Tri Budhi Sastrio
Walau kecil dan sepele masalahnya, tetapi karena
inilah fakta dan realita,
Ada baiknya dipahami, sehingga yang kecil ini
tidak jadi besar karenanya.
Dalam kitab suci sorga tidak ada kata 'mukjizat' dan
hanya 'mujizat' adanya.
Sebaliknya dalam kamus besar bahasa Indonesia,
'mujizat' tidak jadi lema,
Tetapi 'mukjizat' yang ada definisi dan padanannya ...
yah evolusi bahasa.
Terlepas dari masalah kata serta ejaannya, di dalam
kitab suci dari sorga
Terdapat delapan puluh satu ayat yang gunakan
kata mujizat di dalamnya,
Dari delapan puluh satu, dua puluh dua ada dalam
empat tulisan utama
Diawali dengan pernyataan keras sang nabi utusan
sorga pada siapa saja
Yang nekad ajarkan hal sesat ... warpadailah
nabi palsu istilah Sang Putra,
Yang pada hari penghakiman nanti walau
berseru-seru dengan kerasnya,
Bahwa mereka melakukan banyak hal termasuk
mujizat demi namaKu juga,
Mereka tidak akan masuk sorga, karena bukan
setiap orang panggil nama
Dan berseru-seru Tuhan akan masuk Kerajaan Sorga,
tetapi hanya mereka
Yang melakukan kehendak Bapa-lah yang pantas
dan boleh masuk ke sana.
Kemudian Sang Nabi Utusan Sorga akan berterang
kata pada mereka semua
Bahwa Dia tidak kenal mereka, maka wahai pembuat
kejahatan enyah saja.
Peringatan keras ini kemudian dirangkai oleh Sabda
Sang Utusan dari Sorga
Yang dicatat oleh rasul yang berbeda bahwa
meskipun Dia dengan sengaja
Telah membuat begitu banyak mujizat persis tepat
di depan mata mereka,
Namun tetap tidak percaya kepadaNya, dan ini semua
tentu ada sebabnya.
Yang pertama supaya genap kata nabi sebelumnya
bahwa mereka semua
Telah dibutakan matanya dan dikeraskan hatinya,
sehingga mujizat tak nyata,
Sabda bahagia tak kentara, perintah pun tak masuk
ke dalam otak mereka.
Yang kedua tentu saja karena memang itulah yang
menjadi kehendak Bapa.
Dari stanza pembuka jelas sudah betapa Tuhan itu
telah banyak berkarya,
Bahkan ada sangat banyak yang percaya bahwa
jumlahnya tidak terkira.
Dan jika semua karya mujizat Tuhan di dunia hendak
dibuat catatannya,
Maka semua buku dan kitab yang ada pasti tidak
mampu menampungnya,
Karenanya yang ada dalam kitab suci ini cukup
sudah sebagai saksinya.
Lalu pertanyaan apakah Tuhan pernah membuat
mujizat, jelas jawabnya.
Ya pernah dan ... bahkan setiap saat selalu ada
mujizat Tuhan didalamnya.
Semua yang ada dan terjadi pastilah mujizat
namanya, karena tanpanya
Bagaimana bisa ada, bagaimana bisa terjadi,
hanya saja ... ya hanya saja,
Dan inilah yang kemudian berubah menjadi pokok
inti permasalahannya,
Hanya saja manusia kemudian tidak lagi
menganggapnya mujizat segala.
Karena walau mujizat yang terjadi setiap saat
dahsyatnya tidak terkira-kira
Hanya saja karena Tuhan melakukannya tanpa
henti bagi semua manusia,
Eh ... manusia dengan ringan menganggapnya
hal yang biasa-biasa saja.
Simak contoh berikut guna gambarkan betapa
konyolnya persepsi manusia.
Di bumi orang pegang batu bata di tangannya --
bisa memegang juga karunia,
Karunia penuh mujizat dari sang maha pembuat
mujizat, karena tanpanya,
Jangankan untuk memegang benda, untuk
membayangkan saja tidak bisa.
Batu bata dilepas, jatuhlah itu benda entah ke tanah
entah ke lantai, jelasnya
Pasti jatuh ke tanah, pasti jatuh ke bumi ... ini jelas
mujizat mahaluarbiasa
Cuma Tuhan yang mahakuasa mampu membuatnya,
hanya saja manusia
Yah ... karena Tuhan tanpa henti terus memberikan
ini mujizat dan karunia
Manusia lama-lama menganggapnya hal biasa
bahkan banyak jumlahnya
Yang menganggap Tuhan sama sekali tidak berperan
dalam ini peristiwa.
Ini peristiwa biasa, anak kecil juga tahu jawabnya,
gravitasi kan muasalnya?
Mujizat mulai menjadi pertimbangan manakala ada
yang berbeda realitanya.
Batu bata dilepas, eh ...tetap mengapung di udara ...
ini baru aneh namanya,
Kemudian lanjutannya, setelah murni tidak ada
rekayasa, mulailah pelakunya
Dianggap manusia setengah dewa mampu ciptakan
mujizat di depan mata.
Rasa kagum semakin menjadi-jadi ketika bata
bisa dibuat naik ke angkasa.
Wow ... ini baru sakti, ini baru ajaib, ini baru mujizat,
ini yang dicari manusia.
Padahal bata jatuh ke tanah, mujizat namanya,
bata tetap tenang di udara
Itu juga mujizat namanya, batu naik ke angkasa
mujizat juga pada labelnya.
Hanya saja karena yang kedua dan ketiga tak biasa
dilihat banyak manusia,
Jadi aneh namanya, ajaib panggilannya, dan
kemudian mujizat jadi capnya.
Sedangkan yang pertama, mujizat apanya ...
kan sudah memang itu adanya.
Aha ... rupanya manusia memang mencari yang
tidak biasa tampak di mata.
Semakin tak biasa adanya, maka semakin dekat
dengan mujizat dari surga.
Kalau sudah biasa dilihat dan dirasa, walau itu
mujizat yang tak ada taranya
Tetap dianggap biasa, sedangkan label mujizatnya
dibuang entah ke mana.
Inilah manusia, inilah kita, selalu berharap Tuhan
lakukan yang ada di kepala,
Semakin aneh ya semakin luar biasa, semakin ajaib
maka semakin berbeda,
Itulah kehendak kita. Inilah kehendak manusia,
tak puas pada apa yang ada.
Menyaksikan Mujizat Tuhan dalam kitab suci tentu
saja hebat isi kisahnya,
Mengubah air jadi anggur, menghidupkan yang mati,
sembuhkan orang buta,
Yang lumpuh berjalan, yang sakit disembuhkan,
mentahirkan penderita kusta,
Redakan ombak dan badai, sediakan koin di mulut
ikan bayar pajak gunanya,
Mengusir setan, puasa empat puluh hari empat puluh
malam, tempel telinga,
Berjalan di atas air, bangkit dari kematian,
naik ke sorga, dan semua karya Dia
Serta otoritas kuasa atas langit dan bumi yang
tentu atas perkenan dari Bapa,
Adalah sebagian saja dari mujizat yang sempat
dicatat oleh murid-muridNya.
Semuanya hebat, semuanya luar biasa, walau ada
juga sebagian darinya
Dibuat guna membuka lebar-lebar mata iman mereka
yang kurang percaya.
Tetapi yang jauh luar biasa, mujizat yang dibuat
sendiri oleh Bapa pencipta
Yang bertebaran di mana-mana, setiap saat selalu ada
dan ada dan ada,
Eh, malah label mujizatnya ditanggalkan kemudian
disimpan di saku celana.
Yah ... benar-benar kurang ajar, tak tahu bersyukur
dan ini celaka namanya.
Ketika Bapa berkehendak manusia merasakan sakit
sebagai mujizat karunia
Eh ... malah tidak henti-hentinya meminta dan
meminta ... sehat namanya ...
Karena banyak manusia beranggapan bahwa sehat
dan kesembuhan semata
Yang pantas menyandang label mujizat karunia,
sementara sakit dan petaka
Bukan mujizat bukan karunia, hanya kutukan semata
dan bukan dari sorga.
Duh Bapa ... duh Putra ... ampunilah kami semua,
semoga semua yang ada
Yang juga kehendak dan kemauanMu semata
tidaklah kami buang labelnya.
Semua yang ada karunia dan mujizatMu semata,
dan seperti kata Sang Putra
Terjadilah kehendakMu, bukan kehendak kami,
dan juga bukan kehendak kita.
Essi nomor 198 -- SDA27082012 -- 087853451949