Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Sepenggal Pagi Penuh Makna

4 Desember 2022   08:46 Diperbarui: 4 Desember 2022   08:50 269 13
Sepenggal Pagi penuh Makna

Oleh: Budiyanti

Azan subuh berkumandang dari masjid. Bu Dian segera ambil air wudhu untuk salat subuh berjamaah. Kali ini ia berjamaah di rumah bersama suami. Bermunajat bersama untuk memohon kebahagiaan dan keselamatan serta kesehatan.

Karena tidak ke Masjid, amal yang biasanya dimasukkan kotak amal masjid ia masukkan di tempat amal yang sudah tersedia. Kebiasaan beramal walaupun sedikit kala subuh sudah tertanam di hati pasangan yang sudah berusia lanjut itu. Ia ingat akan tausiyah saat menghadiri pengajian bahwa sedekah subuh sangat bermanfaat.

Rasanya bahagia terpancar pada pasangan suami-isteri yang sama-sama sudah lansia.

Masih memakai mukena ia bersama suami bersama-sama membaca Al-Qur'an. Walaupun belum lancar mereka nikmati lantunan ayat-ayat Al-Qur'an dengan khidmat. Sesekali mereka saling menyimak. Kala ada kekeliruan Bu Dian tak segan untuk membenarkan bacaan suaminya. Begitu sebaliknya.

Walaupun beberapa ayat, mereka secara Istiqomah membaca Alquran.

Usai membaca Alquran, Bu Dian melanjutkan membaca buku walaupun hanya beberapa lembar. Kali ini Bu Dian membaca karya Bu Kanjeng yang berjudul "Napak Tilas Perjalanan Jiwa". Membaca buku ini Bu Dian seolah diajak berkelana Bu Kanjeng pada masa lalu. Rasa penasaran ingin membaca sampai tuntas. Ia berharap bisa menulis resensi dari buku tersebut.

Selanjutnya Bu Dian pergi ke dapur untuk membuat teh. Air baru saja mendidih. Segera ia tuangkan teh dalam dua cangkir. Yang satu manis yang satu tidak.

Bu Dian sengaja memilih yang tidak manis. Ia ingin mengurangi gula dalam tubuhnya. Ia menyadari bahwa seusianya harus mengurangi karbohidrat dan juga makanan yang manis agar gula darah normal.

"Bu, roti pisang coklat masih kan. Bawa sini kita _ngeteh_ bersama," ucap Pak Cahyo sambil berjalan menuju teras belakang rumah.  

"Masih kok, pas ada dua," jawab Bu Dian dengan senyum merekah. Diambilnya roti pisang coklat yang dibelinya kemarin.

Mereka berdua duduk di teras belakang rumah untuk menikmati secangkir teh hangat. Sesekali Pak Cahyo memberi makan ikan koi yang menari-nari di kolam.

"Piscoknya enak ya Bu, besok beli lagi ya." Pak Cahyo mengigit piscok dengan nikmatnya.

"Ya, memang enak. Kemarin pas bawa ke sekolah ibuk, teman-teman suka. Sampai ada yang bilang kalau sisa ia mau lagi," ucap Bu Dian sambil menikmati piscok.

"Bersyukur jika piscok yang kita bawa ke sekolah berkenan, semoga ada rejeki lagi agar kita bisa bersilaturahmi ke sekolah sambil bernostalgia," kata suami yang kini sudah purna tugas.

Sepenggal pagi yang indah dinikmati Bu Dian bersama suami. Kebahagiaan yang tak terhingga bisa memaknai pagi.
Rasa syukur tak terhingga bisa mengukir pagi penuh bahagia. Semoga keberkahan selalu ada di hati Bu Dian dan keluarga.

Ambarawa, 4 Desember 2022

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun