Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Masa Orientasi Sekolah (MOS), Apakah Ada Gunanya?

12 Juli 2011   01:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:45 1100 0

“Asyiik..bisa balas dendam dalam MOS....!”

Itulah status teman sekelas anak saya yang ditulis dalam akun fb-nya. Saya terperangah membaca status tersebut. Apalagi ditulis oleh seorang anak perempuan kelas VIII (SMP kelas 2).

Kemudian anak saya bercerita tentang kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS) di sekolahnya. Dia mengatakan bahwa kegiatan MOS diadakan sekolah melalui kegiatan OSIS untuk anak baru kelas VII yang baru masuk. Yang menjadi senior adalah anak kelas VIII dan kelas IX yang menjadi pengurus OSIS.

Anak saya tidak ikut “memplonco” dalam kegiatan MOS, karena selain saya larang karena tidak melihat ada manfaatnya, dan dia juga bukan pengurus OSIS.

Dalam kegiatan MOS disekolahnya, para siswa baru diwajibkan memakai petai dua buah untuk dijadikan dasi, permen 20 buah diuntai untuk menjadi gelang dan hal-hal lain yang tidak masuk akal bagi saya.

Saya ingin mempertanyakan kegiatan MOS ini. Karena saya melihat kegiatan MOS ini malah menimbulkan rasa dendam yang akan dilampiaskan pada tahun berikut kepada juniornya lagi. Status fb teman putra saya itu jelas menunjukkan rasa dendam akibat apa yang dialaminya tahun lalu dalam kegiatan yang sama. Dan kini dia melihat peluang untuk membalaskan perlakuan yang telah diterimanya.

Kemudian untuk pernak-pernik MOS, apa perlunya menggunakan petai sebagai dasi? Permen menjadi gelang, dll. Ini semua menanamkan bibit pemborosan. Bahan makanan dijadikan mainan yang pada akhirnya akan menjadi terbuang percuma. Padahal itu semua tidak didapat dengan gratis! Semua dibeli! Dan secara logika sangat tidak masuk akal dan akhirnya hanya memberatkan orang tua siswa.

Tidak ada nilai mendidik sama sekali dalam kegiatan MOS ini. Membuat kesenjangan antara senior dan junior yang akan menyuburkan benih bullying dan pengelompokan (gank). Padahal dalam pendidikan disekolah umum saya pikir tidak ada gunanya membuat pemisahan senior dan junior. Karena pada akhirnya hanya menimbulkan kerugian moril dan materil.

Untuk itu kiranya kegiatan MOS ini dapat ditinjau kembali. Cobalah dikaji ulang. Baik penyelenggaraannya maupun isi kegiatannya.

Biarlah sekolah menjadi tempat yang menyenangkan untuk belajar bagi para siswa.

Sekolah menjadi tempat mengasah intelektual dan mempertajam pemikiran dengan menggunakan logika.

Jangan ditanamkan cara-cara memanipulasi sejak awal.

TUT WURI HANDAYANI

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun