Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

"Theresa", Emile Zola

20 Juni 2020   19:15 Diperbarui: 20 Juni 2020   19:10 469 1
Theresa merupakan novel warisan sastra dunia karya Emile Zola. Penulis Perancis berpengaruh ini adalah tokoh penting aliran naturalisme dan liberalisme politik. Ia dengan sangat berhasil melukiskan kehidupan masyarakat Perancis era 1800 -an melalui tokoh-tokoh Theresa, Madame Raquin, Camilus, dan Laurent.

Alur ceritanya sederhana, namun pengambaran watak tokohnya sangat intens dan menarik. Dikisahkan Madame Raquin memiliki putra, Camilus yang bertubuh tiris dan penyakitan. Ia menjodohkan putranya dengan keponakannya yang dirawatnya sejak kecil, Theresa.

Perkawinannya terasa hambar bagi Theresa. Malam-malam yang dilaluinya terasa sepi dan dingin membeku. Camilus tak bisa menyalakan gairah hidup rumah tangganya tersebut. Bagi Theresa, hidupnya menjadi terasa hambar.

Dan kehambaran rumah tangga Camilus ini berakhir ketika Laurent, teman masa kecil Camilus, seorang pelukis gagal yang hedon dan tak bermodal hadir di dalam rumah-tangganya. Laurent yang berperawakan kekar mampu menyalakan gairah muda Theresa.

Gairah keasyikan Laurent-Theresa di tengah rumah tangga itu, membawanya niat jahat mereka untuk melenyapkan Camilus, suami sah Theresa. Alasannya, bagi Theresa akan semakin bebas mereguk nikmat gairah wanita muda. Bagi Laurent, tentu bukan saja sikap hidupnya yang hedon, tapi juga merasa hidupnya akan terjamin dengan kekayaan Madame Raquin. Dibayangkannya, sepeninggal Camilus, ia akan bisa menikahi Theresa dan hidup akan bahagia dengan jaminan keuangan Mademe Raquin.

Rencana pembunuhan Camilus pun disusun Laurent dan Theresa. Pada kesempatan tamasya, di suatu sungai, mereka menaiki perahu bertiga. Di tengah arus yang deras, Camilus ditenggelamkan Laurent dengan dibantu Theresa.

Pembunuhan Camilus tak terungkap kepolisian. Laurent dan Theresa merasa akan segera dapat merengguk kebahagiaan hidup di atas kematian Camilus.

Rupanya, kematian Camilus bukan menjadi awal kebahagian, melainkan horor demi hororlah yang hadir dalam kehidupan mereka berdua. Meskipun polisi tidak mampu mengungkap kejahatannya dan mereka menjadi suami istri dengan restu Madame Raquin, tapi hidup mereka semakin kacau dan parah. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai kehidupannya. Bayangan Camilus bergentayangan menjadi hantu yang hadir setiap waktu  Ancam-mengancam akan saling melaporkan kejahatan mereka menyelimuti hari-harinya.

Ironisnya, Madame Raquin dan para sahabatnya yang rutin berkumpul di kediaman Madame Raquin melihat sebaliknya. Bagi mereka, Laurent dan Theresa tampak sebagai keluarga yang bahagia. Di sinilah dan hingga akhir cerita, Emile Zola menunjukkan kepiwaiannya melukiskan gejolak batin para tokohnya dengan sangat apik.

Drama demi drama yang ironis sekaligus tragis mampu dengan mempesona ditampilkan Emile Zola. Sebelum kematian Laurent dan Theresa yang bunuh diri dengan minum racun, Emile Zola pun mampu  menggambarkan tekanan batin kedua tokoh itu dengan sangat intens dan mengena.

Demikian pula gambaran pergolakan batin Madame Raquin, baik saat masih sehat maupun ketika sudah lumpuh. Ketika tinggal sorot matanya yang mampu berkomunikasi, gambarannya, sungguh sangat detil dan akurat serta dramatis.

Akhirnya, harus diakui bahwa novel ini memang layak sebagai sastra warisan dunia. Penelisikan tentang jiwa manusia yang penuh intrik, nafsu dan egoisme tergambar jelas. Dan pelajaran yang dapat dipetik adalah bahwa kebahagian tidak dapat diraih di atas penderitaan orang lain.

Inilah tampaknya yang menjadikan novel ini perlu dibaca sebagai cermin kehidupan.**tt.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun