Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Murid Penghafal, Celoteh Bengkok Pedagang Agama

16 Desember 2019   11:25 Diperbarui: 16 Desember 2019   11:40 49 0
Kenapa Ujian Nasional (UN) diganti skemanya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim?

Supaya tidak lahir kebodohan sistemik. Kuldesak berjamaah.

Seperti terjadi pada cara pikir kelompok "pedagang" agama.

Yang menafisirkan bodoh maksud ucapan Menteri Nadiem tentang Indonesia dan dunia tidak butuh murid penghafal di masa depan.

UN bagi Menteri Nadiem hanya fokus menjadikan murid sebagai penghafal dan pandai berhitung. Lalu bagaimana cukup lulus UN sesuai syarat nilai.

Murid tidak terbentuk bakatnya. Murid terpendam kompetensinya. Murid tidak pernah mengetahui kreatvitasnya yang bisa bermanfaat untuk bekal masa depan.

Tiba-tiba: "pedagang" agama dengan bangganya berceloteh bodoh.

Indonesia tetap butuh penghafal. Penghafal Al Quran. Supaya Tanah Air selalu berkah.

Begitu argumentasinya (yang dungu).

Tolong cerdaslah. Pintarlah. Analisis tafsiran rendah para "pedagang" agama.

Tidak ada kaitannya apa yang dimaksud Menteri Nadiem dengan penghafal Al Quran.

Penghafal dalam konteks kurikulum pendidikan nasional. Murid penghafal dalam arti luas; hanya dituntut belajar di sekolah demi lulus UN dan naik kelas.

Dan pola belajar-mengajar di Indonesia terus begitu. Berulang.

Menghafal, berhitung, hanya demi di sekolah. Ketika tertuntut agar lulus UN atau naik kelas.

Begitu itu semua terlewati; sudah tidak penting lagi. Sehingga terus terciptalah murid yang tidak mengerti harus apa untuk masa depan.

Guru dan sekolah pun hanya jadi 'pabrik' lulusan murid.

Penghafal Al Quran, ya boleh saja. Malah sangat bagus. Menyeimbangkan iman dan takwa, khususnya para murid.

Silahkan lahirkan banyak Hafiz dan Hafizah. Silahkan cetak sebanyak-banyaknya. Menteri Nadiem pasti dukung.

Dijamin. Menteri Nadiem pasti menyambut baik.

Tapi bukan dalam pengertian hakikat pembelajaran yang selama ini terlaksana terus-menerus. Tujuan umum belajar-mengahar

Penghafal dalam arti skema umum pola pendidikan nasional. Bukan karakter pribadi anak.

Sampai di sini cukup jelas, para "pedagang" agama?

Memang pantas UN diubah. Supaya Indonesia tidak terus melahirkan pikiran tolol.*

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun