Tri Budhi Sastrio
Memang belum secara resmi tetapi sudah santer
terdengar ada rencana,
Mantan Pangkostrad yang juga menantu seorang
mantan kepala negara.
Akan mencalonkan diri sebagai kandidat orang
nomer satu di Indonesia.
Tentu saja ini hal yang biasa, sama biasanya
dengan rona matahari senja,
Pasti bergulir bergantian di seluruh dunia pertanda
malam segera akan tiba.
Di laman dunia maya sang pria paruh baya
mengabarkan sebuah rencana.
Memang tidak secara eksplisit mengatakan ini
tekadnya jika kelak ke istana,
Tetapi paling tidak berkaitan dengan rencana
calonkan diri, arahnya ke sana.
Rencananya memang amat sederhana,
menjalankan sebuah program kerja,
Yang pernah ratusan tahun lalu sukses satukan
seluruh telatah nusantara.
Adalah mahapatih perkasa Gajah Mada yang
pernah lontarkan ini semua,
Tidak hanya di depan sang mahaprabu kerajaan
paling jaya serta perkasa,
Tetapi juga ke seluruh telatah wilayah kerajaan
serta daerah taklukannya.
Program kerja sang mahapatih memang sedikit
beda dengan sumpahnya,
Sumpah yang sangat terkenal bahkan sempat
merambah luar angkasa,
Karena satelit komunikasi milik negara pertama
menyandang ini nama,
Palapa, tepatnya Sumpah Amukti Jalapa, ini yang
sangat terkenal darinya.
Tetapi yang akan dijadikan program kerja -- atau
katakan saja tekadnya --
Manakala kelak dia memang ditakdirkan akan
berkantor di istana negara,
Dikenal dengan nama Panca Titi Darma, lima sikap
mulia pemimpin negara.
Lima sikap yang konon dikembangkan sendiri oleh
mahapatih Gadjah Mada,
Dipraktekkan, dijalankan, dijadikan suar bagi sejumlah
langkah gemilangnya.
Sikap mulia yang pertama dikenal dengan nama
handayani hanyakra purana
Artinya sebagai pemimpin harus memberi teladan
dan mendorong anak muda
Agar siap untuk belajar secara cerdas, menuntut
ilmu dan keterampilan dunia,
Mempunyai cita-cita mulia untuk dicapai, dan
berkarakter serta berakhlak mulia,
Peduli pada sesama, tegar dan tangguh menapak
masa depan, dan jangan juga
Bersikap ragu-ragu apalagi mudah putus asa --
pemuda harus mantap perwira.
Negara tangguh berjaya kalau tangguh dan berjaya
juga generasi mudanya.
Sikap mulia kedua bagi pemimpin negara yaitu
madya hanyakra pangaribawa
Yang kurang lebih artinya seorang pemimpin
di tengah-tengah masyarakatnya
Harus menjadi perekat dan pemersatu guna
membangun negara dan bangsa.
Bukankah jika tidak bersatu bahu membahu maka
roda pembangunan negara
Tidak akan berjalan lancar sesuai dengan rencana,
dan pasti terhambat jadinya.
Masa depan negara adalah remaja, masa depan
negara masa depan pemuda.
Sikap mulia ketiga bagi seorang pemimpin adalah
ngarsa hanyakra prabawa
Artinya seorang pemimpin itu haruslah memberi
teladan bersikap jujur terbuka,
Satunya kata dan perbuatan, sehingga martabat
dan wibawa bukan saja terjaga
Tetapi dapat dijadikan panutan bagi siapa saja
manakala ada masalah melanda.
Pemimpin yang tidak bisa memberi teladan, jelaslah
bukan pemimpin namanya.
Hanya dengan keteladanan semua perintah yang
diberikan mempunyai perbawa,
Tidak hanya untuk dilaksanakan dan ditaati tetapi
juga dijadikan pedoman mulia.
Sikap mulia yang keempat bagi pemimpin
negara jaya namanya nir bala wikara
Artinya seorang pemimpin harus mengutamakan
kepentingan rakyat dan warga.
Musyawarah dan mufakat dalam semangat gotong
royong yang sama dan setara
Tentu saja dapat dijadikan sikap utama seperti
yang diabadikan dalam Pancasila.
Tetapi manakala seorang pemimpin dituntut cepat
mengambil keputusan segera
Dia tak boleh ragu-ragu dalam bersikap, ambil saja
itu keputusan secara terbuka
Yang penting semuanya memang ditujukan untuk
kepentingan bangsa negara.
Sikap mulia yang kelima -- the last but not the least --
adalah ngarsa dana upaya
Artinya seorang pemimpin siap untuk mengambil
prakarsa dan tentukan usaha
Bahkan kalau perlu mengorbankan harta benda
serta juga nyawa demi negara.
Keselamatan negara dan kesejahteraan manusia
adalah yang paling terutama,
Bukannya keselamatan kesejahteran kelompok
apalagi pribadi dan keluarganya.
Lima darma utama yang konon dijalani sepenuh hati
oleh mahapatih Gajah Mada,
Mungkin sudah lama berlalu dan sekarang hanya ada
dalam lontar-lontar pusaka.
Tetapi bentang dan rentang cakrawala kebijaksanaan
sarat makna di dalamnya,
Tidak pelak lintasi jaman lampaui waktu, tetap actual
bahkan di era dunia maya.
Panca Titi Darma adalah pusaka ... pusaka keramat
seorang pengayom bangsa.
Walau tragedi Bubat yang membuat putni Diah
Pitaloka harus korbankan nyawa,
Apalagi alasan di baliknya, jelas bukan hal yang
pantas dijadikan teladan darma,
Tetapi lima butir mutiara perilaku darma utama
bagi seorang pemimpin negara,
Tetap pantas untuk tidak hanya dikenang tetapi
juga dijadikan menara suar jiwa.
Karenanya manakala sang ketua gerakan Indonesia
Raya bawa ini ke dunia maya,
Apresiasi dan acungan jempol boleh ditujukan pada
dianya, bravo jenderal bangsa.
Silahkan terapkan ini lima darma utama, entah dari
istana entah dari rumah anda.
Sekarang balik ke dunia nyata, ke pencalonan orang
nomer satu penghuni istana,
Seperti telah disampaikan sebelumnya, ini wajar,
sewajar rona langit di kala senja.
Artinya silahkan saja, tetapi kalau mau menerima
nasehat dari orang-orang biasa,
Yang tidak paham otoritas kuasa, yang melihat
hiruk pikuk jagat politik Indonesia
Dari kacamata orang sederhana, berpikir lurus, lugas,
jujur terbuka melihat tanda
Sebaiknya ... seperti telah terbukti kala lakukan hal
yang sama di pilkada Jakarta,
Sebaiknya ditunda saja ... atau kalau nekad juga,
ya ... penyesuaian seperlunya.
Jadi jika memang tetap ingin pergi ke istana,
janganlah menjadi calon yang utama,
Menjadi yang nomer dua memang agak berbeda,
tetapi pasti sampai juga ke sana.
Daripada tetap ingin yang utama, eh ,,, malah nanti
tidak sampai ke mana-mana.
Menjadi yang nomer dua mungkin saja memang
sudah pernah dicoba, gagal juga.
Tetapi itu kan karena pasangannya belum dapat
mempengaruhi hati para remaja.
Jika sekarang berani jadikan Puan sebagai calon
negarawan, yang satu putri jelita,
Yang lain jenderal perkasa, rasanya jalan ke istana
negara lapang lebar terbuka.
PDIP -- Gerinda telah terbukti berjaya di pilkada
ibukota kalahkan sang petahana,
Walau hanya dua pengusungnya, tetapi sosok
calonnya adalah idola para remaja,
Tidak mengherankan tetap berjaya walau dikeroyok
oleh hampir semua manusia.
PM -- PS ini inisial dua calon kuat penghuni istana
negara, jika memang diterima.
Jangan PS -- PM, cobalah PM -- PS karena untuk
merebut hati kaum remaja belia
Si nona jelita, yang biasa diam tidak banyak bicara,
pastilah diterima di mana-mana.
Yang satu nona jelita, yang lain jenderal perkasa,
jika berani tampil masuk ke arena,
Hampir pasti laksana WIHOK lawan petahana, walau
hanya ada dua pengusungnya,
Sudah pasti akan berjaya ... karena yang belia dan
remaja ... pasti cocok seleranya.
Pertanyaannya sekarang beranikah menjadi yang
nomer dua, wahai Gajah Mada?
Essi nomor 212 -- POZ14102012 -- 087853451949