Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Essi Nomor 212: Panca Titi Darma

5 Mei 2021   04:08 Diperbarui: 5 Mei 2021   04:33 87 2
Essi 212 -- Panca Titi Darma
Tri Budhi Sastrio

Memang belum secara resmi tetapi sudah santer
     terdengar ada rencana,
Mantan Pangkostrad yang juga menantu seorang
     mantan kepala negara.
Akan mencalonkan diri sebagai kandidat orang
     nomer satu di Indonesia.
Tentu saja ini hal yang biasa, sama biasanya
     dengan rona matahari senja,
Pasti bergulir bergantian di seluruh dunia pertanda
     malam segera akan tiba.
Di laman dunia maya sang pria paruh baya
     mengabarkan sebuah rencana.
Memang tidak secara eksplisit mengatakan ini
     tekadnya jika kelak ke istana,
Tetapi paling tidak berkaitan dengan rencana
     calonkan diri, arahnya ke sana.
Rencananya memang amat sederhana,
     menjalankan sebuah program kerja,
Yang pernah ratusan tahun lalu sukses satukan
     seluruh telatah nusantara.
Adalah mahapatih perkasa Gajah Mada yang
     pernah lontarkan ini semua,
Tidak hanya di depan sang mahaprabu kerajaan
     paling jaya serta perkasa,
Tetapi juga ke seluruh telatah wilayah kerajaan
     serta daerah taklukannya.
Program kerja sang mahapatih memang sedikit
     beda dengan sumpahnya,
Sumpah yang sangat terkenal bahkan sempat
     merambah luar angkasa,
Karena satelit komunikasi milik negara pertama
     menyandang ini nama,
Palapa, tepatnya Sumpah Amukti Jalapa, ini yang
     sangat terkenal darinya.
Tetapi yang akan dijadikan program kerja -- atau
     katakan saja tekadnya --
Manakala kelak dia memang ditakdirkan akan
     berkantor di istana negara,
Dikenal dengan nama Panca Titi Darma, lima sikap
     mulia pemimpin negara.
Lima sikap yang konon dikembangkan sendiri oleh
     mahapatih Gadjah Mada,
Dipraktekkan, dijalankan, dijadikan suar bagi sejumlah
     langkah gemilangnya.  

Sikap mulia yang pertama dikenal dengan nama
     handayani hanyakra purana
Artinya sebagai pemimpin harus memberi teladan
     dan mendorong anak muda
Agar siap untuk belajar secara cerdas, menuntut
     ilmu dan keterampilan dunia,
Mempunyai cita-cita mulia untuk dicapai, dan
     berkarakter serta berakhlak mulia,
Peduli pada sesama, tegar dan tangguh menapak
     masa depan, dan jangan juga
Bersikap ragu-ragu apalagi mudah putus asa --
     pemuda harus mantap perwira.
Negara tangguh berjaya kalau tangguh dan berjaya
     juga generasi mudanya.

Sikap mulia kedua bagi pemimpin negara yaitu
     madya hanyakra pangaribawa
Yang kurang lebih artinya seorang pemimpin
     di tengah-tengah masyarakatnya
Harus menjadi perekat dan pemersatu guna
     membangun negara dan bangsa.
Bukankah jika tidak bersatu bahu membahu maka
     roda pembangunan negara
Tidak akan berjalan lancar sesuai dengan rencana,
     dan pasti terhambat jadinya.
Masa depan negara adalah remaja, masa depan
     negara masa depan pemuda.

Sikap mulia ketiga bagi seorang pemimpin adalah
     ngarsa hanyakra prabawa
Artinya seorang pemimpin itu haruslah memberi
     teladan bersikap jujur terbuka,
Satunya kata dan perbuatan, sehingga martabat
     dan wibawa bukan saja terjaga
Tetapi dapat dijadikan panutan bagi siapa saja
     manakala ada masalah melanda.
Pemimpin yang tidak bisa memberi teladan, jelaslah
     bukan pemimpin namanya.
Hanya dengan keteladanan semua perintah yang
     diberikan mempunyai perbawa,
Tidak hanya untuk dilaksanakan dan ditaati tetapi
     juga dijadikan pedoman mulia.

Sikap mulia yang keempat bagi pemimpin
     negara jaya namanya nir bala wikara 
Artinya seorang pemimpin harus mengutamakan
     kepentingan rakyat dan warga.
Musyawarah dan mufakat dalam semangat gotong
     royong yang sama dan setara
Tentu saja dapat dijadikan sikap utama seperti
     yang diabadikan dalam Pancasila.
Tetapi manakala seorang pemimpin dituntut cepat
     mengambil keputusan segera
Dia tak boleh ragu-ragu dalam bersikap, ambil saja
     itu keputusan secara terbuka
Yang penting semuanya memang ditujukan untuk
     kepentingan bangsa negara.

Sikap mulia yang kelima -- the last but not the least --
     adalah ngarsa dana upaya
Artinya seorang pemimpin siap untuk mengambil
     prakarsa dan tentukan usaha
Bahkan kalau perlu mengorbankan harta benda
     serta juga nyawa demi negara.
Keselamatan negara dan kesejahteraan manusia
     adalah yang paling terutama,
Bukannya keselamatan kesejahteran kelompok
     apalagi pribadi dan keluarganya.

Lima darma utama yang konon dijalani sepenuh hati
     oleh mahapatih Gajah Mada,
Mungkin sudah lama berlalu dan sekarang hanya ada
     dalam lontar-lontar pusaka.
Tetapi bentang dan rentang cakrawala kebijaksanaan
     sarat makna di dalamnya,
Tidak pelak lintasi jaman lampaui waktu, tetap actual
     bahkan di era dunia maya.
Panca Titi Darma adalah pusaka ... pusaka keramat
     seorang pengayom bangsa.
Walau tragedi Bubat yang membuat putni Diah
     Pitaloka harus korbankan nyawa,
Apalagi alasan di baliknya, jelas bukan hal yang
     pantas dijadikan teladan darma,
Tetapi lima butir mutiara perilaku darma utama
     bagi seorang pemimpin negara,
Tetap pantas untuk tidak hanya dikenang tetapi
     juga dijadikan menara suar jiwa.
Karenanya manakala sang ketua gerakan Indonesia
     Raya bawa ini ke dunia maya,
Apresiasi dan acungan jempol boleh ditujukan pada
     dianya, bravo jenderal bangsa.
Silahkan terapkan ini lima darma utama, entah dari
     istana entah dari rumah anda.

Sekarang balik ke dunia nyata, ke pencalonan orang
     nomer satu penghuni istana,
Seperti telah disampaikan sebelumnya, ini wajar,
     sewajar rona langit di kala senja.
Artinya silahkan saja, tetapi kalau mau menerima
     nasehat dari orang-orang biasa,
Yang tidak paham otoritas kuasa, yang melihat
     hiruk pikuk jagat politik Indonesia
Dari kacamata orang sederhana, berpikir lurus, lugas,
     jujur terbuka melihat tanda
Sebaiknya ... seperti telah terbukti kala lakukan hal
     yang sama di pilkada Jakarta,
Sebaiknya ditunda saja ... atau kalau nekad juga,
     ya ... penyesuaian seperlunya.
Jadi jika memang tetap ingin pergi ke istana,
     janganlah menjadi calon yang utama,
Menjadi yang nomer dua memang agak berbeda,
     tetapi pasti sampai juga ke sana.
Daripada tetap ingin yang utama, eh ,,, malah nanti
     tidak sampai ke mana-mana.
Menjadi yang nomer dua mungkin saja memang
     sudah pernah dicoba, gagal juga.
Tetapi itu kan karena pasangannya belum dapat
     mempengaruhi hati para remaja.
Jika sekarang berani jadikan Puan sebagai calon
     negarawan, yang satu putri jelita,
Yang lain jenderal perkasa, rasanya jalan ke istana
     negara lapang lebar terbuka.
PDIP -- Gerinda telah terbukti berjaya di pilkada
     ibukota kalahkan sang petahana,
Walau hanya dua pengusungnya, tetapi sosok
     calonnya adalah idola para remaja,
Tidak mengherankan tetap berjaya walau dikeroyok
     oleh hampir semua manusia.
PM -- PS ini inisial dua calon kuat penghuni istana
     negara, jika memang diterima.
Jangan PS -- PM, cobalah PM -- PS karena untuk
     merebut hati kaum remaja belia
Si nona jelita, yang biasa diam tidak banyak bicara,
     pastilah diterima di mana-mana.
Yang satu nona jelita, yang lain jenderal perkasa,
     jika berani tampil masuk ke arena,
Hampir pasti laksana WIHOK lawan petahana, walau
     hanya ada dua pengusungnya,
Sudah pasti akan berjaya ... karena yang belia dan
     remaja ... pasti cocok seleranya.
Pertanyaannya sekarang beranikah menjadi yang
      nomer dua, wahai Gajah Mada?

Essi nomor 212 -- POZ14102012 -- 087853451949

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun