Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Busur Kehidupan

30 April 2011   06:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:14 73 0
ditengah temaram ramai, berdesiran sinar lampu

mengiringi dentum hati yg terserak oleh situasi hari

udara panas, semakin membakar gejolak utk berteriak

tak hendak membahas, hanya mengimani cakra manggilingan

kehidupan selalu berputar, krn itu hakekat perubahan

ada waktu, ada saat

tiada dapat yang mengingkar, hanya menebak siapa yg bertahan dg kemarahan alam

hasrat membalas sdh punah, krn pengalaman yg meniadakan

ketika berjalan dalam syukur

tapak-tapak hidup serasa berterbangan mendaki nirwana

cahaya mata pun tak beranjak merajut keriput

sayap malaikat menderu tak henti melempar dari jurang kesulitan

adakah kekhawatiran di ujung selimut tangan Anak Manusia?

Kuatir tidak, tapi keculasan akal budi meniadakan kebersamaan

Rejeki dan berkat sudah diatur oleh sang Maha Sani utk memberi nikmat

Nir kuatir, hanya jengah ketika melihat ketidakinginan bergandeng tangan hanya karena perbedaan.

Ak bukan mereka, bahkan mungkin tidak termasuk kita

Maka layak ditiadakan, tak diperhitungkan

Karena bukan sedang berada ditengah tongkat kuasa

perbedaan bukan jurang pemisah

hanya segelintir karakter yang memberi warna dalam hidup dan kehidupan

tiada yang sempurna dan tak ada yang pasti

keculasan pun bernaung di bawah payung waktu

segera wafat di tepi jaman

adalah mulia berjuang melawannya

panggilan hati membantai tirani

Bagi kita perbedaan bukan jurang pemisah

Tapi bagi mereka, perbedaan adl ancaman

Mungkin tidak untuk dimusnahkan, tapi cukup dikalahkan atau ditundukkan

Waktu adalah jawaban, krn siapa yg tahan terhadap penghakiman sang waktu

Hanya orang dengan kualitas karakter yang tak akan tergerus jaman

Bahkan orang munafikpun tak bertahan lama untuk menghadapi kemarahan waktu

Terus ditindas adalah bagian dari proses pemuliaan karakter

Membentuk kerendahan hati, dan keinginan untuk tidak saling meniadakan ketika memegang tongkat kekuasaan

semoga kesadaran dan rasa tanggungjawab senantiasa mengalir dalam denyut nadi kita

apapun tugas yang kita emban takkan kemana

panah melangkah jika busur berdiri tegak diatas kebenaran yg sejati

‎'Takkan kemana panah melangkah jika busur berdiri tegak diatas kebenaran yg sejati', itulah yg memedomani dlm menjalani hidup

Meski banyak cuaca yang menghendaki busur melengkung dan patah

Tapi usaha untuk mempertahankan busur yang berdiri tegak adalah tantangan yang harus dihadapi

Kenyataan untuk mempersiapkan anak panah menghunjam kemunafikan, bahkan segala citra negatif yang dibungkus dengan aneka kebenaran semu.

NB: puisi ini adalah puisi kolaborasi antara Yakub Adi Krisanto dengan Tragedi Timur via Facebook pada tanggal 25 April 2011.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun