Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi Nomor 198: Apakah Tuhan Pernah Membuat Mukjizat?

20 April 2021   05:47 Diperbarui: 20 April 2021   05:57 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.quotemaster.org/Miracle

Essi 198 -- Apakah Tuhan Pernah  Membuat Mukjizat?
Tri Budhi Sastrio

Walau kecil dan sepele masalahnya, tetapi karena
     inilah fakta dan realita,
Ada baiknya dipahami, sehingga yang kecil ini
     tidak jadi besar karenanya.
Dalam kitab suci sorga tidak ada kata 'mukjizat' dan
     hanya 'mujizat' adanya.
Sebaliknya dalam kamus besar bahasa Indonesia,
     'mujizat' tidak jadi lema,
Tetapi 'mukjizat' yang ada definisi dan padanannya ...
     yah evolusi bahasa.
Terlepas dari masalah kata serta ejaannya, di dalam
     kitab suci dari sorga
Terdapat delapan puluh satu ayat yang gunakan
     kata mujizat di dalamnya,
Dari delapan puluh satu, dua puluh dua ada dalam
     empat tulisan utama
Diawali dengan pernyataan keras sang nabi utusan
     sorga pada siapa saja
Yang nekad ajarkan hal sesat ... warpadailah
     nabi palsu istilah Sang Putra,
Yang pada hari penghakiman nanti walau
     berseru-seru dengan kerasnya,
Bahwa mereka melakukan banyak hal termasuk
     mujizat demi namaKu juga,
Mereka tidak akan masuk sorga, karena bukan
     setiap orang panggil nama
Dan berseru-seru Tuhan akan masuk Kerajaan Sorga,
     tetapi hanya mereka
Yang melakukan kehendak Bapa-lah yang pantas
     dan boleh masuk ke sana.
Kemudian Sang Nabi Utusan Sorga akan berterang
     kata pada mereka semua
Bahwa Dia tidak kenal mereka, maka wahai pembuat
     kejahatan enyah saja.
Peringatan keras ini kemudian dirangkai oleh Sabda
     Sang Utusan dari Sorga
Yang dicatat oleh rasul yang berbeda bahwa
     meskipun Dia dengan sengaja
Telah membuat begitu banyak mujizat persis tepat
     di depan mata mereka,
Namun tetap tidak percaya kepadaNya, dan ini semua
     tentu ada sebabnya.
Yang pertama supaya genap kata nabi sebelumnya
     bahwa mereka semua
Telah dibutakan matanya dan dikeraskan hatinya,
     sehingga mujizat tak nyata,
Sabda bahagia tak kentara, perintah pun tak masuk
     ke dalam otak mereka.
Yang kedua tentu saja karena memang itulah yang
     menjadi kehendak Bapa.

Dari stanza pembuka jelas sudah betapa Tuhan itu
     telah banyak berkarya,
Bahkan ada sangat banyak yang percaya bahwa
     jumlahnya tidak terkira.
Dan jika semua karya mujizat Tuhan di dunia hendak
     dibuat catatannya,
Maka semua buku dan kitab yang ada pasti tidak
     mampu menampungnya,
Karenanya yang ada dalam kitab suci ini cukup
     sudah sebagai saksinya.
Lalu pertanyaan apakah Tuhan pernah membuat
     mujizat, jelas jawabnya.
Ya pernah dan ... bahkan setiap saat selalu ada
     mujizat Tuhan didalamnya.
Semua yang ada dan terjadi pastilah mujizat
     namanya, karena tanpanya
Bagaimana bisa ada, bagaimana bisa terjadi,
     hanya saja ... ya hanya saja,
Dan inilah yang kemudian berubah menjadi pokok
     inti permasalahannya,
Hanya saja manusia kemudian tidak lagi
     menganggapnya mujizat segala.
Karena walau mujizat yang terjadi setiap saat
     dahsyatnya tidak terkira-kira
Hanya saja karena Tuhan melakukannya tanpa
     henti bagi semua manusia,
Eh ... manusia dengan ringan menganggapnya
     hal yang biasa-biasa saja.

Simak contoh berikut guna gambarkan betapa
     konyolnya persepsi manusia.
Di bumi orang pegang batu bata di tangannya --
     bisa memegang juga karunia,
Karunia penuh mujizat dari sang maha pembuat
     mujizat, karena tanpanya,
Jangankan untuk memegang benda, untuk
     membayangkan saja tidak bisa.
Batu bata dilepas, jatuhlah itu benda entah ke tanah
     entah ke lantai, jelasnya
Pasti jatuh ke tanah, pasti jatuh ke bumi ... ini jelas
     mujizat mahaluarbiasa
Cuma Tuhan yang mahakuasa mampu membuatnya,
     hanya saja manusia
Yah ... karena Tuhan tanpa henti terus memberikan
     ini mujizat dan karunia
Manusia lama-lama menganggapnya hal biasa
     bahkan banyak jumlahnya
Yang menganggap Tuhan sama sekali tidak berperan
     dalam ini peristiwa.
Ini peristiwa biasa, anak kecil juga tahu jawabnya,
     gravitasi kan muasalnya?
Mujizat mulai menjadi pertimbangan manakala ada
     yang berbeda realitanya.
Batu bata dilepas, eh ...tetap mengapung di udara ...
     ini baru aneh namanya,
Kemudian lanjutannya, setelah murni tidak ada
     rekayasa, mulailah pelakunya
Dianggap manusia setengah dewa mampu ciptakan
     mujizat di depan mata.
Rasa kagum semakin menjadi-jadi ketika bata
     bisa dibuat naik ke angkasa.
Wow ... ini baru sakti, ini baru ajaib, ini baru mujizat,
     ini yang dicari manusia.
Padahal bata jatuh ke tanah, mujizat namanya,
     bata tetap tenang di udara
Itu juga mujizat namanya, batu naik ke angkasa
     mujizat juga pada labelnya.
Hanya saja karena yang kedua dan ketiga tak biasa
     dilihat banyak manusia,
Jadi aneh namanya, ajaib panggilannya, dan
     kemudian mujizat jadi capnya.
Sedangkan yang pertama, mujizat apanya ...
     kan sudah memang itu adanya.

Aha ... rupanya manusia memang mencari yang
     tidak biasa tampak di mata.
Semakin tak biasa adanya, maka semakin dekat
     dengan mujizat dari surga.
Kalau sudah biasa dilihat dan dirasa, walau itu
     mujizat yang tak ada taranya
Tetap dianggap biasa, sedangkan label mujizatnya
     dibuang entah ke mana.
Inilah manusia, inilah kita, selalu berharap Tuhan
     lakukan yang ada di kepala,
Semakin aneh ya semakin luar biasa, semakin ajaib
     maka semakin berbeda,
Itulah kehendak kita. Inilah kehendak manusia,
     tak puas pada apa yang ada.

Menyaksikan Mujizat Tuhan dalam kitab suci tentu
     saja hebat isi kisahnya,
Mengubah air jadi anggur, menghidupkan yang mati,
     sembuhkan orang buta,
Yang lumpuh berjalan, yang sakit disembuhkan,
     mentahirkan penderita kusta,
Redakan ombak dan badai, sediakan koin di mulut
     ikan bayar pajak gunanya,
Mengusir setan, puasa empat puluh hari empat puluh
     malam, tempel telinga,
Berjalan di atas air, bangkit dari kematian,
     naik ke sorga, dan semua karya Dia
Serta otoritas kuasa atas langit dan bumi yang
     tentu atas perkenan dari Bapa,
Adalah sebagian saja dari mujizat yang sempat
     dicatat oleh murid-muridNya.
Semuanya hebat, semuanya luar biasa, walau ada
     juga sebagian darinya
Dibuat guna membuka lebar-lebar mata iman mereka
     yang kurang percaya.
Tetapi yang jauh luar biasa, mujizat yang dibuat
     sendiri oleh Bapa pencipta
Yang bertebaran di mana-mana, setiap saat selalu ada
     dan ada dan ada,
Eh, malah label mujizatnya ditanggalkan kemudian
     disimpan di saku celana.
Yah ... benar-benar kurang ajar, tak tahu bersyukur
     dan ini celaka namanya.
Ketika Bapa berkehendak manusia merasakan sakit
     sebagai mujizat karunia
Eh ... malah tidak henti-hentinya meminta dan
     meminta ... sehat namanya  ...
Karena banyak manusia beranggapan bahwa sehat
     dan kesembuhan semata
Yang pantas menyandang label mujizat karunia,
     sementara sakit dan petaka
Bukan mujizat bukan karunia, hanya kutukan semata
     dan bukan dari sorga.

Duh Bapa ... duh Putra ... ampunilah kami semua,
     semoga semua yang ada
Yang juga kehendak dan kemauanMu semata
     tidaklah kami buang labelnya.
Semua yang ada karunia dan mujizatMu semata,
     dan seperti kata Sang Putra
Terjadilah kehendakMu, bukan kehendak kami,
     dan juga bukan kehendak kita.
 
Essi nomor 198 -- SDA27082012 -- 087853451949

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun