Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

30 Hari Penuh Berpuasa

15 Juni 2022   17:27 Diperbarui: 15 Juni 2022   17:35 64 0
Oleh : Vera Syukriana

Berawal dari pertemuanku dengan orangtua asuh yang membiayai sewaktu kuliah dari D2 ke S1. Seperti biasanya, menjelang ramadan, aku dan keluarga menemui Bunda(panggilan orang tua asuhku) dalam hal saling bermaafan dan temu kangen.

Aku membawa anak pertama yang baru berumur 2 tahun 8 bulan, Umar namanya. Bunda mengomentari wajahku yang masih berjerawat padahal sudah bersuami. Biasanya, jerawat itu akan hilang jika kita sudah bersuami. Bagiku itu hanya pemikiran orang lama. Namun bunda melanjutkan pembicaraan dan menanyakan dengan serius, "Era pasang KB?"

Aku menjawab sambil tersenyum, "iya, Bun."

Bunda langsung menceramahiku dan menyampaikan kalau ini hal yang tidak baik. Sama halnya kita menghambat rezeki dari Allah. Yang dikhawatirkan bunda, aku akan sulit mendapatkan keturunan anak kedua karena sudah melawan kodrat Allah SWT.

"Bunda sarankan, segera buka KB dan program anak kedua."

Aku dan suami merasa bersalah atas hal yang sudah kami perbuat. Nasehat bunda ada benarnya. Namun salah satu alasanku memasang KB karena aku dan suami yang tinggal berjauhan (LDR bahasa jaman now). Aku berdua hidup di daerah perantauan tanah pengabdian Lumindai, sedangkan suami tinggal di Padang Panjang karena ada usaha yang sedang dijalankan. Kami khawatir nanti hamil terlalu cepat sedangkan Umar belum mandiri.

Temu kangen hari itu berakhir setelah Umar merengek minta pulang. Kami berpamitan dan bunda tetap menyarankan yang disampaikannya tadi. Kami melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman. Menjelang sampai, kami berdiskusi dan suami membenarkan yang disampaikan bunda. Kami mengikuti saran bunda dengan siap menerima konsekuensinya ke depan.

Sore itu, kumenemui bidan dan membuka KB. Kami merasa lega dan berharap dihadirkan buah hati kedua. Malam pertama ramadan kami lalui dengan hati tenang dan memohon ampun jika tindakan selama ini salah. Bagi kami hanya Allah yang tau setiap isi hati dan rencana hambanya. Aku yakin, ini jalan terbaik.

Aku dan suami beserta anak pertama menjalankan puasa ramadhan penuh kegembiraan. Tak ada rasa bersalah lagi. Mungkin jika aku dan suami tidak menemui bunda, maka aku tidak akan menerima nasehat berharga ini.

Sehari sebelum lebaran, kebiasaan di kampung membuat lamang. Setelah itu berbuka bersama dengan keluarga besar dihari terakhir ramadan. Suami berbisik, "puasa umi penuh ya ramadan sekarang."

Aku tersentak dan menyadari kalau puasa tahun ini penuh 30 hari. "Alhamdulillah, semoga yang kita inginkan diijabah Allah SWT."

Malam itu suami membeli alat tes kehamilan ke apotik Pdang Panjang. Keesokkan harinya, dengan dag dig dug der...aku melaksanakan tes urine seperti yang dilakukan para wanita lainnya. Alhasil...alhamdulillah, aku hamil.

Sujud syukur dan pelukan kehangatan dihadiahkan suami padaku pagi itu. Kami bersyukur telah diberikan kabar gembira di hari nan fitrah. Semoga Allah memberikan kesehatan padaku dan janin anak kedua.

Selalu ada jalan selagi kita berusaha dan melakukan yang terbaik atas salah yang kita perbuat. Jangan marah jika diberikan saran terbaik dari teman dan orang terdekat. Berpikir positif dan mengambil hikmah dibalik semua kejadian. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan demi mendapatkan kesepakatan yang matang. Alhamdulillah...AllahuAkbar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun