Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

"Time Wasting", Sisi Menyebalkan Sepak Bola

17 Juni 2022   15:49 Diperbarui: 17 Juni 2022   15:59 787 3
Dalam olahraga sepak bola, ada banyak hal menarik, yang membuatnya disukai banyak orang. Mulai dari aksi individu, gol cantik, sampai momen dramatis, semuanya tersaji lengkap di lapangan hijau, dan cukup banyak yang jadi momen memorable, sekalipun kejadiannya sudah lewat bertahun-tahun.

Tapi, seperti dua sisi mata uang, sepak bola juga punya momen yang terkadang menyebalkan. Salah satunya adalah momen "time wasting" alias mengulur-ulur waktu.

Sebenarnya, ini adalah satu strategi defensif, dari tim yang ingin coba mempertahankan keunggulan atau ingin mencuri poin di kandang lawan. Biasanya, ini dilakukan di babak kedua, terutama di 15-30 menit terakhir pertandingan.

Tujuannya adalah untuk memperlambat tempo permainan, atau merusak momentum tim yang sedang menyerang. Hanya saja, caranya kadang sangat menjengkelkan.

Ada yang "berakting" seolah cedera parah, supaya ditandu keluar lapangan, tapi kemudian kembali ke lapangan dengan kondisi segar bugar. Ada juga yang sengaja memperlambat proses tendangan gawang, lemparan ke dalam atau eksekusi tendangan bebas.

Cara ini jadi terasa menyebalkan, karena cenderung provokatif. Kalau didiamkan waktu akan semakin terbuang percuma, tapi kalau direspon bisa menciptakan keributan, bahkan kericuhan. Apa boleh buat, jadi serba salah.

Bagian lain yang tak kalah menjengkelkan adalah, saat kiper menerima back pass, lalu memegang bola itu saat pemain lawan mendekat. Pada masa lalu, masalah ini menjadi satu penyebab utama hadirnya aturan "back pass".

Dimana, tim yang kipernya kedapatan menangkap umpan dari kaki rekan setimnya, akan langsung mendapat hukuman tendangan bebas, sekalipun posisi pelanggarannya terjadi di kotak penalti sendiri. Aturan ini diadopsi dari olahraga futsal.

Belakangan, hukuman untuk "time wasting" juga diperkeras, dengan adanya kartu kuning, bagi yang sengaja mengulur-ulur waktu, dan mengabaikan peringatan wasit.

Wacana lain yang juga muncul adalah menghadirkan kembali "tendangan ke dalam" menggantikan lemparan ke dalam. Seperti pada olahraga futsal dan sepak bola sebelum tahun 1863.

Dari sini, celah untuk membuang waktu sebenarnya sudah coba dikurangi FIFA, selain menerapkan injury time yang sudah lebih dulu ada. Tapi, celah lain dalam wujud pura-pura cedera dan delay saat tendangan bebas, situasi saat bola ditangkap kiper atau lemparan ke dalam ternyata masih menganga.

Belum lagi, dalam beberapa kasus, ada banyak tim yang melakukan pergantian pemain di masa injury time. Terlihat kurang kerjaan, tapi biasa terjadi.

Fenomena ini banyak terlihat, antara lain di Liga Indonesia atau Piala AFF. Dimana, lima belas menit terakhir kerap jadi waktu rawan.
Di kompetisi tingkat dunia pun, fenomena ini masih saja jadi bagian dari strategi bertahan. Salah satu contohnya hadir dalam Derby Merseyside di Stadion Anfield musim lalu, saat Jordan Pickford (kiper Everton) coba mengulur waktu, dengan menampilkan aksi seperti gambar di atas. Apes, aksi ini tak banyak membantu, karena Everton takluk 0-2 dari Liverpool.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun