Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

JK (Jusuf Kalla) versus JK (Jokowi)

12 April 2014   15:36 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:46 21 0
Melihat hasil capaian pileg 9 April 2014 yang lalu, PDIP berhasil memimpin perolehan suara. PDIP berencana mengusung Jokowi sebagai capres. Berdasarkan hasil survey beberapa lembaga, Jokowi selalu mendapat urutan teratas menjadi capres favorit

Tetapi beberapa kalangan masih menaruh pandangan miring terhadap Jokowi. Jokowi dinilai terlalu manut pada Mega dan dianggap hanya akan menjadi presiden boneka. Selain itu PDIP pun memiliki dosa masa lalu karena menjual aset negara. PDIP tidak disukai kalangan islam karena dianggap liberal, banyak caleg non muslim dan syiah.

Selain Jokowi, dua kandidat capres lainnya pun tak luput dari kekurangan. Abu Rizal Bakrie (Golkar) masih tersandung kasus lapindo. Sedangkan Prabowo (Gerinda) masih terbayangi kasus penangkapan aktivis 1998.

Ketidak puasan masyarakat akan munculnya tiga kandidat ini, melahirkan sebuah gagasan lain. Nama Jusuf Kalla sering di gadang-gadang menjadi capres atau cawapres alternatif. Hal ini semakin dipertegas saat Jusuf Kalla mendatangi kediaman Surya Paloh. Masyarakat menilai, Jusuf Kalla masih  berambisi terjun ke kancah pencapresan.  Saya menilai ada 3 kelebihan Jusuf Kalla.

Pertama, Jusuf Kalla dinilai menjadi sosok yang dapat diterima oleh banyak partai politik. PKB, Nasdem dan PPP pernah merilis daftar capresnya. Semua capres yang muncul dari tiga partai tersebut memiliki satu irisan tokoh yang sama, sama-sama mencantumkan nama Jusuf Kalla.

Kedua, Jusuf Kalla memiliki riwayat rekam yang baik selama menjadi menteri dan wakil presiden. Selama menjadi wapresnya SBY, Jusuf Kalla beralatar belakang sipil bahkan dianggap lebih tegas dari SBY yang berlatar belakang militer.

Ketiga, Jusuf Kalla dapat diterima kalangan islam. Jusuf Kalla adalah ketua Dewan Masjid Indonesia. Walau beraliran nasionalis, tapi Jusuf Kalla pun sosok yang islami. Partai-partai islam bisa saja berkoalisi dan memunculkan alternatif presiden baru, Jusuf Kalla.

Tapi sayang, berdasarkan data yang saya himpun, Jusuf Kalla adalah capres paling tua diantara kandidat capres yang lain. Berikut urutan usia capres 2014 :

Jusuf Kalla 15 Mei 1942 usia 72 tahun

Abu Rizal Bakrie 15 November 1946 usia 68 tahun

Wiranto 4 April 1947 usia 67 tahun

Dahlan Iskan 17 Agustus 1951 usia 63 tahun

Prabowo Subianto 17 Oktober 1951 usia 63 tahun

Hatta Rajasa 18 Desember 1953 usia 61 tahun

Yusril Ihza Mahendra 5 Februari 1956 usia 58 tahun

Mahfud MD 13 Mei 1957 usia 57 tahun

Hidayat Nur Wahid 8 April 1960 usia 54 tahun

Joko Widodo 21 Juni 1961 usia 53 tahun

Ahmad Heryawan 19 Juni 1966 usia 48 tahun

Anis Matta 7 Desember 1968 usia 46 tahun

Anies Baswedan 7 Mei 1969 usia 45 tahun

Jika menilik aturan pegawai yang pensiun di usia 60 tahun, saya menilai Jusuf Kalla sudah melewati masa pensiun. Jusuf Kalla sudah tua, sudah kakek-kakek. Saat usia tua, kesehatan mulai terganggu. Tenaga sudah berkurang. Konsentrasi sudah menurun. Daya ingat makin melupa (pikun).

Untuk itu, ada baiknya pimpinan parpol menimbang ulang hal ini. Jusuf Kalla jangan mencalonkan diri menjadi capres atau cawapres. Jusuf Kalla lebih baik menjadi guru bangsa.

Jusuf Kallla dapat menikmati masa pensiunnya dengan mengurusi masjid dan kegiatan sosial melalui jabatan Ketua Dewan Masjid Indonesia dan Ketua PMI. Sara rasa prestasi Jusuf Kalla sudah sangat baik. Sukses menjadi wapres dan ketum golkar. Sumbangsih Jusuf Kalla sangat besar untuk bangsa dan Jusuf Kalla boleh berpuas diri atas capaiannya ini.

Ini saatnya yang muda yang berbicara. Saya lebih suka jika Jusuf Kalla mendorong pemimpin muda untuk maju menjadi kandidat. Selain Jokowi, Indonesia masih memiliki Mahfud MD dan Anies Baswedan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun