Essi 198 -- Apakah Tuhan Pernah  Membuat Mukjizat?
Tri Budhi Sastrio
Walau kecil dan sepele masalahnya, tetapi karena
   inilah fakta dan realita,
Ada baiknya dipahami, sehingga yang kecil ini
   tidak jadi besar karenanya.
Dalam kitab suci sorga tidak ada kata 'mukjizat' dan
   hanya 'mujizat' adanya.
Sebaliknya dalam kamus besar bahasa Indonesia,
   'mujizat' tidak jadi lema,
Tetapi 'mukjizat' yang ada definisi dan padanannya ...
   yah evolusi bahasa.
Terlepas dari masalah kata serta ejaannya, di dalam
   kitab suci dari sorga
Terdapat delapan puluh satu ayat yang gunakan
   kata mujizat di dalamnya,
Dari delapan puluh satu, dua puluh dua ada dalam
   empat tulisan utama
Diawali dengan pernyataan keras sang nabi utusan
   sorga pada siapa saja
Yang nekad ajarkan hal sesat ... warpadailah
   nabi palsu istilah Sang Putra,
Yang pada hari penghakiman nanti walau
   berseru-seru dengan kerasnya,
Bahwa mereka melakukan banyak hal termasuk
   mujizat demi namaKu juga,
Mereka tidak akan masuk sorga, karena bukan
   setiap orang panggil nama
Dan berseru-seru Tuhan akan masuk Kerajaan Sorga,
   tetapi hanya mereka
Yang melakukan kehendak Bapa-lah yang pantas
   dan boleh masuk ke sana.
Kemudian Sang Nabi Utusan Sorga akan berterang
   kata pada mereka semua
Bahwa Dia tidak kenal mereka, maka wahai pembuat
   kejahatan enyah saja.
Peringatan keras ini kemudian dirangkai oleh Sabda
   Sang Utusan dari Sorga
Yang dicatat oleh rasul yang berbeda bahwa
   meskipun Dia dengan sengaja
Telah membuat begitu banyak mujizat persis tepat
   di depan mata mereka,
Namun tetap tidak percaya kepadaNya, dan ini semua
   tentu ada sebabnya.
Yang pertama supaya genap kata nabi sebelumnya
   bahwa mereka semua
Telah dibutakan matanya dan dikeraskan hatinya,
   sehingga mujizat tak nyata,
Sabda bahagia tak kentara, perintah pun tak masuk
   ke dalam otak mereka.
Yang kedua tentu saja karena memang itulah yang
   menjadi kehendak Bapa.
Dari stanza pembuka jelas sudah betapa Tuhan itu
   telah banyak berkarya,
Bahkan ada sangat banyak yang percaya bahwa
   jumlahnya tidak terkira.
Dan jika semua karya mujizat Tuhan di dunia hendak
   dibuat catatannya,
Maka semua buku dan kitab yang ada pasti tidak
   mampu menampungnya,
Karenanya yang ada dalam kitab suci ini cukup
   sudah sebagai saksinya.
Lalu pertanyaan apakah Tuhan pernah membuat
   mujizat, jelas jawabnya.
Ya pernah dan ... bahkan setiap saat selalu ada
   mujizat Tuhan didalamnya.
Semua yang ada dan terjadi pastilah mujizat
   namanya, karena tanpanya
Bagaimana bisa ada, bagaimana bisa terjadi,
   hanya saja ... ya hanya saja,
Dan inilah yang kemudian berubah menjadi pokok
   inti permasalahannya,
Hanya saja manusia kemudian tidak lagi
   menganggapnya mujizat segala.
Karena walau mujizat yang terjadi setiap saat
   dahsyatnya tidak terkira-kira
Hanya saja karena Tuhan melakukannya tanpa
   henti bagi semua manusia,
Eh ... manusia dengan ringan menganggapnya
   hal yang biasa-biasa saja.
Simak contoh berikut guna gambarkan betapa
   konyolnya persepsi manusia.
Di bumi orang pegang batu bata di tangannya --
   bisa memegang juga karunia,
Karunia penuh mujizat dari sang maha pembuat
   mujizat, karena tanpanya,
Jangankan untuk memegang benda, untuk
   membayangkan saja tidak bisa.
Batu bata dilepas, jatuhlah itu benda entah ke tanah
   entah ke lantai, jelasnya
Pasti jatuh ke tanah, pasti jatuh ke bumi ... ini jelas
   mujizat mahaluarbiasa
Cuma Tuhan yang mahakuasa mampu membuatnya,
   hanya saja manusia
Yah ... karena Tuhan tanpa henti terus memberikan
   ini mujizat dan karunia
Manusia lama-lama menganggapnya hal biasa
   bahkan banyak jumlahnya
Yang menganggap Tuhan sama sekali tidak berperan
   dalam ini peristiwa.
Ini peristiwa biasa, anak kecil juga tahu jawabnya,
   gravitasi kan muasalnya?
Mujizat mulai menjadi pertimbangan manakala ada
   yang berbeda realitanya.
Batu bata dilepas, eh ...tetap mengapung di udara ...
   ini baru aneh namanya,
Kemudian lanjutannya, setelah murni tidak ada
   rekayasa, mulailah pelakunya
Dianggap manusia setengah dewa mampu ciptakan
   mujizat di depan mata.
Rasa kagum semakin menjadi-jadi ketika bata
   bisa dibuat naik ke angkasa.
Wow ... ini baru sakti, ini baru ajaib, ini baru mujizat,
   ini yang dicari manusia.
Padahal bata jatuh ke tanah, mujizat namanya,
   bata tetap tenang di udara
Itu juga mujizat namanya, batu naik ke angkasa
   mujizat juga pada labelnya.
Hanya saja karena yang kedua dan ketiga tak biasa
   dilihat banyak manusia,
Jadi aneh namanya, ajaib panggilannya, dan
   kemudian mujizat jadi capnya.
Sedangkan yang pertama, mujizat apanya ...
   kan sudah memang itu adanya.
Aha ... rupanya manusia memang mencari yang
   tidak biasa tampak di mata.
Semakin tak biasa adanya, maka semakin dekat
   dengan mujizat dari surga.
Kalau sudah biasa dilihat dan dirasa, walau itu
   mujizat yang tak ada taranya
Tetap dianggap biasa, sedangkan label mujizatnya
   dibuang entah ke mana.
Inilah manusia, inilah kita, selalu berharap Tuhan
   lakukan yang ada di kepala,
Semakin aneh ya semakin luar biasa, semakin ajaib
   maka semakin berbeda,
Itulah kehendak kita. Inilah kehendak manusia,
   tak puas pada apa yang ada.
Menyaksikan Mujizat Tuhan dalam kitab suci tentu
   saja hebat isi kisahnya,
Mengubah air jadi anggur, menghidupkan yang mati,
   sembuhkan orang buta,
Yang lumpuh berjalan, yang sakit disembuhkan,
   mentahirkan penderita kusta,
Redakan ombak dan badai, sediakan koin di mulut
   ikan bayar pajak gunanya,
Mengusir setan, puasa empat puluh hari empat puluh
   malam, tempel telinga,
Berjalan di atas air, bangkit dari kematian,
   naik ke sorga, dan semua karya Dia
Serta otoritas kuasa atas langit dan bumi yang
   tentu atas perkenan dari Bapa,
Adalah sebagian saja dari mujizat yang sempat
   dicatat oleh murid-muridNya.
Semuanya hebat, semuanya luar biasa, walau ada
   juga sebagian darinya
Dibuat guna membuka lebar-lebar mata iman mereka
   yang kurang percaya.
Tetapi yang jauh luar biasa, mujizat yang dibuat
   sendiri oleh Bapa pencipta
Yang bertebaran di mana-mana, setiap saat selalu ada
   dan ada dan ada,
Eh, malah label mujizatnya ditanggalkan kemudian
   disimpan di saku celana.
Yah ... benar-benar kurang ajar, tak tahu bersyukur
   dan ini celaka namanya.
Ketika Bapa berkehendak manusia merasakan sakit
   sebagai mujizat karunia
Eh ... malah tidak henti-hentinya meminta dan
   meminta ... sehat namanya  ...
Karena banyak manusia beranggapan bahwa sehat
   dan kesembuhan semata
Yang pantas menyandang label mujizat karunia,
   sementara sakit dan petaka
Bukan mujizat bukan karunia, hanya kutukan semata
   dan bukan dari sorga.
Duh Bapa ... duh Putra ... ampunilah kami semua,
   semoga semua yang ada
Yang juga kehendak dan kemauanMu semata
   tidaklah kami buang labelnya.
Semua yang ada karunia dan mujizatMu semata,
   dan seperti kata Sang Putra
Terjadilah kehendakMu, bukan kehendak kami,
   dan juga bukan kehendak kita.
Â
Essi nomor 198 -- SDA27082012 -- 087853451949