Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi Nomor 223: Dahlan Iskan, Pendusta atau Bukan

9 Mei 2021   12:45 Diperbarui: 9 Mei 2021   13:36 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.amazon.com/Wee-Blue-Coo-Electricity-Laboratory

Essi 223 -- Dahlan Iskan, Pendusta atau Bukan
Tri Budhi Sastrio

Pasti banyak yang kenal mantan dirut PLN yang sekarang
     menteri BUMN.
Lama ditempa di dunia media maka menulis tidak hanya
     jadi keterampilan,
Tetapi tulisan telah diubahnya jadi tameng dan pedang,
     bisa buat bertahan,
Bisa juga untuk menyerang dan ... ini semua berhasil
      dibuktikan oleh Dahlan.
Pertahanan kuat di segala medan, serangan juga
      berbahaya dan mematikan.
Jadi bagi siapa saja yang menganggap sang bintang
      terang sebagai lawan,
Dan ingin cepat-cepat menyerang agar bintang terang
      tidak lagi gemerlapan,
Hendaknya berpikir agak jauh ke depan agar tidak
      lumpuh sebelum berjalan.
Yah, kalau adanya cuma serangan kaku tidak bermutu,
      lebih baik disimpan.
Karena bukan saja tidak akan mempan, eh salah-salah
      senjata makan tuan.
Jika memang mau menyerang, serangan harus
      mematikan sekaligus elegan.
Ingat orang yang satu ini tahu hampir semua hal dan dia
      tidak punya beban.
Harta sampai ke awan, bisnis tidak ada lawan, charisma
      amatlah menawan,
Kemampuan menulis jelas jempolan, jadi kalau lawan
     hanya sekelas preman,
Walau kantornya sebagian besar di Senayan, mendingan
     dengar ini saran.
Tidak usah macam-macam ... kalian semua jelas
     makanan empuk, kawan!

Sekarang ayo ditengok sejenak apa jadinya BUMN
     setelah dia turun tangan.
Pertama masalah tujuan ... dari dulu jelas sudah ada
     yang namanya tujuan.
Istilah kerennya visi, misi, atau apalah namanya,
     pokoknya ada dan relevan.
Hanya karena ceritanya banyak BUMN bukan cuma
      rugi milyaran tapi triliun,
Maka serelevan apa tujuan tetap yang diperoleh hanya
     cemooh dan cibiran.
BUMN yang bintang memang tak jadi sorotan walau
     korupsi penyelewengan
Tampaknya juga bukan sesuatu yang pantang dilakukan,
     tetapi yang karatan,
Yah, tentu korupsi dan penyelewengan menjadi tuduhan
     yang paling relevan.
Sekarang yang karatan sudah dibersihkan sehingga
     yang namanya tujuan
Menjadi penting dikemukakan karena kalau tidak lalu
     kapan datang pujian?
Dan Dahlan dengan mudah berhasil rumuskan BUMN
     plus sejumlah tujuan.

Pertama, katanya di depan presiden, BUMN harus
     menjadi alat ketahanan.
Alat ketahanan nasional lengkapnya ... dan hebatnya
     BUMN sektor pangan
Digabungkan dengan BUMN yang tangani industri
     strategis ... inilah kejutan,
Walau sebelumnya mungkin sudah begitu tapi yang
     retorikanya naik ke awan
Yah ... baru Dahlan Iskan yang sengaja melakukan,
     sehingga tidaklah heran
Jika gagasan laksana berlompatan ke luar dari kotak
     sakti dewa kahyangan,
Semua terperangah, percaya, kemudian tepuk tangan
     meriah berkepanjangan.
Inilah jika kata dan slogan berada di tangan mantan
     wartawan, jadi menawan.

Kedua, masih dengan retorika yang tidak baru sih,
     tetapi tetap saja menawan,
Karena memang diucapkan di saat yang tepat, jadi
     tak heran jika jadi sorotan.
BUMN itu harus mampu sebagai engine of growth ...
     mesin pertumbuhan ...
Ha ... ha ... ha ... sampai di sini harus berhenti sebentar,
     bukan ada gangguan,
Tetapi karena teringat kata-kata bijak ... like president
     like minister ... ingat, kan?
Presiden amat sangat suka bergaya yang seperti ini,
     sebelum banyak kritikan
Tiada pidato dan pengarahan yang tak diawali oleh
     jargon asing buat panutan.
Memang sedikit berkurang ketika serangan dan kritikan
     datang berhamburan,
Dan sekarang sang menteri -- mungkin untuk
     mengingatkan atau gaya-gayaan,
Yang jelas 'mesin pertumbuhan' kurang afdol jika yang
     asing tak ada di depan.
Tetapi tujuan kedua memang sangat masuk akal ...
     tugas BUMN turun tangan,
Ketika yang swasta belum berani campur tangan karena
     tidak ada keuntungan.
Negara harus terus membangun karenanya BUMN harus
     berada di garis depan
Sambil menunggu bala bantuan datang, BUMN di depan
     karena pembangunan.

