Tri Budhi Sastrio
Pasti banyak yang kenal mantan dirut PLN yang sekarang
menteri BUMN.
Lama ditempa di dunia media maka menulis tidak hanya
jadi keterampilan,
Tetapi tulisan telah diubahnya jadi tameng dan pedang,
bisa buat bertahan,
Bisa juga untuk menyerang dan ... ini semua berhasil
dibuktikan oleh Dahlan.
Pertahanan kuat di segala medan, serangan juga
berbahaya dan mematikan.
Jadi bagi siapa saja yang menganggap sang bintang
terang sebagai lawan,
Dan ingin cepat-cepat menyerang agar bintang terang
tidak lagi gemerlapan,
Hendaknya berpikir agak jauh ke depan agar tidak
lumpuh sebelum berjalan.
Yah, kalau adanya cuma serangan kaku tidak bermutu,
lebih baik disimpan.
Karena bukan saja tidak akan mempan, eh salah-salah
senjata makan tuan.
Jika memang mau menyerang, serangan harus
mematikan sekaligus elegan.
Ingat orang yang satu ini tahu hampir semua hal dan dia
tidak punya beban.
Harta sampai ke awan, bisnis tidak ada lawan, charisma
amatlah menawan,
Kemampuan menulis jelas jempolan, jadi kalau lawan
hanya sekelas preman,
Walau kantornya sebagian besar di Senayan, mendingan
dengar ini saran.
Tidak usah macam-macam ... kalian semua jelas
makanan empuk, kawan!
Sekarang ayo ditengok sejenak apa jadinya BUMN
setelah dia turun tangan.
Pertama masalah tujuan ... dari dulu jelas sudah ada
yang namanya tujuan.
Istilah kerennya visi, misi, atau apalah namanya,
pokoknya ada dan relevan.
Hanya karena ceritanya banyak BUMN bukan cuma
rugi milyaran tapi triliun,
Maka serelevan apa tujuan tetap yang diperoleh hanya
cemooh dan cibiran.
BUMN yang bintang memang tak jadi sorotan walau
korupsi penyelewengan
Tampaknya juga bukan sesuatu yang pantang dilakukan,
tetapi yang karatan,
Yah, tentu korupsi dan penyelewengan menjadi tuduhan
yang paling relevan.
Sekarang yang karatan sudah dibersihkan sehingga
yang namanya tujuan
Menjadi penting dikemukakan karena kalau tidak lalu
kapan datang pujian?
Dan Dahlan dengan mudah berhasil rumuskan BUMN
plus sejumlah tujuan.
Pertama, katanya di depan presiden, BUMN harus
menjadi alat ketahanan.
Alat ketahanan nasional lengkapnya ... dan hebatnya
BUMN sektor pangan
Digabungkan dengan BUMN yang tangani industri
strategis ... inilah kejutan,
Walau sebelumnya mungkin sudah begitu tapi yang
retorikanya naik ke awan
Yah ... baru Dahlan Iskan yang sengaja melakukan,
sehingga tidaklah heran
Jika gagasan laksana berlompatan ke luar dari kotak
sakti dewa kahyangan,
Semua terperangah, percaya, kemudian tepuk tangan
meriah berkepanjangan.
Inilah jika kata dan slogan berada di tangan mantan
wartawan, jadi menawan.
Kedua, masih dengan retorika yang tidak baru sih,
tetapi tetap saja menawan,
Karena memang diucapkan di saat yang tepat, jadi
tak heran jika jadi sorotan.
BUMN itu harus mampu sebagai engine of growth ...
mesin pertumbuhan ...
Ha ... ha ... ha ... sampai di sini harus berhenti sebentar,
bukan ada gangguan,
Tetapi karena teringat kata-kata bijak ... like president
like minister ... ingat, kan?
Presiden amat sangat suka bergaya yang seperti ini,
sebelum banyak kritikan
Tiada pidato dan pengarahan yang tak diawali oleh
jargon asing buat panutan.
Memang sedikit berkurang ketika serangan dan kritikan
datang berhamburan,
Dan sekarang sang menteri -- mungkin untuk
mengingatkan atau gaya-gayaan,
Yang jelas 'mesin pertumbuhan' kurang afdol jika yang
asing tak ada di depan.
Tetapi tujuan kedua memang sangat masuk akal ...
tugas BUMN turun tangan,
Ketika yang swasta belum berani campur tangan karena
tidak ada keuntungan.
Negara harus terus membangun karenanya BUMN harus
berada di garis depan
Sambil menunggu bala bantuan datang, BUMN di depan
karena pembangunan.
Yang ketiga -- dan ini benar-benar jargon --
BUMN harus menjadi kebanggaan.
Negara dan bangsa harus punya kebanggaan,
dan BUMN harus ikut berperan.
Buat bangsa dan negara bangga karena BUMN-nya
punya pengaruh signifikan.
