Saat itu penerangan listrik belum masuk ke Rajawetan, untuk menerangi rumah ketika malam, yang digunakan adalah lampu teplok dengan kawat penyangga untuk cantelan, selain itu ada lingkaran yang terbuat dari kaleng, biasa di hiasi gambar artis artis berwajah oriental. Meski minim penerangan di malam hari, tapi kebahagiaan tak pernah berkurang.
Namun momen yang paling di tunggu adalah ketika bulan sempurna, bulat penuh dengan cahaya tak segarang matahari, cahaya purnama membuat anak anak bergembira dan bisa "mulan" alias bermain dengan cahaya bulan purnama. Puluhan tahun berlalu, kepingan nostalgia itu tak pernah pudar. Namun sayang suasana itu tak terdokumentasi, jarang banget orang desa punya kamera saat itu.
Saat itu aktifitas bermain lebih banyak di luar ruangan, tempat main berupa tanah kosong, kebun atau pekarangan berhalaman luas, seru rasanya menghabiskan waktu di malam hari ketika bulan puasa. Usai tarawih, masih mengenakan sarung tapi di lilitkan di pinggang, memainkan permainan bersama teman sebaya merupakan hal yang di tunggu.