Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Beda antara Prinsip Sains dengan Pandangan Filosofis

17 September 2021   06:43 Diperbarui: 17 September 2021   07:14 652 5

Substansi sains itu bukan filsafat karena yang dicari dalam sains adalah kebenaran empirik-bentuk kebenaran yang dapat diamati,di observasi serta dikelola peralatan inderawi, bukan kebenaran filosofis atau metafisis yang proposisi proposisinya tidak mutlak bergantung pada input peralatan inderawi

Dengan kata lain, sains itu empirik sedang filsafat itu filosofistik-menyangkut pandangan filosofis-cara pandang manusia yang bisa berbeda beda satu sama lain.satu fakta yg ditemukan sains bisa di muarakan atau ditafsirkan orang pada filosofi yg berbeda beda.

Kebenaran sains itu satu mazhab yaitu ; kebenaran empirik-bentuk kebenaran berkarakter tunggal. kalau belum mencapai derajat kebenaran empirik berarti masih sebatas hipotesa.bila terjadi dua pernyataan berlawanan-mustahil keduanya benar secara empirik.api mustahil panas sekaligus dingin.bentuk bumi mustahil bulat sekaligus datar spt telor.itulah bentuk kebenaran empirik yg bersifat tunggal

Sedang kebenaran dalam filsafat bisa nampak plural-terbagi kepada banyak mazhab yang bisa berbeda bahkan bisa berlawanan satu sama lain.sebab itu karena pluralitasnya itu maka karakter kebenaran dlm filsafat bersifat relatif (karena benar yg bersifat mutlak hanya satu)

Sains itu metode nya empirisme sedang filsafat tidak ber metode empiris,untuk berfilsafat orang bisa berangkat dari sudut pandang yang yang berbeda beda sesuai yang ingin dipakainya.salah satu arus besar yang dipakai dalam filsafat (utamanya filsafat klasik) adalah metode rasional.sedang untuk masuk ke dalam dan mengelola sains mutlak harus pake metode empirik sebagai parameter utama dan tunggal dimana pandangan filosofis hanya sebagai pengarah atau alat bantu

Kaitan filsafat dengan sains adalah filsafat itu disebut sebagai pemicu lahirnya ilmu sains walau pandangan tsb bisa beda penafsiran,karena filsafat yg bagaimana yang melahirkan karya sains tertentu itu dapat berbeda beda.misal,pandangan filosofis apa dibalik atau yang memicu lahirnya teknologi mesin cetak.artinya sebenarnya tak ada observasi observasi sainstifik yang sebelumnya tidak didahului pandangan filosofistik. disini kita memahami ketidak mungkinan sains berdiri sendiri tanpa pandangan filosofistik

Hubungan sains dengan filsafat juga mungkin bisa diibaratkan hubungan anak dengan orang tuanya. anak memiliki hubungan Dna dengan ortunya tapi ketika anak sudah menjadi pribadi tersendiri maka penilaian terhadapnya sama sekali sudah terpisah dari orang tuanya,ortunya misal,tak bisa sepenuhnya bertanggung jawab atas semua perilaku anaknya

Nah ketika sains sudah mandiri-sudah memiliki serta menetapkan prinsip dasar serta metodenya sendiri maka saat itu substansinya sudah beda dengan filsafat. dan setelah itu orang harus bisa membedakan mana deskripsi,simpulan- rumusan sains dan mana yg merupakan pandangan filosofis yang sudah diluar substansi sains.dengan kata lain, setelah prinsip dasarnya ditegakkan maka sains betul betul harus diposisikan mandiri sebagai ilmu tersendiri yang khas yaitu ilmu dunia materi sesuai dengan prinsip serta metode yang diterapkannya

Prinsip dasar sains itu adalah "bahwa yang dicari oleh sains adalah kebenaran empirik" yaitu bentuk kebenaran yang dapat ditangkap, diamati,diobservasi, dianalisis,dikelola oleh dunia indera manusia.maka sains identik dengan ilmu dunia materi karena hanya obyek materi yang dapat memenuhi syarat bagi dirumuskannya "kebenaran empirik".sedang prinsip dasar filsafat adalah mencari kebenaran filosofis- metafisis dan khusus bagi teis-orang beriman diantaranya yg utama adalah kebenaran teologis-menyangkut keimanan pada Tuhan

Jadi andai ada saintis yg menyatakan "Tuhan tidak ada" atau "akhirat tidak ada" dengan mengatasnamakan sains maka mesti dianalisis apakah simpulannya tersebut berdasar observasi empirik sesuai metode sains ataukah itu rumusan filosofis yang sudah diluar sains ?

Karena dalam sains sering kita temukan deskripsi yang dikomunikasikan kepada publik seolah "simpulan sains" padahal bila dianalisis menggunakan prinsip sains sebenarnya bukan rumusan sains tapi filosofi atau pandangan metafisis para saintisnya

Saya ambil contoh pernyataan "manusia adalah binatang berakal" itu bukan pernyataan sainstifik tapi pernyataan filosofis kaum evolusionis.karena tak ada observasi di laboratorium yang hasil rumusannya adalah "manusia binatang berakal".dan karena hanya pandangan filosofis orang boleh setuju atau tak setuju dengan rumusan evolusionis tsb.