Yang ketiga -- dan ini benar-benar jargon --
     BUMN harus menjadi kebanggaan.
Negara dan bangsa harus punya kebanggaan,
     dan BUMN harus ikut berperan.
Buat bangsa dan negara bangga karena BUMN-nya
     punya pengaruh signifikan.
Sepak bola, bulu tangkis, dan olah raga lainnya
     boleh saja hancur berantakan,  
Tetapi perbankan, semen, telekomunikasi, kedokteran
     nuklir, dan penerbangan,
Haruslah ditatap lawan dan kawan dengan pandangan
     kagum dan rasa segan.
Dan siapa lagi yang dapat melakukan kalau bukan BUMN
     yang jadi kebanggaan?
Tepuk tangan kembali riuh berkepanjangan karena tidak
     hanya motto dan slogan
Yang berhasil dikerek jauh tinggi lalu berkibar sampai
     ke awan oleh Dahlan Iskan,
Tetapi juga semangat berhasil dibuat meledak, dan
     berkobar terang gemerlapan.

Presiden tampaknya juga tidak mau kalah dengan
     menteri yang terang berkilauan.
Dia ibaratkan negara memang mempunyai dua tangan
     tapi hanya satu yang jalan.
Yang satu entah mengapa diam tidak bisa digunakan
     dan ini tidak bisa dibiarkan.
APBN, tangan yang satu, memang sudah bergerak
     walaupun gaya geraknya pelan
Karena acuannya memang diperoleh dalam sebuah
     proses yang berkepanjangan.
Nah ... kalau bala bantuan datang, tangan lain dapat
     ikut bergerak guna jalankan
Semua maksud yang telah diprogramkan, pembangunan
     kan lebih lancar berjalan.
250 triliun telah digerakkan oleh tangan kanan,
     tangan kiri belum bisa ikut berperan,
Kalau karena Dahlan Iskan eh ... dana yang 250 triliunan
     dapat juga didatangkan,
Wow ... negara bisa lebih banyak tangani
     pembangunan, walau yang di Senayan  
Masih terus sibuk berperang dengan beragam argumen,
     kita bisa mainkan peran.

Dengan presiden tampaknya sangat berkenan, konon
     kabarnya dalam pengarahan,
Frasa 'saya senang' dan 'senang sekali' paling tidak
     ada 22 kali presiden ucapkan,
Posisi menteri yang satu ini rasanya aman-aman saja,
     apalagi kalau pihak lawan,
Masih gunakan gaya norak yang bukan saja tidak elegan
     tetapi juga kampungan,
Maka sama sekali jelas bukan hambatan bagi sang menteri
     guna tangkis serangan
Sekaligus lancarkan serangan balasan guna lumpuhkan
     semua strategi pihak lawan.
Yang jadi masalah jika Dahlan Iskan, entah disengaja
     entah tidak, eh sedikit arogan.
Percaya diri dan arogan jelas berlainan ... percaya diri
     bisa menjadi senjata andalan,
Tetapi kalau karenanya lalu timbul sikap yang arogan,
     ini jelas-jelas bisa merugikan.

Simak saja contoh nyata ketika Dahlan Iskan memberi
     penjelasan pada wartawan.
Wartawan menyampaikan ada audit BPK yang menyatakan
     ada sebuah kebijakan,
Diambil ketika masih menjabat pimpinan di PLN, eh
     ternyata negara amat dirugikan.
Lalu apa jawabnya? Lho ... itu semua sudah tahu,
     dan angkanya masih kekecilan.
Dua atau tidak kali lipat baru benar dan karena di TV
      lengkaplah dengan senyuman.
Orang awam akan balas bertanya ... lho ... negara dirugikan
     sampai 100 triliunan,
Eh, si pengambil kebijakan tersenyum lebar, apa-apaan
     ini, memangnya gurauan?
Lagi pula kalau tugas utama tercapai tetapi kerugian besar
     yang menjadi landasan,
Setiap orang kan bisa ... ente diangkat kan maksudnya
     korupsi berhenti, kerugian
Berubah menjadi keuntungan, dan pasokan listrik
     buat lampu terang gemerlapan.
Lalu jika macam ini, negara harus keluar ratusan
     triliun supaya PLN dapat pujian,
Ini mah bukan alat ketahanan, mesin pertumbuhan,
     apalagi menjadi kebanggaan.
Kalau gaya begini terus digunakan agar citra
     melambung dan pujian berdatangan,
Wah ... mau diapakan ini negara ... mau didekatkan  
     jurang sekalian dihancurkan?
Untuk ini Dahlan Iskan memang masih harus mau
     memberi pertanggungjawaban,
Walau peringatan bagi yang ada di Senayan,
     jangan rekayasa yang bukan-bukan,
Hanya untuk kebenaran dan keadilan, bukan
     sarana untuk bahan tawar-tawaran.

Kerabat beruang bukan untuk mainan, kalau berontak
     bisa menimbulkan korban.
Selamat berjuang Dahlan Iskan, semoga tidak terjebak
     dalam dusta pencitraan.
Kerja masih sangat banyak hampir tak berkesudahan
     maka dari ayo tetap berjuang.
 
Essi nomor 223 -- POZ31102012 -- 087853451949

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun