Tri Budhi Sastrio
Ajaran, pesan dan bahkan cerita yang disampaikan
Sang Nabi Utusan Sorga,
Benar-benar sederhana serta terang nan benderang
laksana sinar surya,
Sehingga hanya orang yang merasa amat pintar
dan sangat pandai saja,
Yang mungkin tidak memahami itu semua, tetapi
bagi orang sederhana,
Semua pesan, ajaran dan cerita Sang Nabi
Utusan Sorga jelas benar isinya.
Apa yang diucapkan ya itu pesanNya, apa yang
dicatat ya itulah SabdaNya.
Tak lebih tak kurang, tak perlu ditafsir-tafsirkan
segala, hitam putih adanya.
Memang ada ajaran, pesan, dan cerita yang jika
tahu landasan sejarahnya,
Membuat semuanya lebih mudah dipahami dan
dicerna, tetapi seandainya
Tidak ada kesempatan belajar atau mendengar
atau membaca latar budaya
Ketika sang nabi menyampaikan ajaran, pesan,
dan ceritaNya, ya tetap saja
Semuanya terang benderang, jelas, tegas, lugas,
penuh otoritas dan kuasa.
Singkat kata ... ya jalankan saja, kalau tidak bisa ...
jelas sekali masalahnya,
Bukan pada cerita, pesan dan ajaranNya melainkan
pada diri manusianya.
Ingin tahu penyebabnya? Sederhana saja, karena
telah disampaikan oleh Dia
Bahwa siapa saja yang tak berani dan bisa
menyangkal dirinya sendiri, maka
Mereka tidak layak bagi Sang Nabi Utusan Sorga,
dan sialnya ... atau hebatnya,
Hampir tidak ada pesan, ajaran atau cerita
yang dapat terlaksana manakala
Manusia tidak berhasil menyangkal dirinya ... yah,
betapa hebatnya ini sabda.
Terima kasih dan syukur, berterima kasih dan
bersyukur, jadi masalah juga.
Rasanya tidak berbilang jumlah manusia, jika
segan mengatakan semuanya,
Yang tidak tahu berterima kasih dan tidak tahu
beryukur, yang sudah merasa
Memang sangat banyak jumlahnya tetapi yang
benar-benar melaksanakannya
Rasanya tidak terlalu banyak dan ini sudah lama
ada bahkan Sang Nabi Sorga
Mengalami sendiri ketika dia menyembuhkan
sepuluh orang berpenyakit kusta.
Pada para kusta yang jumlahnya satu dasa,
Sang Nabi Utusan Sorga bersabda
Pergilah dan perlihatkanlah dirimu kepada
imam-imam ... dan patuhlah mereka.
Berikutnya, ketika mereka berdasa masih di tengah
marga, tahirlah semuanya.
Kusta sirna, mereka tentu sangatlah gembira
dan jelas sekali semakin percaya,
Sayangnya, hanya seorang saja, ini pun orang
Samaria, yang warga kelas tiga,
Yang bergegas kembali menemui Sang Nabi
Utusan Sorga haturkan bakti puja.
Yah ... hanya si orang rendah dan nista
dari kaum papa yang warga kelas tiga
Yang menyempatkan diri kembali dan sampaikan
terima kasih tidak terhingga,
Sedangkan yang lainnya, yang Yahudi kelasnya,
lanjutkan perjalanan mereka,
Menghadap imam dan mengabarkan bahwa kusta
telah sirna, tibalah masanya
Mereka diikutkan upacara tahir kusta tanda telah
diterima sebagai warga utama,
Warga kelas satu Yahudi, warga yang jelas sekali
amat sangat terhormat adanya.
Mungkin memang tidak ada yang salah dengan ini
sembilan orang tahir kusta,
Karena perintah nabi utusan surga pada mereka
jelas dan gamblang adanya,
Tetapi ya itu tadi ... bagaimana bisa upacara
tahir kusta jauh lebih berharga
Dibandingkan bakti dan puja pada Sang Nabi
Utusan Sorga yang tahirkan dosa?
Sang Nabi Utusan Sorga tentu saja tidak
memerlukan bakti dan puja manusia,
Apalagi jika hanya ucapan terima kasih dan
rasa syukur yang tak tulus adanya.
Yang paling penting bagi Dia adalah laksanakan
perintah empati kasih cinta
Pada sesama, bukan pada Dia yang empunya
seluruh kekuasaan atas dunia.
Hanya saja bagaimana bisa manusia melaksanakan
itu perintah yang utama
Jika mengucapkan terima kasih dan syukur saja
tidak piawai melakukannya?
Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah
menjadi tahir ... tanyaNya,
Di manakah yang sembilan orang itu? ... Tidak
adakah di antara mereka ...
Yang kembali untuk memuliakan Allah selain
dari pada orang asing ini? Ya,
Sebuah keluhan yang mungkin tidak akan pernah
terlontar jika warga utama
Tahu berterima kasih dan bersyukur pada Sang Nabi
Utusan Penyelamat Dunia.
Apakah ini gambaran dan potret semua orang
yang bibirnya katakan percaya?
Tentu saja tidak semua, tetapi jika prosentase
angka yang ada dalam ini cerita
Dapat dijadikan patokan dan pedomannya, yah ...
sebagian besar yang berkata
Aku percaya ... aku percaya ... ternyata memang
hanya di bibir saja, karenanya
Percuma saja mereka beribadah kepadaKu karena
memang hanya di bibir saja
Sementara hatinya berada nun jauh di sana ...
sebuah peringatan bagi semua.
Peringatan yang keras dan luar biasa benarnya,
karenanya ayo semuanya saja
Belajarlah berterima kasih dan bersyukur atas
semua berkah dan karuniaNya.
Boleh sampaikan itu semua dengan bibir terbuka
tetapi yang paling terutama
Sampaikan semuanya melalui nurani jendela jiwa,
karena memang dari sana
Ketika rasa terima kasih dan syukur memancar
penuh pesona, ajaran utama --
Empati dan kasih pada sesama - dapat mulai
dijalankan sesuai permintaanNya.
Manusia jangan pernah bermimpi dapat laksanakan
ajaran, pesan dan cerita,
Yang dirangkum dalam banyak sabda jika
bukan ini yang menjadi landasannya.
Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah
menjadi tahir ... tanyaNya,
Di manakah yang sembilan orang itu? ... Tidak
adakah di antara mereka ...
Yang kembali untuk memuliakan Allah selain
dari pada orang asing ini? Ya,
Sebuah keluhan yang mungkin tidak akan pernah
terlontar jika warga utama
Tahu berterima kasih dan bersyukur pada Sang Nabi
Utusan Penyelamat Dunia.
Karenanya ayo semuanya saja, tidak apa
menjadi warga sederhana kelas tiga,
Yang penting bisa ucapkan terima kasih dan syukur
sambil laksanakan sabda,
Pastilah semua sangat mulia dan tentu berkenan
kepadaNya, karena setelahnya
Rasanya tidak ada ajaran, perintah, dan sabda
yang disampaikan dalam cerita,
Yang tidak bisa dilaksanakan dengan hati ringan,
lapang dan riang gembira.
Essi nomor 200 -- SDA11092012 -- 087853451949