Mohon tunggu...
KOMENTAR
Parenting Pilihan

Inilah Alasannya Anak Remaja Jangan Mudah untuk Jadian

18 Desember 2022   04:03 Diperbarui: 18 Desember 2022   06:19 548 48
Anak muda zaman sekarang sangatlah mudah untuk mengungkapkan perasaan yang dirasakan terhadap lawan jenis.

Apalagi nih ketika mereka sedang mengalami suasana yang menyenangkan. Contohnya ketika mereka sedang berkumpul dalam suatu acara makan-makan atau pesta, ada kegembiraan dan kebahagiaan.

Dari perasaan bahagia dengan kehadiran seorang lelaki atau perempuan yang ditaksir, maka mereka lebih mudah untuk mengungkapkan perasaan tersebut.

Sebut saja Leo yang merasa bahagia di sebuah pesta dan melihat Leah yang sudah ditaksir. Dengan emosi yang tinggi dalam hal kebahagiaan, dia akan lebih berani untuk mendekati Leah.

Di sanalah Leo mengajak jadian alias nembak ke Leah yang sudah dikenalnya beberapa tahun belakangan ini sebagai kawan dekat. Dengan rasa percaya diri yang dicampur dengan perasaan bahagia yang meluap, dia menghampiri Leah.

"Halo Leah, apak kabar?"

"Ehh Leo, kamu kok baru muncul?"

"Saya sudah dari tadi berdiri di pojok sana. Saya memperhatikan kamu dan ternyata kamu sangat cantik sore ini."

Dengan malu dan sedikit menunduk Leah merasa mulutnya terkunci tanpa diperintah. Pipinya merona. Menunduk ke bawah lalu menoleh ke belakang.

Leo tahu dengan jelas bahwa Leah merasa malu dan tersipu. Dengan lembut dia berkata seraya berbisik.

"Kamu mau gak jadian denganku?

Dengan hati yang berbunga-bunga, Leah ingin mengangguk tapi ada sedikit keraguan berkecamuk di pikirannya. Dia berpikir bahwa dirinya masih muda dan Leo belum punya pekerjaan. Sekolah tingkat SMU saja belum lulus. Kok mau jadian dengannya.

Tapi Leo adalah lelaki yang ditaksir nya selama ini. Pikiran untuk menerima dan menolak tampaknya sulit diputuskan pada detik itu. Namun karena Leah terbawa suasana bahagia, dia akhirnya mengangguk dengan tersenyum kecil petanda menerima jadian.

Nah ceritanya sampai di sini saja yah. Hahaha.

Dari kisah singkat tersebut kita bisa melihat bahwa anak remaja lebih sering mengambil keputusan berdasarkan dari apa yang mereka senangi dan ketika emosinya sedang tinggi. Bahkan mungkin kita sebagai orang dewasa juga.

Mereka tidak menyadari bahwa ada tanggung jawab dan kewajiban dalam suatu hubungan. Termasuk dalam hal berpacaran.

Makanya akan lebih baik jika mereka mengambil suatu keputusan atau langkah ketika mereka tidak sedang dikuasai oleh emosi yang kuat. Emosi itu bisa berupa perasaan bahagia, sukacita, exciting, sedih, kecewa, dan amarah.

Dari keputusan yang diambil pada saat kita dikuasai emosi yang terlalu berlebihan, ada kemungkinan bahwa keputusan tersebut kurang tepat dan bisa berakhir pada penyesalan.

Dalam proses tersebut ada kemungkinan munculnya situasi yang disertai pergolakan batin. Itulah konsekuensi akibat dari mudahnya mengajak jadian dan putus. Apalagi jika tidak disertai oleh edukasi tentang kedewasaan perilaku dan emosi.

Jadi lebih baik anak remaja diperkenalkan sedini mungkin tentang tanggung jawab dan kewajiban dari suatu hubungan.

Kita tidak mau kalau anak kita membuat anak orang lain patah hati atau malah anak kita yang patah hati. Hal tersebut bisa menyebabkan hal yang serius ke depannya.

Karena nih, kata putus sangat berdampak negatif bagi mereka yang tidak siap untuk mendengar kata tersebut. Jadinya mereka harus lebih berhati-hati dalam berkomitmen.

Mereka yang belum siap untuk putus dalam hubungan bisa menimbulkan luka yang sangat dalam dan sulit untuk melupakannya. Seakan-akan tidak bisa move on. Inilah yang harus kita ajarkan pada anak remaja.

- Agar mereka tidak selalu berpikiran untuk mencari pacar, kita bisa mengarahkan mereka untuk lebih fokus pada pengembangan diri.

Pengembangan diri remaja bisa berupa usaha peningkatan talenta, potensi, kesadaran, dan keahlian. Jangan lupa juga pada peningkatan kekayaan jika memang waktunya sudah tiba.

- Berkomunikasi dengan mereka agar mereka bisa mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Ini sangat penting karena tanpa memahami cara untuk mencintai diri sendiri, maka mereka akan mengalami kesulitan untuk mencintai orang lain.

- Didik mereka untuk lebih menghargai diri sendiri, bangun rasa percaya diri mereka. Serta didik tentang bagaimana merawat diri secara mandiri. Baik itu kesehatan fisik, kebersihan, dan kerapian dalam menjalani hidup.

- Terakhir adalah untuk mengedukasi mereka untuk memiliki emosi yang sehatEmosi yang dimaksud adalah emosi positif dan negatif.

Contohnya mereka harus belajar jika emosi negatif yang muncul berupa marah, stres, atau sedih bisa segera disadari dan dikelola. Itu semua agar mereka mampu mengendalikan pikiran, perasaan, dan perilaku mereka.

Ajak mereka untuk mencatat emosi mereka dari waktu ke waktu, perhatian dan sadari ketika muncul. Rekam semuanya. Dan bagaimana cara mengalihkan emosi yang negatif menjadi lebih baik dan terkendali.

Nah, mari kita mulai berkomunikasi dan edukasi anak remaja kita agar jangan mudah mengucapkan kata jadian. Atau mengiyakan suatu ajakan untuk jadian.

Itu semua karena pacaran bukan hanya tentang menghabiskan waktu bersama pacar saja tanpa adanya rasa tanggung jawab, kewajiban, ketulusan, kesetiaan, dan konsekuensi di balik semua itu.

****

Penulis: Willi Andy untuk Kompasiana.
Desember 2022.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun