Mohon tunggu...
KOMENTAR
Trip Pilihan

AADC, Ada Apa di Canberra

26 Oktober 2021   00:21 Diperbarui: 26 Oktober 2021   00:24 310 3
Pada Sabtu (23/10) saya kembali berkesempatan mengikuti webinar Komunitas Traveler Kompasiana (KOTEKA). Kali ini, diskusi menggandeng Ghofar Ismail, Minister Counsellor KBRI Canberra, yang sudah menjabat sejak tahun 2019.

Meski tak sebesar Sydney atau Melbourne, yang di masa lalu, pernah bersaing sebagai ibukota, Canberra merupakan ibukota negara Australia, yang berada di wilayah Australia Capital Territory Canberra (ACT), seperti DKI Jakarta di Indonesia.

Kota ini didirikan pada tahun 1901, dan baru selesai dibangun pada tahun 1927. Destinasi wisata terkenal di Canberra antara lain "Museum Demokrasi Australia", yang dulunya merupakan gedung parlemen lama (1927-1980)

Dari Pak Ghofar, kami mendapat cerita, seputar bagaimana situasi Negeri Kanguru di masa pandemi. Secara umum, Australia melakukan lockdown sejak bulan Maret 2020, terutama di kota-kota besar.

Di antara kota-kota besar tersebut, Melbourne jadi kota yang masih lockdown hingga akhir Oktober 2021. Setelah lockdown, pelonggaran setahap demi setahap mulai dilakukan, tepatnya per tanggal 29 Oktober .

Pada periode lockdown, hanya pemenang paspor diplomatik yang boleh ke Australia. Sampai di Australia, harus karantina selama 2 minggu, biaya dibayar sendiri dengan hitungan spesifik. Tidak berlaku untuk kunjungan atau pendatang dari New Zealand, yang angka kasusnya nihil atau minim.

Australia menerapkan kebijakan "hidup berdampingan dengan COVID-19", dengan menggalakkan program vaksinasi massal. Tidak ada pilihan lain karena tidak bisa ditolak atau disembunyikan.
 
Seturut dengan itu, pemerintah Australia menerapkan kebijakan, semua orang yang tinggal di Australia mendapat vaksin, meski WNA. Di sini, pemerintah Australia menawarkan bantuan vaksin atau yang lainnya, dengan menggandeng komunitas WNA, atau kedutaan besar asing di sana, termasuk KBRI

Urutan vaksinasinya dimulai secara berurutan, dari tenaga medis, lansia, sampai kelompok usia muda. Jenis vaksin yang digunakan adalah pfizer (mayoritas), Astra zeneca (untuk usia muda) dan moderna.

Secara khusus, di Canberra tingkat vaksinasi sudah 86 persen, atau tertinggi di Australia. Masa pelonggaran atau relaksasi akan berjalan efektif, jika angka vaksinasi nasional sudah mencapai 80 persen.

Selama pandemi, KBRI di Canberra rutin memberikan bantuan sembako atau yang lainnya kepada WNI di Australia yang terdampak, karena imbas pandemi dan lockdown.

Terkait pengendalian pandemi, pemerintah Australia mewajibkan, semua tempat umum punya barcode yang terhubung dengan aplikasi. Aplikasi ini harus didownload semua orang, mirip seperti Peduli Lindungi di Indonesia. Kalau tidak punya, akan dikenakan sanksi denda.

Hal ini bertujuan supaya jika ada kasus, si penderita bisa ditracing dan segera ditangani. Karena sistemnya bagus dan warganya tertib, situasi di Australia terkendali. Jika harus tes PCR pun, biayanya gratis dan prosesnya cepat.

Berhubung masyarakat Australia gemar berolahraga, waktu dan radius lockdown diatur pemerintah. Waktu maksimal 1 jam, jarak maksimal.5 km, yang menyesuaikan dengan kondisi.
 
Di Australia, olahraga sudah jadi kebutuhan. Ada pendidikan olahraga, anak-anak minimal harus bisa renang, supaya bisa bertahan di air.

Bonusnya, Australia banyak menghasilkan atlet handal. Di cabang olahraga sepak bola misalnya, Timnas Australia rutin lolos ke Piala Dunia sejak 2006, dan juara Piala Asia 2015.

Di masa pandemi, pemerintah Australia mengirimkan 1000 ventilator, 1 juta dosis vaksin Astra zeneca, dan berbagai bantuan lainnya kepada pemerintah Indonesia. Ini sejalan dengan hubungan baik kedua negara, yang selama ini sudah berjalan.

Sebelumnya, waktu tsunami di Aceh dan Nias, Australia mengirimkan bantuan logistik dan pasukan. Sebagai balasannya, saat Australia mengalami bencana nasional kebakaran hutan di tahun 2009 dan 2020, Indonesia mengirim bantuan pasukan zeni TNI untuk membersihkan hutan.

Belakangan, hubungan Indonesia dan Australia selama pandemi makin kuat, setelah kedua negara menandatangani perjanjian kerjasama ekonomi, yang dikukuhkan dengan kunjungan kenegaraan presiden Jokowi ke Australia, bulan Februari 2020
 
Perjanjian yang dikenal dengan singkatan IASEPA ini telah diimplementasikan sejak 5 Juli 2020. Dalam pemaparannya, Pak Ghofar menitipkan pesan, implementasi IASEPA ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya, supaya dapat memberikan manfaat lebih luas bagi Indonesia.
 
Meski durasi webinar kali ini lebih singkat dari biasanya, ragam informasi yang dipaparkan benar-benar padat. Selain ada paparan sederhana tentang Canberra, ada juga cerita seputar bagaimana situasi Australia di masa pandemi, dan sedikit cerita tentang bagaimana hubungan diplomatik Indonesia dan Australia selama ini berjalan.

Satu hal yang mungkin kurang menyenangkan hanyalah, saya baru sempat menyelesaikan tulisan ini sekarang, karena sempat terkendala pilek. Tapi, saya bersyukur, karena ide dan "formasi" yang sudah ada untuk tulisan ini tak hilang, dan akhirnya bisa terselesaikan dengan tuntas.

Sebuah pengalaman baru yang cukup unik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun