Mohon tunggu...
KOMENTAR
Trip Pilihan

Selayang Pandang Peru dan Bolivia

29 Agustus 2021   11:02 Diperbarui: 29 Agustus 2021   12:14 493 2
Sejak pandemi merebak, banyak komunitas di Kompasiana yang mengadakan event rutin secara daring. Ada yang sebulan sekali, ada juga yang seminggu sekali.

Salah satu komunitas yang rutin mengadakan event rutin tiap minggu adalah Komunitas Traveler Kompasiana alias KOTEKA. Biasanya, mereka mengadakan webinar tiap Sabtu sore.

Tapi, pada Sabtu (28/8), saat mengadakan webinar bersama dengan Kedutaan Besar RI di Peru, situasinya sedikit berbeda. Webinar dimulai pukul 19.00 WIB, karena perbedaan waktu antara WIB dan Peru kurang lebih 12 jam. Dalam webinar kali ini, hadir Marina Estella Anwar Bey (Dubes LBPP Indonesia untuk Peru dan Bolivia) & Arvin Pokatong (Pensosbud KBRI Lima).

Selain menjadi Kedubes RI untuk Peru, kedutaan besar yang berlokasi di kota Lima, ibukota Peru, ini juga merangkap KBRI untuk Bolivia, negara Amerika Selatan yang bertetangga dengan Peru dan sama-sama berada di kawasan Pegunungan Andes.

Secara historis, hubungan diplomatik Peru-Indonesia dimulai sejak 12 Agustus 1975. Peru punya Kedubes di Jakarta sejak tahun 2002, dan sudah punya perjanjian bebas visa.

Sementara itu, hubungan diplomatik Indonesia dan Bolivia  dimulai 12 Agustus 1963, tapi kedua negara belum ada perjanjian bebas visa, sedang dalam proses. Tidak seperti Peru yang punya Kedubes di Jakarta, Kedubes Bolivia untuk Indonesia berada di Beijing

Hanya saja, porsi bahasan untuk Peru lebih banyak, karena sejak mulai bertugas tahun 2018, ibu Marina baru tiga kali berkunjung ke Bolivia. Bersama Paraguay, negara ini merupakan negara tanpa pantai (landlocked) di Amerika Selatan.

Darinya, kami mengetahui, jumlah penerbangan dari Peru ke La Paz (ibukota Bolivia) masih terbatas. Kadar oksigen di La Paz juga tergolong tipis, karena ketinggiannya di kisaran 3600 mdpl, kurang lebih setara dengan Gunung Semeru di Pulau Jawa.

Karenanya, perlu persiapan ekstra untuk berkunjung ke sana. Situasi ini hadir karena topografi Bolivia yang bergunung-gunung.

Meski begitu, negara agraris yang juga dikenal sebagai produsen migas terbesar di Amerika Selatan ini juga punya tempat wisata terkenal. Salah satunya Salar de Uyuni. Salar de Uyuni merupakan dataran garam terluas di dunia, yang berjarak 7-9 jam perjalanan dari La Paz.

Seperti halnya Peru, Bolivia merupakan negara bekas jajahan Spanyol, dan memakai bahasa Spanyol sebagai bahasa nasional. Karenanya bahasa Inggris di sini tak banyak digunakan.

Kedua negara sama-sama beriklim subtropis dan punya empat musim. Berbeda dengan Bolivia yang bergunung-gunung, topografi Peru lebih beragam, karena punya garis pantai yang menghadap ke Samudera Pasifik.

Secara umum, bentang alam di Peru terbagi menjadi area lepas pantai, pegunungan Andes dan Hutan tropis Amazon. Wilayah lepas pantai Peru kaya akan hasil perikanan, sehingga perikanan menjadi satu sektor andalan, selain pertanian, pertambangan dan pariwisata.

Hasil pertanian terkenal dari Peru antara lain kentang dan jeruk. Bersama Kolombia, Peru dikenal sebagai negara produsen ganja dan kokain terbesar di Amerika Selatan. Di sektor pertambangan, emas dan zinc menjadi komoditas unggulan.

Wilayah pegunungan Andes di Peru mempunyai beberapa destinasi wisata terkenal, yakni Kota Cusco dan Arequipa (kota terbesar kedua di Peru) yang punya bangunan klasik, Gunung Pelangi, Machu Picchu (situs sejarah peninggalan Suku Inca), dan Kota Huaraz. Kota Huaraz merupakan titik awal pendakian ke gunung Huascaran (6.768 mdpl, gunung tertinggi di Peru).

Di kawasan Hutan Amazon, terdapat kota Iquitos yang terkenal sebagai tujuan wisata jelajah sungai. Di Indonesia, ini mirip dengan wisata sungai Pulau Kalimantan.

Dalam hal aglomerasi, jumlah penduduk kulit berwarna di sana tergolong mayoritas, dan tersebar di berbagai daerah. Sementara itu, masyarakat kulit putih terpusat di kota besar. Di Peru, sepertiga penduduknya (kurang lebih 11 juta jiwa dari total 33 juta jiwa) tinggal di kota Lima.

Bedanya, jika di Bolivia masyarakatnya hanya terdiri dari orang kulit putih, Indian dan campuran, Peru punya diaspora keturunan Asia, khususnya keturunan imigran Jepang dan China. Karenanya, kuliner bergaya Asia cukup banyak dijumpai di Peru.

Tokoh diaspora keturunan Asia yang terkenal di Peru adalah Alberto Fujimori (presiden Peru periode 1990-2000) yang merupakan keturunan imigran Jepang. Putrinya, Keiko Fujimori, juga sempat ikut serta dalam pilpres Peru baru-baru ini, tapi kalah dari tokoh sayap kiri Pedro Castillo.

Penyebabnya, ada sentimen negatif di masyarakat Peru, karena Alberto Fujimori diketahui pernah terlibat kasus korupsi semasa menjabat. Sebelumnya, Peru banyak dipimpin oleh tokoh sayap kanan.

Situasi ini mirip dengan di Bolivia. Pada masa lalu, Bolivia pernah dipimpin Evo Morales (menjabat tahun 2006-2019) yang merupakan tokoh sayap kiri sekaligus keturunan Indian.

Di masa pandemi, baik Peru maupun Bolivia sama-sama mencatat pertumbuhan ekonomi di kisaran minus sebelas persen.

Hanya saja, kasus infeksi dan kematian akibat virus Corona di kedua negara relatif terkendali, karena kesadaran masyarakatnya cukup tinggi, dan aparat tak segan menindak tegas pelanggar protokol kesehatan. Pemerintahnya juga cukup adil dalam hal pendistribusian vaksin.

Seperti negara di Amerika Selatan pada umumnya, sepak bola menjadi olah raga populer di Peru dan Bolivia. Kedua negara biasa menghadapi Brasil, Argentina, Uruguay dan lain-lain, baik di ajang Copa America (setara turnamen Euro di Eropa) maupun kualifikasi Piala Dunia zona Amerika Selatan (CONMEBOL).

Timnas Bolivia dikenal sebagai tim jago kandang, karena faktor ketinggian dan kadar oksigen tipis di La Paz. Di Piala Dunia, tim yang dijuluki La Verde (Si Hijau) ini terakhir kali tampil di Piala Dunia 1994.

Sementara itu, Timnas Peru belakangan sedang naik daun, karena lolos ke Piala Dunia 2018. Di level Amerika Selatan, tim berjuluk Los Incas ini sukses mencapai final Copa America 2019 dan semifinal Copa America 2021, yang sama-sama diselenggarakan di Brasil.

Meski dimulai lebih lambat dari biasanya, malam minggu kali ini terasa cukup menyenangkan, karena bisa piknik virtual sejenak ke Amerika Selatan. Materi yang padat berisi membuat waktu serasa berlalu dengan cepat.

Gracias (Terima kasih)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun