Alkisah, di suatu negeri terjadi bencana. Rumah-rumah porak poranda. Emas dan rupa tiada lagi berharga.
Gempa datang menggetarkan raga. Belum sempat menyelamatkan semua. Tangis berderai, menyebut nama-Nya.
Masih ada waktu untuk berbenah. Meninggalkan maksiat menuju hakikat. Ternyata dunia memang kebahagiaan fatamorgana.
Ketika jiwa melangkah, yang dibawa hanyalah amal. Ikhlaskan semua yang telah hancur. Bangun kembali semangat berbagi.
Terkadang butuh air mata untuk menyelami dunia makrifat.
(Puisi Gus Pras/Yoga Prasetya)