Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Laga Besar Rasa Timpang

25 Oktober 2021   04:09 Diperbarui: 25 Oktober 2021   04:41 362 7
Bicara soal laga "North West Derby" antara Manchester United versus Liverpool, kebanyakan orang akan langsung menyebutnya sebagai "big match". Maklum, keduanya adalah klub tersukses di Inggris, dengan segudang prestasi dan banyak figur legendaris.

Maka, tak heran jika pertemuan kedua tim selalu ditunggu. Jika pertandingan berlangsung di Stadion Old Trafford, suporter Manchester United pasti akan berharap, akan ada sajian hebat dari Teater Impian.

Sialnya, itu tak terjadi di hari Minggu (24/10), setelah Cristiano Ronaldo dkk dihajar dengan skor 0-5 oleh Liverpool. Mungkin, skor 0-5 terlihat seperti mimpi buruk, tapi itulah yang terjadi.

Sejak sepak mula, laga ini sebenarnya sudah terlihat timpang. Liverpool seperti biasa bermain agresif dengan strategi "gegenpressing", yang terencana dan terorganisir, sementara United seperti memainkan strategi "teka-teki", karena cenderung sporadis, tapi pasif.

Hasilnya, serangan Si Merah mampu membuat kocar-kacir lini belakang Si Setan Merah, dan mencetak empat gol ke gawang David De Gea di babak pertama. Naby Keita dan Diogo Jota mencetak satu gol, sementara Mohamed Salah mencetak dua gol.

Strategi "teka-teki" ala Ole Gunnar Solskjaer sukses diacak-acak, dengan semua gol The Kop hadir di area penalti. Di sini, lini belakang United yang dikomandani Harry Maguire, benar-benar terlihat kacau.

Bek tengah termahal di dunia itu tampak sangat kebingungan, dan tak bisa berbuat banyak saat melihat gol demi gol tercipta. Sebaliknya, Liverpool yang kali ini menduetkan Ibrahima Konate bersama Virgil Van Dijk di pos bek tengah terlihat sangat solid dan rapi.

Terbukti, Cristiano Ronaldo, yang di pertandingan sebelumnya dielu-elukan bak pahlawan, benar-benar mati kutu. Tak banyak peluang diciptakannya, akibat kurang suplai umpan matang.

Pekerjaan anak asuh Juergen Klopp jadi semakin mudah, karena tim tuan rumah tak bermain kompak sebagai sebuah tim.

Skor 0-4 memang terlihat seperti mimpi, mengingat sejarah panjang kedua tim, tapi ketimpangan kualitas keduanya di atas lapangan begitu nyata. Jordan Henderson dkk bahkan terlihat seperti bermain di kandang sendiri, saking nyamannya.

Di babak kedua, Ole sebenarnya mulai ambil tindakan, dengan memasukkan Paul Pogba. Tapi, ini hanyalah awal dari mimpi buruk lainnya. Liverpool bahkan mencetak gol lagi di menit-menit awal babak kedua, setelah Mohamed Salah menggenapi hattrick nya.

Pemain Mesir ini menjadi pemain kedua setelah Luiz Ronaldo (Brasil) yang mampu mencetak trigol di Old Trafford saat berseragam Real Madrid. Bedanya, Sang Fenomena mendapat "standing ovation", pada momen yang terjadi di tahun 2003 itu.

Unggul 5-0, pertandingan sebenarnya sudah "selesai" sejak gol kelima hadir, karena Liverpool memilih untuk bermain lebih santai, sementara mental lawan sudah benar-benar ambruk. Ronaldo memang sempat menjebol gawang Alisson, tapi dianulir karena offside.

Uniknya, situasi "selesai lebih cepat" itu juga dipertegas kubu Manchester United, saat Paul Pogba dikartu merah wasit, akibat melakukan tekel dua kaki kepada Naby Keita, saat laga menginjak satu jam. Akibatnya, Keita mengalami cedera dan harus ditandu keluar lapangan. Posisinya lalu digantikan oleh Alex Oxlade-Chamberlain.

Tak perlu menunggu lama, segera setelah Pogba dikartu merah, terlihat
sebagian Manchunian yang memadati Teater Impian berbondong-bondong keluar dari stadion. Media-media Inggris bahkan menyebut, ada sekitar 25.000 penonton yang "minggat" dari stadion, meski pertandingan belum usai. Jumlah ini setara dengan sepertiga kapasitas stadion.

Tertinggal 0-5 dan tinggal 10 pemain di lapangan. Tidak ada harapan sana sekali, tinggalkan saja. Sikap ini sangat berbeda dengan suporter tuan rumah Watford, yang tetap duduk di dalam stadion meski tertinggal 0-5 di pekan lalu, juga di ajang Liga Inggris.

Ternyata benar. Di sisa waktu yang ada, Liverpool tetap bermain santai, sementara United hanya menumpuk pemain di area sendiri sampai peluit panjang dibunyikan wasit. Skor 5-0 ini menjadi kemenangan terbesar Liverpool di Old Trafford pada era Liga Inggris modern. Sebuah cerita yang mungkin akan diingat untuk waktu lama.

Di satu sisi, kemenangan 5-0 ini menjadi satu penegasan, Liverpool tak bisa dianggap enteng, dalam bersaing di pacuan gelar. Sebaliknya, kekalahan United kali ini menjadi penegasan bahwa mereka tak sebagus yang mereka kira

Mungkin, solusinya adalah memecat Ole Gunnar Solskjaer. Tapi, berhubung situasinya sekarang mendesak, pencarian sosok pelatih baru sepertinya perlu ditentukan sesegera mungkin.

Kemenangan Liverpool dengan skor 5-0 di Old Trafford sendiri menunjukkan, seberapa jauh perbedaan kualitas mereka sebagai sebuah tim yang padu. Di sisi lain, sikap sebagian suporter yang pergi sebelum pertandingan usai menunjukkan, seberapa parah "post power syndrome" yang diderita United, pasca Sir Alex Ferguson pensiun.

Memang, United punya sejarah gemilang di masa lalu, tapi jika itu terus dibawa-bawa ke masa sekarang, sekali kenyataan berbicara, rasanya akan sangat pahit, seperti saat dihajar Liverpool dengan skor 5-0.

Jika masalah ini terus dibiarkan, kekalahan atas Liverpool akan menjadi satu titik awal penurunan klub ke level berikutnya. Lebih parah dari sekarang.

Mau, MU?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun