Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Manusia sebagai Komentator

11 April 2016   09:47 Diperbarui: 11 April 2016   09:50 15 0
Oleh Tri Handoko

Apapun yang kita lakukan, Baik ato Buruk, Benar Ato salah. Pasti kan selelu dikomen. Pancen menungsa duwe tutuk kanggo ngomong. Duwe mripat kanggo deleng. Jadi apapun yang terlihat oleh mata manusia pasti mulut kan berkomentar. Entah itu komentar baik ato buruk.

Nah kalo pada dasarnya memang seperti iku maka gak perlu lah kita bingung menanggapi komentar orang. Toh cuma komentar. Kita berhasil dia juga komentar. Kita gagal dia juga komentar. Kita diam saja dia juga berkomentar.

Benar kata Pak Dahlan Iskan : " Seribu kalipun saya berbuat baik Orang akan tetap mencari kesalahan saya... ". Jadi gak perlu lah kita dengerin apa kata orang. Yang penting kita sudah dijalur yang benar. Dan buktikan jika kita kan berhasil, sukses, dan bisa mandiri. Anggap saja komentar komentar itu sebagai motivasi tak perlu lah ditanggapi. Bikin hilang saja energi. Lebih baik untuk berpikir kedepan yang lebih baik.

Maka pengendalian diri harus terus dipupuk. Jaga emosi jaga Ego. Berpikir secara rasional, optimis dan realistis walau kantong tipis. Tak usahalah menangis histeris.

Satu hal yang perlu diingat. Lawan emosi dengan dengan rendah hati. Jangan dilawan dengan emosi pula. Sebab Magnet pun bisa bersatu kalau beda kutub. Tinta spidol bisa menempel di papan tulis karena ada adesi dan kohesi. Maka dalam hal emosi pun harus direspon dengan dengan lawan jenisnya supaya cepet bubar. Damai dan tenteram.

 Ciri dewasa adalah bisa mengendalikan diri. Melawan Okol dengan Akal Sehat.
 (red-@Handocoe_HanCel)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun