Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Menyesalkan Kampanye Terselubung Pak Menteri Kelautan

12 Juli 2012   00:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:03 218 2
Ketika Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, membuka Kongres Petani Garam di Bangkalan Madura, tepuk tangan selalu mengiringi sambutannya. Terutama ketika pak menteri menjelaskan tentang kebijakan pemerintah yang menguntungkan petani garam, tepuk tangan para petani bergema. Penjelasan pak menteri memang cukup sistematis. Diawali dengan penjelasan tentang potensi kelautan/pesisir Indonesia, persoalan-persoalan yang membelit para petani, dan berbagai kebijakan pemerintah yang sudah dan akan dilakukan, pak menteri nampaknya cukup optimis swasembada garam di tahun 2015 akan tercapai. Optimisme ini disambut dengan tepuk tangan para petani. Seakan para petani ingin membuat sejarah besar, Indonesia harus bebas inpor garam di tahun 2015. Tepukan para petani saya pikir wajar. Karena, menurut Prof Dr Maksum Machfudz, Guru Besar UGM yang juga Wakil Ketua PBNU, baru 2 tahun belakangan ini pemerintah baru serius mengurusi petani garam. Meski Kementerian Kelautan sudah digagas sejak Gus Dur menjadi presiden, tapi berkahnya baru dirasakan 2 tahun terakhir ini oleh petani garam. Berbagai pembenahan yang melilit petani garam sejak infrastruktur, permodalan, produksi, tata niaga, dan kelembagaan sudah mulai diurai dan dicari pemecahannya oleh pemerintah. Memang, di lapangan bunyinya tidak selalu indah. Tetapi setidaknya, pemerintah sudah mulai menunjukkan komitmennya. Puncak keriuhan tepuk tangan terjadi ketika pak Menteri menabuh gendang rebana sebagai tanda dibukanya Kongres secara resmi. Tabuhan rebana disambut oleh gemuruh tepukan yang menandai optimisme para petani untuk berjihad menuju swasembada garam di tahun 2015. Tapi sayang, sebelum membuka secara resmi Kongres Garam Rakyat, pak menteri kelautan menurut saya melakukan blunder. Meski secara singkat diutarakan, penegasannya bahwa ia terlibat dalam kegiatan launching Aburizal Bakrie for the next president sempat mengagetkan peserta kongres. Malah banyak peserta kongres yang spontan berteriak, "hu....." Pak menteri saya yakin dengan sadar mengutarakannya, mungkin bermaksud agar peserta kongres memilih Bakrie di perebutan presiden yang akan datang. Tetapi petani garam nampak resisten, teriakan "hu..." itu sebagai isyarat bahwa Bakrie kurang disukai. Selesai pembukaan, para petani di luar masih membicarakan "jualan" Aburizal Bakri yang dilakukan pak Menteri. Seakan para petani keberatan, arena kongres petani garam ini seharusnya tidak digunakan untuk ajang kampanye terselubung bagi calon presiden, oleh setingkat menteri sekalipun. Apalagi jarak Sidoaarjo, lokasi petaka Lapindo yang melibatkan perusahaan Bakrie, hanya 60 menit dari Bangkalan, tempat berlangsungnya kongres. Bagaimana pak menteri? Salam dari arena kongres meng-asin-kan Indonesia Matorsakalangkong Pulau Garam, 12 Juli 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun