Kenapa Ujian Nasional (UN) diganti skemanya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim?
Supaya tidak lahir kebodohan sistemik. Kuldesak berjamaah.
Seperti terjadi pada cara pikir kelompok "pedagang" agama.
Yang menafisirkan bodoh maksud ucapan Menteri Nadiem tentang Indonesia dan dunia tidak butuh murid penghafal di masa depan.
UN bagi Menteri Nadiem hanya fokus menjadikan murid sebagai penghafal dan pandai berhitung. Lalu bagaimana cukup lulus UN sesuai syarat nilai.
Murid tidak terbentuk bakatnya. Murid terpendam kompetensinya. Murid tidak pernah mengetahui kreatvitasnya yang bisa bermanfaat untuk bekal masa depan.
Tiba-tiba: "pedagang" agama dengan bangganya berceloteh bodoh.
Indonesia tetap butuh penghafal. Penghafal Al Quran. Supaya Tanah Air selalu berkah.
Begitu argumentasinya (yang dungu).
Tolong cerdaslah. Pintarlah. Analisis tafsiran rendah para "pedagang" agama.
Tidak ada kaitannya apa yang dimaksud Menteri Nadiem dengan penghafal Al Quran.