekan di Teater Impian (yang memang nyata adanya) sejak beberapa tahun terakhir, sikap konfrontatif seorang Cristiano Ronaldo justru menunjukkan, inilah satu masalah lain yang tampaknya masih jadi penyakit kronis Manchester United: ego pemain bintang.

Saking peliknya masalah ini, setelah era Fergie tamat, manajer berpengalaman sekelas Louis Van Gaal dan Jose Mourinho saja dicap gagal, meski sama-sama mampu menyumbang trofi. Tantangan ini jelas akan sulit untuk Ten Hag, yang baru menjalani bulan-bulan awal di Inggris.

Menariknya, konfrontasi ini mungkin akan semakin panas, andai Ronaldo mampu bersinar terang di Qatar. Jika terbukti bersinar, Ten Hag mungkin akan "dipaksa" memainkannya lebih sering. Media yang selama ini jadi kompor pun akan terdiam, karena seorang pesakitan bisa bersinar terang di turnamen terbesar.

Jadi, bisa dipastikan, pemain berusia 37 tahun ini akan berusaha tampil semaksimal mungkin bersama Seleccao. Dengan demikian, ada taruhan cukup besar, sebesar harapan publik sepak bola Portugal pada tim nasional mereka.

Tapi, jika pemain kelahiran Madeira ini justru melempem di Piala Dunia 2022, rasanya tidak sulit untuk menyimpulkan, waktunya di MU sudah habis.

Seperti apapun kiprah kapten Timnas Portugal ini di Qatar nanti, sepertinya episode telenovela sang bintang masih akan bergulir panjang. Entah dalam bentuk perang kata-kata (seperti yang sejauh ini ada) atau yang lainnya.

Menarik ditunggu, bagaimana kelanjutan telenovela ini nantinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun