Essi 223 -- Dahlan Iskan, Pendusta atau Bukan
Tri Budhi Sastrio
Pasti banyak yang kenal mantan dirut PLN yang sekarang
   menteri BUMN.
Lama ditempa di dunia media maka menulis tidak hanya
   jadi keterampilan,
Tetapi tulisan telah diubahnya jadi tameng dan pedang,
   bisa buat bertahan,
Bisa juga untuk menyerang dan ... ini semua berhasil
   dibuktikan oleh Dahlan.
Pertahanan kuat di segala medan, serangan juga
   berbahaya dan mematikan.
Jadi bagi siapa saja yang menganggap sang bintang
   terang sebagai lawan,
Dan ingin cepat-cepat menyerang agar bintang terang
   tidak lagi gemerlapan,
Hendaknya berpikir agak jauh ke depan agar tidak
   lumpuh sebelum berjalan.
Yah, kalau adanya cuma serangan kaku tidak bermutu,
   lebih baik disimpan.
Karena bukan saja tidak akan mempan, eh salah-salah
   senjata makan tuan.
Jika memang mau menyerang, serangan harus
   mematikan sekaligus elegan.
Ingat orang yang satu ini tahu hampir semua hal dan dia
   tidak punya beban.
Harta sampai ke awan, bisnis tidak ada lawan, charisma
   amatlah menawan,
Kemampuan menulis jelas jempolan, jadi kalau lawan
   hanya sekelas preman,
Walau kantornya sebagian besar di Senayan, mendingan
   dengar ini saran.
Tidak usah macam-macam ... kalian semua jelas
   makanan empuk, kawan!
Sekarang ayo ditengok sejenak apa jadinya BUMN
   setelah dia turun tangan.
Pertama masalah tujuan ... dari dulu jelas sudah ada
   yang namanya tujuan.
Istilah kerennya visi, misi, atau apalah namanya,
   pokoknya ada dan relevan.
Hanya karena ceritanya banyak BUMN bukan cuma
   rugi milyaran tapi triliun,
Maka serelevan apa tujuan tetap yang diperoleh hanya
   cemooh dan cibiran.
BUMN yang bintang memang tak jadi sorotan walau
   korupsi penyelewengan
Tampaknya juga bukan sesuatu yang pantang dilakukan,
   tetapi yang karatan,
Yah, tentu korupsi dan penyelewengan menjadi tuduhan
   yang paling relevan.
Sekarang yang karatan sudah dibersihkan sehingga
   yang namanya tujuan
Menjadi penting dikemukakan karena kalau tidak lalu
   kapan datang pujian?
Dan Dahlan dengan mudah berhasil rumuskan BUMN
   plus sejumlah tujuan.
Pertama, katanya di depan presiden, BUMN harus
   menjadi alat ketahanan.
Alat ketahanan nasional lengkapnya ... dan hebatnya
   BUMN sektor pangan
Digabungkan dengan BUMN yang tangani industri
   strategis ... inilah kejutan,
Walau sebelumnya mungkin sudah begitu tapi yang
   retorikanya naik ke awan
Yah ... baru Dahlan Iskan yang sengaja melakukan,
   sehingga tidaklah heran
Jika gagasan laksana berlompatan ke luar dari kotak
   sakti dewa kahyangan,
Semua terperangah, percaya, kemudian tepuk tangan
   meriah berkepanjangan.
Inilah jika kata dan slogan berada di tangan mantan
   wartawan, jadi menawan.
Kedua, masih dengan retorika yang tidak baru sih,
   tetapi tetap saja menawan,
Karena memang diucapkan di saat yang tepat, jadi
   tak heran jika jadi sorotan.
BUMN itu harus mampu sebagai engine of growth ...
   mesin pertumbuhan ...
Ha ... ha ... ha ... sampai di sini harus berhenti sebentar,
   bukan ada gangguan,
Tetapi karena teringat kata-kata bijak ... like president
   like minister ... ingat, kan?
Presiden amat sangat suka bergaya yang seperti ini,
   sebelum banyak kritikan
Tiada pidato dan pengarahan yang tak diawali oleh
   jargon asing buat panutan.
Memang sedikit berkurang ketika serangan dan kritikan
   datang berhamburan,
Dan sekarang sang menteri -- mungkin untuk
   mengingatkan atau gaya-gayaan,
Yang jelas 'mesin pertumbuhan' kurang afdol jika yang
   asing tak ada di depan.
Tetapi tujuan kedua memang sangat masuk akal ...
   tugas BUMN turun tangan,
Ketika yang swasta belum berani campur tangan karena
   tidak ada keuntungan.
Negara harus terus membangun karenanya BUMN harus
   berada di garis depan
Sambil menunggu bala bantuan datang, BUMN di depan
   karena pembangunan.
Yang ketiga -- dan ini benar-benar jargon --
   BUMN harus menjadi kebanggaan.
Negara dan bangsa harus punya kebanggaan,
   dan BUMN harus ikut berperan.
Buat bangsa dan negara bangga karena BUMN-nya
   punya pengaruh signifikan.
Sepak bola, bulu tangkis, dan olah raga lainnya
   boleh saja hancur berantakan, Â
Tetapi perbankan, semen, telekomunikasi, kedokteran
   nuklir, dan penerbangan,
Haruslah ditatap lawan dan kawan dengan pandangan
   kagum dan rasa segan.
Dan siapa lagi yang dapat melakukan kalau bukan BUMN
   yang jadi kebanggaan?
Tepuk tangan kembali riuh berkepanjangan karena tidak
   hanya motto dan slogan
Yang berhasil dikerek jauh tinggi lalu berkibar sampai
   ke awan oleh Dahlan Iskan,
Tetapi juga semangat berhasil dibuat meledak, dan
   berkobar terang gemerlapan.
Presiden tampaknya juga tidak mau kalah dengan
   menteri yang terang berkilauan.
Dia ibaratkan negara memang mempunyai dua tangan
   tapi hanya satu yang jalan.
Yang satu entah mengapa diam tidak bisa digunakan
   dan ini tidak bisa dibiarkan.
APBN, tangan yang satu, memang sudah bergerak
   walaupun gaya geraknya pelan
Karena acuannya memang diperoleh dalam sebuah
   proses yang berkepanjangan.
Nah ... kalau bala bantuan datang, tangan lain dapat
   ikut bergerak guna jalankan
Semua maksud yang telah diprogramkan, pembangunan
   kan lebih lancar berjalan.
250 triliun telah digerakkan oleh tangan kanan,
   tangan kiri belum bisa ikut berperan,
Kalau karena Dahlan Iskan eh ... dana yang 250 triliunan
   dapat juga didatangkan,
Wow ... negara bisa lebih banyak tangani
   pembangunan, walau yang di Senayan Â
Masih terus sibuk berperang dengan beragam argumen,
   kita bisa mainkan peran.
Dengan presiden tampaknya sangat berkenan, konon
   kabarnya dalam pengarahan,
Frasa 'saya senang' dan 'senang sekali' paling tidak
   ada 22 kali presiden ucapkan,
Posisi menteri yang satu ini rasanya aman-aman saja,
   apalagi kalau pihak lawan,
Masih gunakan gaya norak yang bukan saja tidak elegan
   tetapi juga kampungan,
Maka sama sekali jelas bukan hambatan bagi sang menteri
   guna tangkis serangan
Sekaligus lancarkan serangan balasan guna lumpuhkan
   semua strategi pihak lawan.
Yang jadi masalah jika Dahlan Iskan, entah disengaja
   entah tidak, eh sedikit arogan.
Percaya diri dan arogan jelas berlainan ... percaya diri
   bisa menjadi senjata andalan,
Tetapi kalau karenanya lalu timbul sikap yang arogan,
   ini jelas-jelas bisa merugikan.
Simak saja contoh nyata ketika Dahlan Iskan memberi
   penjelasan pada wartawan.
Wartawan menyampaikan ada audit BPK yang menyatakan
   ada sebuah kebijakan,
Diambil ketika masih menjabat pimpinan di PLN, eh
   ternyata negara amat dirugikan.
Lalu apa jawabnya? Lho ... itu semua sudah tahu,
   dan angkanya masih kekecilan.
Dua atau tidak kali lipat baru benar dan karena di TV
   lengkaplah dengan senyuman.
Orang awam akan balas bertanya ... lho ... negara dirugikan
   sampai 100 triliunan,
Eh, si pengambil kebijakan tersenyum lebar, apa-apaan
   ini, memangnya gurauan?
Lagi pula kalau tugas utama tercapai tetapi kerugian besar
   yang menjadi landasan,
Setiap orang kan bisa ... ente diangkat kan maksudnya
   korupsi berhenti, kerugian
Berubah menjadi keuntungan, dan pasokan listrik
   buat lampu terang gemerlapan.
Lalu jika macam ini, negara harus keluar ratusan
   triliun supaya PLN dapat pujian,
Ini mah bukan alat ketahanan, mesin pertumbuhan,
   apalagi menjadi kebanggaan.
Kalau gaya begini terus digunakan agar citra
   melambung dan pujian berdatangan,
Wah ... mau diapakan ini negara ... mau didekatkan Â
   jurang sekalian dihancurkan?
Untuk ini Dahlan Iskan memang masih harus mau
   memberi pertanggungjawaban,
Walau peringatan bagi yang ada di Senayan,
   jangan rekayasa yang bukan-bukan,
Hanya untuk kebenaran dan keadilan, bukan
   sarana untuk bahan tawar-tawaran.
Kerabat beruang bukan untuk mainan, kalau berontak
   bisa menimbulkan korban.
Selamat berjuang Dahlan Iskan, semoga tidak terjebak
   dalam dusta pencitraan.
Kerja masih sangat banyak hampir tak berkesudahan
   maka dari ayo tetap berjuang.
Â
Essi nomor 223 -- POZ31102012 -- 087853451949