Sepak bola, bulu tangkis, dan olah raga lainnya
boleh saja hancur berantakan,
Tetapi perbankan, semen, telekomunikasi, kedokteran
nuklir, dan penerbangan,
Haruslah ditatap lawan dan kawan dengan pandangan
kagum dan rasa segan.
Dan siapa lagi yang dapat melakukan kalau bukan BUMN
yang jadi kebanggaan?
Tepuk tangan kembali riuh berkepanjangan karena tidak
hanya motto dan slogan
Yang berhasil dikerek jauh tinggi lalu berkibar sampai
ke awan oleh Dahlan Iskan,
Tetapi juga semangat berhasil dibuat meledak, dan
berkobar terang gemerlapan.
Presiden tampaknya juga tidak mau kalah dengan
menteri yang terang berkilauan.
Dia ibaratkan negara memang mempunyai dua tangan
tapi hanya satu yang jalan.
Yang satu entah mengapa diam tidak bisa digunakan
dan ini tidak bisa dibiarkan.
APBN, tangan yang satu, memang sudah bergerak
walaupun gaya geraknya pelan
Karena acuannya memang diperoleh dalam sebuah
proses yang berkepanjangan.
Nah ... kalau bala bantuan datang, tangan lain dapat
ikut bergerak guna jalankan
Semua maksud yang telah diprogramkan, pembangunan
kan lebih lancar berjalan.
250 triliun telah digerakkan oleh tangan kanan,
tangan kiri belum bisa ikut berperan,
Kalau karena Dahlan Iskan eh ... dana yang 250 triliunan
dapat juga didatangkan,
Wow ... negara bisa lebih banyak tangani
pembangunan, walau yang di Senayan
Masih terus sibuk berperang dengan beragam argumen,
kita bisa mainkan peran.
Dengan presiden tampaknya sangat berkenan, konon
kabarnya dalam pengarahan,
Frasa 'saya senang' dan 'senang sekali' paling tidak
ada 22 kali presiden ucapkan,
Posisi menteri yang satu ini rasanya aman-aman saja,
apalagi kalau pihak lawan,
Masih gunakan gaya norak yang bukan saja tidak elegan
tetapi juga kampungan,
Maka sama sekali jelas bukan hambatan bagi sang menteri
guna tangkis serangan
Sekaligus lancarkan serangan balasan guna lumpuhkan
semua strategi pihak lawan.
Yang jadi masalah jika Dahlan Iskan, entah disengaja
entah tidak, eh sedikit arogan.
Percaya diri dan arogan jelas berlainan ... percaya diri
bisa menjadi senjata andalan,
Tetapi kalau karenanya lalu timbul sikap yang arogan,
ini jelas-jelas bisa merugikan.
Simak saja contoh nyata ketika Dahlan Iskan memberi
penjelasan pada wartawan.
Wartawan menyampaikan ada audit BPK yang menyatakan
ada sebuah kebijakan,
Diambil ketika masih menjabat pimpinan di PLN, eh
ternyata negara amat dirugikan.
Lalu apa jawabnya? Lho ... itu semua sudah tahu,
dan angkanya masih kekecilan.
Dua atau tidak kali lipat baru benar dan karena di TV
lengkaplah dengan senyuman.
Orang awam akan balas bertanya ... lho ... negara dirugikan
sampai 100 triliunan,
Eh, si pengambil kebijakan tersenyum lebar, apa-apaan
ini, memangnya gurauan?
Lagi pula kalau tugas utama tercapai tetapi kerugian besar
yang menjadi landasan,
Setiap orang kan bisa ... ente diangkat kan maksudnya
korupsi berhenti, kerugian
Berubah menjadi keuntungan, dan pasokan listrik
buat lampu terang gemerlapan.
Lalu jika macam ini, negara harus keluar ratusan
triliun supaya PLN dapat pujian,
Ini mah bukan alat ketahanan, mesin pertumbuhan,
apalagi menjadi kebanggaan.
Kalau gaya begini terus digunakan agar citra
melambung dan pujian berdatangan,
Wah ... mau diapakan ini negara ... mau didekatkan
jurang sekalian dihancurkan?
Untuk ini Dahlan Iskan memang masih harus mau
memberi pertanggungjawaban,
Walau peringatan bagi yang ada di Senayan,
jangan rekayasa yang bukan-bukan,
Hanya untuk kebenaran dan keadilan, bukan
sarana untuk bahan tawar-tawaran.
Kerabat beruang bukan untuk mainan, kalau berontak
bisa menimbulkan korban.
Selamat berjuang Dahlan Iskan, semoga tidak terjebak
dalam dusta pencitraan.
Kerja masih sangat banyak hampir tak berkesudahan
maka dari ayo tetap berjuang.
Essi nomor 223 -- POZ31102012 -- 087853451949