Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Filsafat Tahallul Haji

14 Mei 2012   03:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:20 2227 0

Di dalam ilmu hikmah (Filsafat Haji), tahallul bukan hanya sekedar memotong rambut, sebagaimana Nabi ajarakan kepada para pengikutnya. Lebih dalam lagi, tahallul itu memiliki falsafah mendalam, yaitu mennghilangkan pikiran-pikiran kotor yang ada di dalam otak manusia. Dengan mencukur rambut hingga pelontos, atau mencukur rambut, diharapakan maksiat-maksiat yang bersumber dari kepala (otak) bisa dihilang bersama rambut yang dibuang.

Jika yang menunaikan ibadah haji seorang pejabat, diharapkan pikiran-pikiran kotor untuk melakukan korupsi individu maupun korupsi berjamaah bisa dhindari. Pikiran kotaor untuk memperkaya diri, harus dibuang sebagaimana membuang rambut (tahallul). Jika seorang penggusaha, bersihkan otak dari pikiran-pikiran kotor, seperti; menipu, melakukan praktek riba (rentenir), ngemplang pajak.

Jika seorang dokter dan yang seprofesi, hendaknya bersihakan otaknya dari praktek-praktek yang tidak benar di dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (pasien). Jangan sampai otaknya dipenuhi dengan memperkaya diri dengan alasan mengobati orang sakit, tetapi tujuan utamanya ialah mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya di atas penderitaan orang lain. Berikanlah pelayanan kepada pasien secara maksimal, karena memberikan pelayanan itu bagian dari ibadah.

Bagi para dosen, bersihkan pikiran-pikiran kotor yang mengelayuti otaknya. Biasakan ihlas di dalam mengajar dan mentransfer ilmu yang dimiliki kepada mahasiswa. Mahasiswa bukanlah komoditas, tetapi mitra ilmu dan teman belajar untuk memperdalam ilmu dan wawasan. Budayakan menulis setiap apa yang dilihat dan didengar, bukan men-jiplak karya orang lain untuk di jadikan miliknya.

Esensi dari  Tahallul itu untuk semua profesi, seperti; petani, pejabat, pengusaha, dosen, dokter, dan semua unsur masyarakat yang. Melalui Tahallul, Nabi Saw ingin menyampaikan kepada para pengikutnya agar supaya otaknya dibersihkan dari segala kotoran yang bisa menodahi ibadah hajinya, sebagaimana memotong dan mencukur rambut yang melekat pada kulit kepala.

Tidaklah berlebihan jika Nabi Saw kemudian mengatakan:’’ tidak ada balasan paling tepat bagi mereka yang hajinya mabrur, kecuali balasan surag’’. Pernyataan terntu saja diperuntukkan bagi mereka yang membersihkan otaknya dari segala niatan yang kotor, yang kemudian ditandai dengan Tahallul.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun