Secara pribadi saya tak mengenal pak Nanu, tetapi saya terbiasa melihat fotonya dalam ukuran besar pada dinding di bawah potret Bung Karno di rumah Dody teman saya. Teman saya adalah pemuja pak Nanu yang dikategorikan sebagai bupati termuda saat itu. Sebagai teman baik, teman saya ikut menikmati banyak kemudahan untuk mendapatkan rejeki di kabupaten yang dipimpin pak Nanu. Mereka bukan saja teman bisnis, tetapi juga teman bersantai “menikmati dunia” di luar jam kerja. Maka ketika pak Nanu terkena kasus penyalahgunaan uang negara yang cukup besar dan dia jadi bulan-bulanan jaksa, saya heran karena mendengar kalau ternyata Dody tidak pernah menengoknya. Saya mengingatkan bahwa Dody harus mau menyediakan waktu untuk menengok pak Nanu sesibuk apapun dia, bukan untuk ikut menyelesaikan persoalan, melainkan untuk hiburan bahwa temannya ternyata tetap teman di saat dia menghadapi kasus yang bisa menyeretnya ke penjara. Awalnya Dody menolak takut dengan berbagai resiko bisa dijadikan target oleh kejaksaan, tetapi entah mengapa kemudian Dody meminta saya bersedia menemaninya mengunjungi pak Nanu.