Tepat satu bulan berlalu pemilik sembilan pemilik pasang betis pekerja PETI ini mendekam di jeruji besi tahanan Polres Merangin akibat perbuatannya mencari nafkah dengan cara ikut serta sebagai pekerja tambang emas ilegal.
Saya masih yakin, jika dalil kesembilan kepala rumah tangga ini bekerja hanya untuk mencari 'sesuap nasi'. Tetapi apapun alasannya itu, kini mereka telah mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Lalu, bagaimana dengan sang pemodal alias pemilik dua unit 'Liu Gong' yang terparkir di halaman Polres Merangin, sampai saat ini belum ada kabar beritanya ikut ditahan atau ditangkap meskipun pekerja terang dan jelas menyebut nama boss-nya itu.
Kok, beda dengan pemilik alat sebelahnya merk CAT, tiga pemodalnya telah divonis bersalah dengan hukuman tiga tahun penjara itupun JPU nya masih banding atas vonis minimal itu, bagaimana asaz 'equaIity before the law' apakah sudah terwujud? Jawab sendiri.
Semoga, HUT Bhayangkara ke 75 ini, sembilan pekerja ini benar-benar dapat merasakan Janji dan Komitmen Kapolri Jenderal Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. Bahwa "Tidak Ada Lagi, Hukum Tajam Kebawah dan Tumpul Keatas".
Saya masih ada rasa optimis, Kapolres Merangin akan menajamkan hukumnya keatas terhadap boss sembilan orang ini, sebab saya juga menanti nazar teman saya berinisial WS , jika pemodal ini tersentuh hukum maka ia bernazar jalan kaki Sarolangun-Bangko PP.