Demikian pula ketika Hawking merumuskan ketiadaan Tuhan hanya berdasar pengamatannya pada mekanisme gravitasi maka itu sebenarnya pandangan filosofi Hawking pribadi yang orang boleh berbeda pandangan karena bila memikirkan hukum gravitasi secara sains itu tidak langsung merumuskan ada Tuhan atau tidak dibaliknya.lain misal bila teis memakai rasionalitas dalam menyikapinya lalu lahir rumusan filisofis "mustahil eksist tanpa pikiran sang pendesain"

Jadi beda dengan rumus rumus fisika atau kimia hasil pengamatan atau eksperiment laboratorium yang diaplikasikan sebagai bahan obat atau sebagai karya teknologi maka semua orang akan dipaksa bersetuju apabila hasil pengamatan tsb memang benar secara bukti empiris.

Dengan kata lain,pada bentuk kebenaran empirik orang tidak bisa beda pendapat- kebenarannya bersifat tunggal,tapi pada rumusan filosofis orang bisa beda pandangan atau bahkan berlawanan dan parameter alat ukur untuk merumuskan mana yg benar bukan lagi metode empirik tapi misal menggunakan metode rasional

Walau dalam realitas-pada kenyataannya deskripsi sainstifik dan pandangan filosofis itu akan selalu saling berkelindan dan itu logis dan wajar karena manusia makhluk filisofis-bukan hanya memiliki input inderawi,hanya pada kasus tertentu mesti dibedakan mana deskripsi sainstifik dan mana pernyataan filosofis agar jangan sampai pernyataan filisofis diklaim sebagai deskripsi sainstifik dan juga sebaliknya

Artinya,memang betul bahwa pada akhirnya deskripsi metafisis akan di kolaborasikan dengan pandangan filosofis-metafisis sebagai pandangan holistik.tapi tetap mesti dipisah mana yg substansinya sains dan mana yg substansinya filsafat-pandangan filosofis agar jangan ada pembenaran suatu pandangan filosofis dengan masih mengatasnamakan sains,contoh rumusan "manusia adalah binatang berakal" itu pandangan filosofis dan jangan klaim sebagai "pandangan sains".dan tentunya agar publik tahu mana kebenaran sains berdasar metode dan pembuktian empirik dan mana pandangan filosofistik atas fakta sains tertentu

Pada garis besarnya ada dua pandangan filosofis-metafisis besar antara teistik dan ateistik, yang satu membawanya ke ranah pandangan pandangan Ilahiah dan yang satu ke pandangan materialistik yang tidak mempercayai Tuhan tapi sekali lagi pandangan filosofis keduanya tentu tak bisa mengatasnamakan metode empiris secara langsung

Karena sebagai contoh,pandangan teistik membuat simpulan filosofis dari suatu fakta sains tentu bukan lagi mengatasnamakan sains tapi sudah menapak ke ranah rasionalitas.sains mendeskripsikan adanya system di semesta lingkungan tempat manusia hidup lalu pandangan teistik merumuskan "keharusan ada sang pendesain" (sebagai pandangan filosofis) dan itu bertumpu pada aspek rasionalitas-bukan pada metode empirik langsung.demikian pula konsep afterlife tidak mengatasnamakan metode sains.keyakinan pada pengadilan akhirat pun tidak mengatasnamakan berdasar metode sains langsung

Maka sebagai bandingannya pandangan pandangan filisofis kaum materialist pun tidak boleh mengatasnamakan metode empiris sains lagi. kepercayaan pada ketiadaan sang pencipta atau pada prinsip "kebetulan - tanpa sang desainer" misal,tak boleh dan tak bisa bersandar atau mengatasnamakan metode empirik karena tak ada metode empirik yang bisa mengobservasi hingga ke level pembuktian empirik ranah tsb.

Demikian pula simpulan ateisme atau skeptisisme tak boleh misal mengatasnamakan metode empirik. karena tak ada observasi sainstifik memakai metode empirik yang rumusannya ateisme atau skeptisisme benar atau salah. karena metode empirik substansinya hanya untuk merumuskan kebenaran empirik,sedang dalam merumuskan sebuah kebenaran metafisis maka fakta empirik itu hanya sekedar alat bantu.bila ada dua pandangan filosofis yang berlawanan seperti antara teistik dan ateistik maka bila dibawa keranah fakta empirik,maka mana diantara keduanya yang lebih disokong oleh bukti empirik. setelah adu argumentasi di ranah empirik barulah keduanya berdebat di ranah rasionalitas.biasanya demikianlah skema klasik pertarungan teistik vs ateistik bila berangkat dari ranah sains

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun