Mohon tunggu...
KOMENTAR
Foodie Pilihan

Secuil Bali di Sudut Kota Pelajar

13 Maret 2021   18:16 Diperbarui: 13 Maret 2021   18:28 154 6
Pada hari Sabtu (13/3) saya berkesempatan mampir ke Restoran Emma & Ethan's pizza, yang terletak di daerah Pakualaman Yogyakarta.

Kembali bersama teman-teman dari komunitas K-JOG, kali ini saya me-review restoran pizza yang lokasi persisnya terletak di kompleks Hotel Puri Pangeran, tak jauh dari pusat kota Jogja.

Kesan "unik" langsung menyapa saya di sini sejak pertama kali datang, karena meski jenis menunya adalah "western food", ada sedikit suasana gaya Bali di sini, seperti yang ditampilkan pada gaya bangunan restoran.

Suasana gaya Bali di sini menjadi satu ciri khas, karena Pak Ida Bagus Narendra Kusumawardhana, yang notabene tuan rumah di sini, kebetulan memang berasal dari Bali. Uniknya lagi, nama restoran ini sendiri diambil dari nama kedua anak Pak Ida Bagus, yakni Ethan dan Emma.

Pada prosesnya, sebagai langkah pemanasan, sebelum mencicipi pizza (hidangan utama) kami mencicipi menu pattiserie (roti-rotian) yang rasanya cukup oke, semenarik tampilannya.

Tapi, karena menu utamanya belum datang, saya memutuskan hanya makan sedikit roti, supaya tak ada menu hidangan utama yang terlewat. Sebagai tamu, secara personal, ini adalah cara paling sederhana yang bisa saya lakukan, untuk "menghormati" tuan rumah.

Secara teknis, bagi saya ini penting, karena sebuah review kuliner yang baik harus bisa mencakup semua menu yang dihadirkan. Jadi, penting untuk memastikan perut dan lidah tidak "kehabisan nafas" terlalu cepat.

Apalagi, postur tubuh saya tergolong "kurus". Otomatis, daya tampungnya pun terbatas. Sederhananya, "keseimbangan" adalah koentji.

Benar saja, kami lalu "diserbu" beberapa macam pizza bergaya Italian pizza berbeda,  seperti seperti , margaritzza (klasik), tuna, bolognese, daging, dan vegetarian. Total, ada delapan jenis pizza yang kami cicipi.

Memang, pada prosesnya, perut mulai terasa berat saat mencicipi menu terakhir. Tapi, proporsi bahan dan rasa yang oke, membuat karakter rasa di setiap potongan tetap tampil dengan tegas, tanpa menyisakan sedikitpun rasa mual.

Kombinasi dan karakter rasa yang disajikan di sini sekaligus menunjukkan, seberapa dalam pemahaman dan rasa suka Pak Ida Bagus, pada menu pizza dan pattiserie.

Sebagai informasi, Pak Ida Bagus pernah merantau selama 16 tahun di Australia, dengan melakoni berbagai macam pekerjaan, seperti di restoran pizza, pattiserie, dan pemotongan daging.

Dari sinilah, pemahamannya tentang pizza dan pattiserie terbentuk, bersama kreativitasnya. Jadi, ia bisa berkreasi dan tetap produktif, saat pandemi masih melanda. Usaha restoran ini sendiri mulai dijalankan sekitar setahun silam, saat pandemi mulai melanda Indonesia.

Bagi saya sendiri, mencicipi roti dan delapan jenis pizza terasa seperti sebuah pertempuran, karena dilakukan sambil menulis tulisan ini. Yah, ide kadang bisa datang bersama rasa lezat.

Tapi, pertempuran ini terasa menyenangkan, karena proporsi rasa dan ukuran menu di sini sungguh seimbang. Rasa menyenangkan ini makin terasa, karena dijalani bersama-sama, dan ditutup dengan sesi foto bersama.

Dengan catatan, kita tidak tergoda untuk menyantap hidangan pembuka secara berlebihan. Selama keseimbangan itu terjaga, semua akan baik-baik saja.

Sendirian di akhir pekan memang sedikit menjengkelkan, tapi, jika akhir pekan itu ditemani dengan sajian pizza yang lezat, seharusnya tetap terasa menyenangkan.

Lebih baik hati senang karena perut kenyang, daripada hati galau karena kelaparan dan kena "ghosting" si dia.

Bon Apetit (Selamat menikmati)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun