Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Artikel Utama

Kiat Belanja Batik Murah di Pasar Beringharjo Yogyakarta

31 Juli 2013   06:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:48 40879 3

Pasar Beringharjo adalah salah satu ikon sekaligus destinasi wisata utama di kota Yogyakarta. Cikal bakal pasar ini diawali dari aktivitas jual beli yang  sudah ada sejak tahun 1758. Dalam perjalanannya Pasar Beringharjo dibangun secara permanen sebagai pasar tradisional pada 1925. Semenjak saat itu nama “Beringharjo” pun dipakai setelah diperkenalkan oleh Sultan Hamengku Buwono IX.

Hingga kini Pasar Beringharjo yang berada di Jalan Ahmad Yani, kawasan Malioboro masih kokoh berdiri sebagai sebagai pasar utama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak pernah sepi, Pasar Beringharjo bukan hanya sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, tapi juga menjadi fragmen yang tak terpisahkan dari sejarah Malioboro sebagai kawasan ekonomi, budaya dan sejarah.

Sebagai pasar tradisional kelas 1, Pasar Beringharjo memiliki layanan transaksi ekonomi berskala nasional. Berbagai jenis kebutuhan seperti sayuran, buah-buahan, peralatan rumah tangga, jajanan pasar, makanan tradisional hingga benda-benda kuno dan barang-barang bekas dijual di Pasar Beringharjo. Namun demikian citra yang kuat melekat pada Pasar Beringharjo adalah sebagai pusat penjualan batik baik yang berupa lembaran kain maupun pakaian jadi.

Batik memang menjadi etalase utama di Pasar Beringharjo. Puluhan los dengan ratusan penjual batik menjadi pengisi bagian depan pasar. Bahkan ketika baru memasuki pintu utamanya, pengunjung sudah langsung dihadapkan dengan barisan kios penjaja batik. Begitu kuatnya citra Pasar Beringharjo sebagai sentra penjualan batik membuat banyak orang termasuk wisatawan menjadikan belanja batik sebagai agenda utama jika berkunjung ke Yogyakarta atau Malioboro. Harganya yang dikenal murah dengan pilihan corak dan bentuk yang beragam, membuat para pegiat belanja sangat dimanjakan di pasar ini.

Meskipun demikian tak jarang pembeli kecewa ketika berbelanja di Pasar Beringharjo. Beberapa keluhan mengenai kualitas beberapa produknya yang dianggap tidak sebaik dengan produk yang dijual di uotlet atau rumah batik lainnya. Untuk yang satu ini adalah hal yang wajar karena prinsip “ada harga ada kualitas” juga berlaku di Pasar Beringharjo. Tapi bukan berarti produk batik di Pasar Beringharjo memiliki kualitas yang buruk. Ada banyak pilihan batik berkualitas baik dijual di ratusan kios di dalam Pasar Beringharjo. Harganya bervariasi namun kita tetap bisa mendapatkannya dengan harga miring asalkan mengerti cara dan kebiasaan pembeli dan penjual di Pasar Beringharjo ini.

Berikut adalah beberapa kiat yang bisa dicoba ketika berbelanja batik di Pasar Beringharjo khususnya jika ingin mendapatkan harga yang lebih murah dengan kualitas produk yang tetap baik.

Pertama, membangun kedekatan personal. Menggunakan bahasa Jawa bisa memudahkan berbelanja di tempat ini. Bukan karena para penjual di Pasar Beringharjo tidak mengerti bahasa Indonesia, tapi fasih berbahasa Jawa kadang bisa membantu menaikkan posisi tawar pembeli. Tawar menawar dengan menggunakan bahasa Jawa akan memberikan kesan bahwa pembeli adalah orang Yogyakarta sehingga harga yang ditawarkan bisa lebih murah daripada harga yang ditawarkan kepada pembeli dari luar kota atau wisatawan. Memang menggunakan bahasa Jawa belum menjadi jaminan akan mendapatkan harga yang paling murah karena aksen bahasa Jawa seseorang bisa mudah dikenali. Namun setidaknya dengan mengucapkan beberapa patah kata standar bahasa Jawa seperti : “Niki pinten, Bu?” (Ini harganya berapa, Bu?) atau “Saged kirang kan, mba?” (Bisa lebih murah kan, mba?) bisa menjadi pembuka transaksi yang baik.

Kedua, menggunakan strategi waktu yakni berbelanja ketika kios baru buka atau menjelang tutup. Kios batik di Pasar Beringharjo umumnya buka mulai pukul 09.00 meski beberapa sudah melayani transaksi sedikit lebih awal. Selanjutnya Pasar Beringharjo akan tutup jelang pukul 16.00. Oleh karena itu  datanglah mendekati pukul 10 pagi atau 1 jam menjelang tutup sekitar pukul 15.00. Beberapa pengalaman menunjukkan tawar-menawar pada jam-jam tersebut sering menguntungkan pembeli karena memungkinkan mendapatkan harga yang paling murah.

Pertimbangannya adalah jika ada pembeli datang sesaat setelah kios baru dibuka, penjual berkepentingan mendapatkan penglaris awal. Sementara jika membeli mendekati tutup, penjual kadang berfikir sang pembeli tak akan datang lagi esok hari. Belanja terakhir di Pasar Beringharjo saya merasakan jika penjual  memang bisa  lebih cepat dan mudah melepas dagangannya mulai pukul 14.30. Sebaliknya jika berbelanja di jam-jam puncak antara pukul 11.00 sampai 14.00 di mana wisatawan pembeli biasanya sangat banyak, penjual sedikit lebih leluasa memainkan harga.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun