Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Merdeka dalam Luka Lama

17 Agustus 2019   20:10 Diperbarui: 17 Agustus 2019   20:10 274 2

Selamanya saya hidup, selamaya saya akan berikhtiar menyerahkan jiwa saya guna keperluan rakyat. Buat orang yang merasa perbuatannya baik guna sesama manusia, buat orang seperti itu, tiada ada maksud takluk dan terus TETAP menerangkan ikhtiarnya mencapai maksudnya yaitu: HINDIA MERDEKA DAN SELAMAT SAMA RATA SAMA KAYA SEMUA RAKYAT HINDIA.

(Semaun, 24 Juli 1919)

Bangsa ini lahir dari beberapa pemikiran yang ada dari zaman dahulu hingga sekarang. Kutipan diatas merupakan sebuah gagasan yang dimiliki Semaun untuk Hindia Belanda (Indonesia) saat itu. Seperti yang kita ketahui bersama, Semaun adalah salah satu pentolan faham komunisme era pertama di Indonesia. 

Semaun adalah anak didik langsung dari Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Ia belajar tentang perjuangan proletar yang menentang imperialisme Belanda pada Sang Guru Bangsa, hingga pada tanggal 06 Mei 1917, Presiden Sarekat Islam Semarang yang lama -Muhammad Yusuf- menyerahkan kedudukannya kepada presiden yang baru, Semaun, yang pada waktu itu baru berumur 19 tahun.

Perlahan-lahan Semaun memengaruhi SI Semarang. Dab lama-kelamaan ia berhasil membawa gerakan ini bergeser ke arah sosialis revolusioner. Semaun mulai berkenalan dengan Hendicus Fransiscus Marei Sneevliet, ketua ISDV. 

Sneevliet bersama kaum ISDV-nya berhasil memengaruhi sekelompok angkatan muda dari SI baik di Semarang (Semaun, Darasono, dll.), Jakarta (Alimin dan Musso), Solo (H. Misbach), maupun di kota-kota lainnya. Dari Sneevliet-lah mereka belajar menggunakan analisis Marxistis untuk memahami realitas sosial yang dialami. 

Mereka berpendapat bahwa sebab dari kesengsaraan rakyat Indonesia adalah akibat dari struktur kemasyarakatan yang ada, yaitu struktur masyarakat tanah jajahan yang diperas oleh kaum kapitalis.

Sebelum pengaruh marxis masuk dalam tubuh SI, Tjokroaminoto juga telah memiliki konsepsi seperti itu. Namun aksi yang beliau keluarkan tidak bisa lepas dari lingkaran pedagang-pedagang Islam. Namun tetap saja, konsepsi itu tidak jauh berbeda dengan konsep yang dibawa oleh Sneevliet. 

Sebab bagaimanapun, konsep ekonomi Islam juga mengarah kepada kesejahteraan bersama. Pada saat itulah babak baru perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda muncul. Tidak hanya dengan mengangkat senjata atau berbagai macam perjanjian, namun orang-orang pada era ini lebih memilih sebuah langkah panjang, yaitu mau diarahkan kemana negara ini setelah merdeka. 

Pada awal abad ke-20 inilah, peracikan tentang ideologi bangsa dimulai. Hingga sampai pada tahun 1945 saat bangsa ini merdeka, proses peramuan ideologi bangsa tak kunjung tuntas.

Kemudian lahirlah pancasila. Sebuah bentuk implementasi dari beberapa pemikiran yang ada. Entah itu pemikiran Islam, Komunisme, Sosialisme, maupun Nasionalisme itu sendiri. Di usia negara dan ideologinya yang masih sangat muda, bangsa ini rawan sekali mengalami benturan. 

Benturan itu datang dari beberapa pihak yang mencoba untuk menonjolkan ideologi yang mereka punya. Pemberontakan DI-TII, Madiun Affair, atau G30S-PKI merupakan beberapa bentuk upaya untuk menonjolkan sisi idealis yang dimiliki. Tak ayal mereka semua berusaha untuk menjadi penolong bagi bangsa yang masih bayi. 

Gerakan mereka, kebanyakan dipicu oleh realitas sosial masyarakat. Kemiskinan yang semakin melanda dan semakin banyaknya penyakit sosial yang bermunculan. Pada dasarnya benturan-benturan yang muncul dari beberapa ideologi memiliki tujuan yang sama, yaitu kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sementara hari ini, pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya, sorak sorai, gegap gempita seluruh pelosok negeri tertuju untuk peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-74. Sebuah usia yang cukup tua untuk sebuah bangsa. Yang seharusnya sudah mampu mengatasi persoalan kesejahteraan masyarakat (pendidikan, kesehatan, pekerjaan). 

Namun kenyataannya para pemikir dan pemimpin bangsa ini dalam kurun waktu terakhir kembali memperdebatkan persoalan ideologi bangsa. Sebuah persoalan yang telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lalu kembali dipersoalkan. 

Mereka seakan lupa bahwa ada persoalan yang lebih pelik, yaitu menyejahterakan kehidupan bangsa. Mungkin beberapa dari mereka masih tetap memiliki cita-cita suci, yakni dengan ideologi yang mereka usung, mereka dapat merubah keadaan negeri ini. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa dari mereka juga hanya berharap kekuasaan dan harta sebagai alasan dari kekacauan ideologis akhir-akhir ini. 

Pancasila telah lahir berpuluh-puluh tahun yang lalu. Sebagai ideologi bangsa yang dapat menyatukan seluruh ras, agama, dan pemikiran-pemikiran yang ada. Tafsirannya pun juga sudah bertebaran dimana-mana. Seluruh nilai yang ada pada setiap ideologi telah terangkum dalam kelima sila tersebut. 

Tinggal bagaimana kita menerapkannya dan mengombinasikan dengan nilai-nilai baru yang sesuai dengan kehidupan sekarang. Jika hal ini terus menerus terjadi, kita akan melupakan puncak tujuan dari pancasila yaitu yang terdapat dalam sila kelima, "kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

Biarlah orang-orang terdahulu yang mendebatkan tentang ideologi tersebut. Mereka melakukan itu untuk menemukan sebuah formulasi untuk membangun bangsa ini. Kesemua dari mereka hanya menginginkan Indonesia bisa berdiri sendiri. 

Indonesia yang mampu menyejahterakan rakyatnya. Mengutip perkataan Musso disaat terakhirnya pada peristiwa Madiun Affair, "Engkau tahu siapa saya? Saya Musso. Engkau baru kemarin jadi prajurit dan berani meminta saya menyerah pada engkau. 

Lebih baik mati daripada menyerah, walaupun bagaimana saya tetap merah putih". Biar bagaimanapun, orang-orang terdahulu yang menciptakan beberapa chaos tetap mempunyai satu tujuan yang sama, yaitu untuk kemajuan bangsa ini.

Bangsa 74 tahun ini, telah mengalami banyak luka baru. Perang ideologi telah selesai. Sekarang adalah waktu untuk menyatukan beberapa ideologi tersebut. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebab dari titik awal itulah kesejahteraan bangsa ini akan semakin pulih.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun