Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

La Tahzan, Innallaha Ma'ana

22 November 2020   12:28 Diperbarui: 22 November 2020   12:45 261 5

Siapa bilang hidup ini akan selalu Happy? Siapa bilang juga hidup ini selalu sedih?

Kehidupan ini selalu ada suka dan duka. Ada saatnya kita bahagia dan ada saatnya kita bersedih. Dibalik kesedihan, ada kebahagiaan yang dipersiakan Allah SWT untuk kita. i

Begitu juga dengan kebahagiaan. Jangan merasa kita akan selalu bahagia karena ada kesedihan yang diberikan dengan tujuan agar kita tidak lupa bersyukur dan selalu berlaku sebatasnya saja (tidak berlebih-lebihan).

Kebahagiaan bisa kita peroleh dari keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dan juga dapat kita rasakan ketika kita mendapatkan sesuatu yang kita tunggu-tunggu atau yang kita usahakan.

Seperti kelahiran anak, mendapatkan penghargaan, dan banyak hal lain yang membuat hati ini bahagia. Saking bahgianya, kita mengeluarkan air mata, yaitu air mata bahagia.

Sedangkan kesedihan ditandai adanya rasa kecewa, kehilangan, kegagalan dan lainnya. Sehingga dapat membuat air mata kita mengalir begitu saja tanpa disengaja.

Sudah 34 tahun aku diberikan Allah Swt untuk hidup. Begitu banyak kebahagiaan dan kesedihan yangku rasakan.

Hal yang membuatku sedih, di antaranya:
1. Ketika tanggal lahirku tiba

Biasanya disebut juga dengan hari ulang tahun, happy birthday, yaumul milad, dan banyak lagi istilah lainnya. Bagiku tanggal 29 November tiba, ketika itu pula aku mengintrospeksi diri.

Menyadari bahwa jatah hidup aku di dunia makin berkurang. Aku semkin dekat dengan kematian. Bagiamana amalanku selama 34 tahun ini? Sudah berapa banyak baktiku pada orang tuaku?

Tentu, belum seberapa. Seandainya saja kita perkirakan Allah SWT mengirim Malaikat Maut untuk menjemputku umur 35 tahun, berarti jatah hidupku untuk beribadah 1 tahun lagi.

Mungkinkah aku bahagia sekarang? Pantaskah aku bermain-main sekarang? Haruskah aku meniup lilin ulang tahun dengan kue tar yang enak dan bertuliskan "happy birthday umi" yang ke 34 tahun?

Ini semua harus kita sadari bahwa itu semua hanya kesenangan dunia belaka. Kematian itu akan datang kapanpun dan pada siapapun yang dikehendaki-Nya.

Ini dijelaskan dalam QS. Al-Imran: 185: "Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Dan sesungguhnya akan disempurnakan pahala kalian pada hari kiamat. Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka ia benar-benar telah beruntung. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya."

2. Ketika orang yangku sayang sakit

Aku paling tidak bisa menahan sedih ketika orang yangku sayang sakit. Orang tua, mertua, saudara, suami dan anak-anakku.

Suatu hari, sepulang dari tanah suci Papaku tiba-tiba jatuh sakit. Beliau tidak sadarkan diri. Kakinya sembab,mata dan pipinya pun sembab.

Waktu itu hari Senin, aku sedang mengajar. Tiba-tiba kakakku menelepon dari manokwari, Papua Barat.

Kakak menanyakan kondisi Papa. "Era bagaimana dengan Papa, apakah sudah ditangani sama dokter dan dimana Papa di rawat?", kata kakak dengan nada khwatir.

Mendengarkan itu aku kaget dan langsung bilang bahwa Papa kemaren sehat wal'afiat dan tidak ada tanda-tanda sakit. Dan Era pun tkdak dapat telepon dari kampung.

Kemudian kakak menjelaskan kalau dia menelpon Mama. Mama mengatakan lagi di perjalanan menuju RSUD Padang Panjang membawa Papa yang sakit tidak sadarkan diri.

Aku langsung menelpon Mama, rupany yang dikatakan kakak benar. Aku menangis, meraung dan langsung izin pulang. Aku temui suami untuk mengajak pulang kampung.

Suamiku mempersiapkan semuanya karena dia melihatku menangis terus. Perjalanan menuju kampung terasa lama. Aku mengkhawatirkan kondisi Papa.

Sesampai di RSUD, aku langsung menuju IGD. Ternyata Papa sudah dipasang banyak selang. Ku cium, ku peluk, dan ku pegang tangan Papa.

Ku lihat, Mama duduk menangis sambil memijit-mijit kaki Papa yang bengkak. Kupeluk mama dan ketenangkan Mama.

Setelah diperiksa dan ditangani tim dokter, akhirnya kami mengetahui sakit Papa. Papa mengalami pembengkakan jantung.

Kami mengharapkan Papa segera pulih seperti sediakala. Aku tidak tega melihat kedaannya terbaring lemah bertemankan alat-alat medis.

Alhamdulillah setelah seminggu di rawat, Papa dibolehkan pulang. Sembab pada bagian tubuhnya hilang. Meskipun sekarang harus kontrol terus ke dokter karena jantung Papa sering terasa sakit.

3. Ketika orang lain menghina orang tuaku

Anak mana yang mau orang tuanya dihina? Siapa anak yang tidak sedih orang tuanya dihina?

Tentu tidak ada yang mau. Karena bagiku orang tua segala-galanya.

Teman-teman seangkatan aku SD pada bangga punya rumah baru. Sedangkan aku masih tinggal di rumah nenek yang lantainya beralaskan papan dan memiliki kandang ayam di bawahnya. Atapnya yang bocor ketika hujan lebat.

Teman-temanku punya rumah permenen dan memiliki sepeda. Aku tak perrlu bersedih akan hal ini. Yang aku sedihkan ketika orang menertawakan orang tuaku sibuk kerja untuk sekolah kami 5 bersaudara.

Mereka sering bilang,"udah aja sekolahnya, untuk apa sekolah tinggi-tinggi, akhirnya ke sawah juga. Kumpulkan aja uang untuk buat rumah!"

Kami marah dan sedih, namun ini adalah cambuk bagi kami untuk lebih maju dan harus membuktikan kalau kami bisa sukses dan memiliki pekerjaan selain bertani. Bertani ini lekerjaan yang harus kami miliki sejak kecil, kami pun sudah dilatih dari kecil.

Bertani memang harus kami pelajari karena kami anak petani. Akan tetapi, bukan berarti di masa depan kami jadi petani.

Inilah tekad kami, ingin merubah nasib orang tua. Orang berilmu lebih baik daripada orang kaya tak berilmu.

Tidak perlu bermewah-mewah dimasa kecil sedangkan kita tidak memiliki keterampilan. Orang yang terampillah yang akan sukses dimasa depan.

Alhamdulillah, semua dibuktikan Allah kepada orang yang menghina kami. Orang tuaku sekarang senang, mereka menikmati hidupnya di rumah yang dibikinkan anak-anaknya.

Mereka tidak lagi ke sawah sekarang. Anak-anak mereka juga punya kerja semua. MasyaAllah, AllahuAkbar.

4. Ketika di khianati

Dikhianati teman dekat sungguh menyakitkan. Seperti kata pepatah "pagar makan tanaman". Yang artinya,  orang yang mestinya menjadi pelindung malah memanfaatkan orang yang dilindunginya untuk sekadar memuaskan hasrat pribadinya.

Kejahatan itu tidak akan dibiarkan Allah. Akhirnya mereka putus dan tidak bersama.

Adalagi kisahku, ketika telah berjanji untuk menungguku tapi dia pergi dengan wanita lain. Menikah dengan wanita lain. Dia khianati hatiku ini.

Harapanku, Allah kirimkan lelaki yang lebih baik untukku. Alhamdulillah, Allah SWT telah kirimkan suami yang jauh lebih baik darinya.

Jadi, kesedihan itu tidak akan selalu ada. Selagi kita bersabar atas takdir Allah, InsyaAllah ada kebahagiaan yang akan kita peroleh.

"La tahzan innallaha ma'ana".  Berarti "Janganlah Bersedih, Allah bersama kita". Percayalah, Allah selalu ada bersama kita. Ada pelangi setelah hujan. Badai itu pasti berlalu. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun