Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen | "Love of My Life" dan Sup Ayam

22 Februari 2020   21:19 Diperbarui: 5 Januari 2021   19:03 286 26
July memandangi John suaminya yang duduk di hadapannya. Ini pertama kali ia  menyadari kalau kaos yang dikenakan John terbalik.

Sudah menjadi rutinitas bagi July setiap pagi meletakkan beberapa kaos di atas tempat tidur dengan urutan warna tertentu agar John tahu kaos mana yang akan dikenakan hari itu. Tapi July memang tidak selalu memperhatikan bagaimana John mengenakannya. July berpikir mulai sekarang dia harus lebih memperhatikan cara berpakaian John sebelum keluar rumah.

Jean, pramusaji yang biasanya melayani setiap mereka makan di restoran itu muncul membawa nampan besar dengan dua gelas es teh di atasnya.

" Apa kabarmu hari ini John?" Tanya Jean sambil meletakkan segelas teh di hadapan John.

Penyakit Alzheimer yang diderita John membuat tidak semua hari menjadi hari yang selalu baik. Contohnya adalah hari ini. John terlihat gelisah dan sibuk menggosok-gosok noda bulat hitam di mejanya.

July dan John merupakan langganan setia restoran itu. Setiap seminggu sekali selama bertahun-tahun mereka makan di sana. Noda di meja itu sudah ada sejak dulu.

"Sebetulnya hari ini adalah hari istimewa bagi kami berdua, ini adalah hari perkawinan kami yang ke enam puluh!"

Tiba-tiba John menghentikan kegelisahannya dan memandang wajah July.

"Hari ini, enam puluh tahun lalu kita berdua saling berikrar janji” July menatap John dengan lembut.

"Oh ya?" Tanya John sambil terus memandangi istrinya.

"Iya sayang, benar.." Jawab July mengedipkan sebelah matanya ke arah John.

"Wah, selamat ya, ulang tahun perkawinan ke enam puluh! Sebentar saya ambilkan keylime pie kesukaan John dan berhubung ini hari istimewa, saya akan tambahkan juga keylime pie gratis untuk dibawa pulang!" Kata Jean sambil mengelus pundak belakang July sebelum dia berbalik badan  melangkah menuju ke dapur.

Baru beberapa langkah Jean sudah berbalik kembali menghampiri July.

"Masih mau order sup ayam seperti biasa?"

"Ah.. tentu dong!" Jawab July sambil melempar senyum.

Jean pun melangkahkan kakinya untuk kemudian berbalik lagi menghampiri July.

"Aduh maaf, saya lupa kalau persediaan sup ayam sudah habis sejam yang lalu. Laris hari ini! Banyak yang memesan, kalau sup buntut saja bagaimana?"

"John, sup ayamnya habis, bagaimana kalau sup buntut? Tanya July kepada John yang sedang kembali menggosok-gosokan noda bulat di meja dengan serbet.

"Apa mau pesan hamburger saja? Atau yang lainnya? Tanya July lagi sambil menyodorkan menu kepada John dan menunjukkan makanan lain yang tersedia dengan harapan John dapat memilih sesuatu yang ia inginkan.

John tampak kebingungan, tidak dapat menentukan pilihannya.

"Aku mau pulang saja!" Seru John tiba-tiba.

"John, kita kan baru saja datang. Es tehnya juga belum di minum. Sebentar lagi ya sayang?" Pinta July.

Wajah John memerah. Kepalanya geleng-geleng.

Atas nama restoran Jean meminta maaf karena tidak bisa memenuhi pesanan sup ayam mereka.

Tiba-tiba John melempar menu yang ada di tangannya ke lantai. Beberapa pengunjung lain berpaling ke arah mereka, ingin tahu apa yang sedang terjadi.

July menghela nafas panjang, meraih dompet dari dalam tasnya dan mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan untuk diletakkan di meja.

"Maaf Jean, kami harus pulang! Mungkin besok lusa kembali lagi!"

Jean menatap wajah July penuh pengertian.

"Es teh dan keylime pienya dibawa pulang saja ya, nanti saya bawakan ke mobil!" Kata Jean sebelum John dan July meninggalkan meja mereka.

July mengucapkan terima kasih kepada Jean. July memang sangat mengerti keadaan John dan berusaha sebaik mungkin agar John merasa senang dan nyaman. Tapi sayangnya sup ayam tidak selalu ada setiap saat!

Dalam perjalanan pulang, John agak tenang tapi terlihat penasaran dan terus menerus menanyakan tanggal berapa sekarang. July agak ragu-ragu memberitahukannya, dia menduga mungkin keadaan emosi John saat ini disebabkan karena dia tidak menyadari bahwa hari ini adalah hari jadi mereka.

Penyakit Alzheimer menyebabkan John tidak mengingatnya, July khawatir mungkin karena itulah John menjadi kesal dengan dirinya sendiri.

"Hari ini hari Sabtu!"

John mengerutkan alisnya, seperti sedang berusaha mengingat sesuatu.
Ketika dia bertanya tanggal lagi entah untuk keberapa kalinya selama dua puluh menit perjalanan mereka, akhirnya July  menyerah. "Ini hari Sabtu, tanggal 22 February."

"Itu hari kita menikah!"

"Ya, benar," Kata July sambil memarkirkan mobilnya.


****

Malam harinya July membantu John duduk di sofa ruang tamu dan menyetelkan TV untuknya sebelum beranjak ke dapur menyiapkan makan malam.

"Tunggu sebentar, nanti saya kembali menemani yaa..."Ujar July sambil mengecup kepala John.

Begitu sampai di dapur, ia berjalan membuka lemari berisi barang-barang yang telah diberi label ; mangkuk, piring, gelas, sereal dan lainnya. July memang sengaja menandai semua barang untuk membantu John agar tetap mandiri sebisa mungkin, terutama karena dia suka memasak. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, John seperti kehilangan gairah memasaknya.

Betapa leganya hati July ketiga ia menemukan satu kaleng yang bertuliskan chicken soup (baca sup ayam) di sudut kanan belakang lemari. Diraihnya kaleng sup ayam itu, dibuka tutupnya kemudian dimasukkan ke dalam panci dengan ditambah sedikit air.

Saat July sedang menunggu sup ayam yang sedang dihangatkan, tiba-tiba dia mendengar suara dentingan piano.

John dulu memang pernah menjadi guru musik, jadi mereka memiliki piano di ruang tamu. Hanya saja belakangan ini dia tidak memainkannya lagi. July berpikir mungkin karena mata John yang semakin kurang awas melihat nada-nada musik.

July langsung mematikan kompor dan berjalan kembali ke ruang tamu. Dia melihat John duduk di depan piano memainkan lagu "Love of My Life" ciptaan Queen. July sangat kaget melihat jari-jari John masih sangat lincah memainkan piano.

Ingatan July melayang ke lorong waktu empat puluh tahun silam. Dia mengenakan gaun putih dengan seonggok bunga aster kuning di tangan. Bunga itu ia petik sendiri dari kebunnya. Pernikahan  berlangsung sangat sederhana, tetapi itulah yang mereka inginkan.

July menunggu sampai John selesai memainkan piano sebelum akhirnya ia duduk di sebelahnya dan memberi kecupan mesra di pipi John.

John mengalihkan pandangannya ke arah July dengan senyum yang sama yang ia berikan ketika menikahi July empat puluh tahun silam.

"Itu lagu kesukaanku" Bisik July menahan tangis

John meraih tangan July dan meremasnya dengan lembut "Kumainkan khusus untukmu!" Kini giliran John berusaha menahan tangis.

"I love You John"

"Saya tahu" Kata John sambil tersenyum.

"I love you more" Kata John lagi seraya melayangkan kecupan di bibir July.

July kemudian meletakkan tangan kirinya di bahu John "Saya membuat sup ayam kesukaanmu, kita makan yuk!"

Tiba-tiba wajah John tertunduk "Saya sebetulnya kepengen sup buntut, tapi kalau tidak ada, sup ayam juga boleh!"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun