pagi belum lagi mampu merekah
malam masih terbeliterat dengan sisa-sisa mimpi klise sosok lansia
mata takbisa lagi terpejam meniduri
waktu
dan kutulis narasi ini
dalam galau memukau
tatkala ayahku pendidik,sosok guru tahun 50-an
kubangga dirinya
melebihi segalanya
pendidik itu mendidik anak didik
dengan telaten dan tekun
ia mentransfer ilmu
ia meneladankan sikap dan perbuatan
ia memperkaya diksi,vokabulari
ia sungguh-sungguh
mendidik,mengajar dengan otak, hati,perasaan
pendidik itu menumbuhkan sikap dan pemikiran anak didik
tidak menanamkan politik praktis
mereka bersikap
inklusif, merawat kemajemukan
mensyukuri berkat dan anugerah Tuhan
pendidik mengajak anak didik menghargai alam raya ciptaan Tuhan
memuliakan kehidupan dan mengapresiasi
kematian
anak didik belajar dari alam yang terkembang
mereka ke taman makam pahlawan
menghargai jasa para pahlawan bangsa dari berbagai suku dan agama
para pendidik meneladankan peserta didik merawat makam-makam para pendahulu
merekalah para pendidik sejati
yang berdedikasi tinggi
bagi sebuah NKRI
Jakarta,22 Juni 2021/3.16
Weinata Sairin
