Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Ilmu Titisan vs Barokah Titisan

10 Mei 2015   19:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:11 821 0
Pada situasi tertentu, kita mendapati sebagian putra/putri kiyai malas belajar atau merasa cukup belajar di tempatnya sendiri dengan penuh kemanjaan dan fasilitas yang ada, dengan asumsi dan maindset, jika istilah ilmu titisan itu ada.

Mereka berasumsi jika orang tuanya alim atau bahkan wali sekalipun, maka anaknya akan menjadi alim atau menjadi wali.

Mereka berasumsi, jika ilmu dan kemuliaan yang sudah digapai oleh ayahnya itu akan menitis dan menurun pada anak-anaknya (mereka).

Mereka terbuai dengan lingkungan dan penghormatan orang di sekitarnya.

Padahal jika mereka mau mengkaji sejarah, nabi Nuhpun -'alaihisaalam- anaknya kafir, nabi Adampun anaknya ada yang tidak sejalan denganNya.

Jadi istilah ilmu titisan atau warisan itu tidaklah ada. Apa yang telah dicapai oleh orang tua, tidak menjamin bisa dicapai pula oleh anak-anaknya.

Karena:

العلم بالكسب لا بالنسب.

Ilmu itu digapai dengan jerih payah, bukan digapai melalui garis keturunan.

Berbalik dengan perspektif "barokah".

Barokah itu bisa menitis dan terus mengalir pada anak-anak kita, jika Alloh kehendaki.

Perbuatan baik yang telah dilakukan oleh orang tua kita atau bahkan leluhur kita, yang didasari oleh keikhlasan, keberkahannya bisa menitis dan mengalir pada anak keturunannya.

Jika tidak dapat dirasakannya secara langsung, keberkahan itu biasanya diharapkan bisa menitis dan dirasakan oleh para keturunannya.

Oleh karenanya jika kita amati, tidak sedikit para ulama atau para wali Alloh, justru memiliki latar belakang orang tua yang biasa-biasa saja di mata manusia. Tidak dikenal sebagai orang yang pandai membaca kitab, bahkan berprofesi dengan profesi yang sederhana.

Mungkin ini pemahaman konteks dan pemahaman yang diperluas dari sabda nabi:

إذا مات ابن أدم انقطع عمله إلا من ثلاث؛

صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له.

Ketika anak adam menemui ajalnya, maka putuslah sudah segala amalnya, kecuali tiga hal;

Shodaqoh yang berkesinambungan, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang selalu mendo'akannya.

Jika difahami dengan perspektif yang lebih luas lagi, tidak menutup kemungkinan bahwa kebaikan yang telah dilakukan oleh anak adam sewaktu hidupnya, manfaat dan keberkahannya bukan hanya ia saja yang dapat merasakannya, namun juga dapat mengalir dan menitis pada anak-anak dan keturunannya setelah ia tiada. Wallohu a'lam bi al-showaab.

جعلنا الله وأولادنا من عباده المخلصين ومن علماءه العاملين.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun