Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Erling Haaland, Terlalu "OP" Buat Liga Inggris?

9 Oktober 2022   20:10 Diperbarui: 9 Oktober 2022   20:19 776 5
Judul di atas adalah satu pertanyaan yang muncul di pikiran saya, dan mungkin sebagian besar penonton Liga Inggris, menyusul performa ngeri Erling Haaland. Maklum, 15 gol dan 3 assist sudah dicetaknya hanya dalam 9 pertandingan Liga Inggris.

Catatan ini jelas terlihat agak muskil di dunia nyata, dan hanya umum ditemui di masa puncak Cristiano Ronaldo-Lionel Messi, level akademi atau di dunia game. Tapi, begitulah performa yang ditampilkan Erling Haaland bersama Manchester City sejauh ini.

Apakah Haaland memang terlalu "Overpower" alias "OP" buat Liga Inggris?

Sebenarnya tidak juga, karena pemain asal Norwegia ini memang terus berkembang secara gradual. Mulai dari di RB Salzburg, Borussia Dortmund, sampai kini di City, kita semua sudah melihat, seberapa jauh progresnya.

Atribut individu yang dimilikinya lengkap: kuat secara fisik, cepat, dan efektif dalam penyelesaian akhir. Istimewanya, atribut ini juga dilengkapi dengan kemampuan adaptasi sangat cepat.

Tidak semua pemain bisa beradaptasi dengan cepat dan langsung bersinar. Ada banyak faktor seperti bahasa, budaya, dan lain-lain yang harus bisa ditangani dengan baik.

Jangan lupa, selain punya kompetisi sepak bola yang keras, Inggris juga punya media yang kata-katanya kadang lebih sadis dari raja tega. Masalah ini jelas hanya bisa diatasi pemain yang benar-benar berkualitas.

Sejauh ini, Haaland sudah membuktikan, dirinya adalah seorang pemain yang benar-benar berkualitas. Persis seperti "hype" yang selama ini tersemat padanya.

Tapi, di luar atributnya sebagai individu, eks pemain Molde ini juga menunjukkan fokus sangat tinggi pada performa dan latihan. Otomatis, drama-drama tak penting, terutama di luar lapangan, relatif sepi.

Situasi semakin sempurna, karena pemain nomor punggung 9 ini diberkahi tim yang secara kualitas tim dan sistem permainan memang sangat cocok dengannya.

Sinergi Haaland dan City mampu menyempurnakan kedua belah pihak. City menemukan sosok ujung tombak ideal sepeninggal Sergio Aguero, sementara Haaland menemukan klub yang ideal untuknya, karena selain punya materi pemain kelas satu, tim ini juga dilatih Pep Guardiola, salah satu pelatih terbaik era kekinian, dengan ambisi yang sangat besar.

Hasilnya, Si Biru Langit yang belakangan sudah dominan di liga, kini makin sulit dibendung. Dulu, tim asuhan Pep Guardiola ini masih bisa dibendung jika lini tengahnya dibuat buntu, tapi kini tidak lagi, karena mereka punya Haaland.

Jika tim lawan terlalu fokus menjaga pemain berusia 22 tahun itu, lini tengah City akan merajalela, tapi jika lini tengah yang dijaga, sang bomber akan leluasa bergerak bebas. Kebetulan, situasi ini terjadi saat Manchester City menghantam Southampton 4-0, Sabtu (8/10) lalu.

Dalam pertandingan itu Kevin De Bruyne dkk mampu memanfaatkan fokus para pemain Soton pada Haaland, dan mampu mencetak tiga gol lewat aksi Riyad Mahrez, Phil Foden dan Joao Cancelo.

Sadar strategi mereka kurang efektif, para pemain The Saints lalu coba meredam kreativitas lini tengah. Sialnya, strategi ini membuat Haaland lepas dan mampu mencetak gol.

Berangkat dari situasi ini, kita bisa melihat, sebuah perpaduan mengerikan dari tim kuat punya sistem paten, dan relatif jarang diganggu masalah cedera, dengan seorang pencetak gol ulung. Kurang lebih seperti Barcelona era Pep Guardiola dulu, yang punya seorang Lionel Messi.

Ketika itu, mereka sulit dibendung, tapi masih bisa dikalahkan, oleh tim yang bermain secara kolektif. Dalam artian, mereka mengacaukan rencana taktik tim, sekaligus membatasi kesempatan Messi menyentuh bola.

Pada awalnya,  strategi ini sukses diterapkan Jose Mourinho di Inter Milan dan Real Madrid, sebelum akhirnya ditiru juga oleh tim lain.

Maka, bukan kejutan kalau suatu saat nanti, tim lawan akan kompak meniru, jika ada tim pertama yang mampu meredam keganasan City dan Haaland.

Boleh dibilang, performa ganas City dan Haaland yang tampak "OP" buat Liga Inggris sejauh ini hadir, karena strategi Pep Guardiola belum ditemukan antitesisnya.

Jika itu muncul, disitulah Manchester City akan menemukan tantangan tersulitnya.

Akankah antitesis itu datang dalam waktu dekat?


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun