Jogjakarta...
Semua terlukis pada catatan kota yang kian nyata. Ketika menyusuri setiap sudutnya. Seolah tak pernah lelah tuk menyapa. Walau sapa kian sesak. Namun ciri khas tetap menyeruak. Tak lepas dari pandang, sesaat pun tak kan terbuang.
Ketika helai mimpi terajut sepi. Cinta datang membasuh duri. Saat ruas kotanya kian menepikan ketenangan. Namun gejolak tuk sampaikan kenangan pun tak pernah hilang.
Tak kan kutinggalkan sejengkal jejakmu dalam mimpiku. Kan kuuntai bagai mutiara pada mahkota rindu. Terangkai pada kelopak bunga asa nan istimewa. Hingga meluruhkan butiran cinta membara. Cinta yang tak kan pupus walau terpisah raga.
Sikap ramah terpancar di wajah. Tradisi erat diemban menjadi ciri terindah. Tiada yang bisa mengganti. Gemulai hari pun kerap menghiasi bumi. Berjuta kisah terangkum membuai damai hati. Meski ruas kota tlah berubah sumringah. Namun kesederhanaan tetap hadir dalam pandang pun pikiran.
Hingga anak desa yang rindu ke kota, pada akhirnya kembali ke rumah dengan sekeping kisah. Tentang nyanyian kotanya yang begitu indah. Tatkala ia ceritakan pada sang desa di sudut senja.
Dan selalu saja tersampaikan salam teristimewa, teruntuk Jogjakarta. Pancaran pesona kan tergores pada catatan kota yang begitu nyata.