Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Ketika Artis Mencoba Menjadi Toilet

11 Desember 2015   21:32 Diperbarui: 11 Desember 2015   21:32 1372 6

 

Mengapa harus diributkan? Apanya yang mesti diributkan? Profesi keartisannya? Prostitusinya? Harga yang ditawarkan? Berita hotnya? Atau nilai imajinya?

Tidak ada yang baru! Tertangkapnya NM adalah fenomena yang wajar dari sebuah jual beli budaya yang memang sudah saatnya menjadi penghias hidup kekinian. Sarkasme dari kebiadaban hati dalam menjabarkan sebuah perilaku. Kekalahan yang bisa menerpa profesi apa saja.

Jangankan profesi artis yang beda-beda tipis dengan gemerlap kemewahan. Sekelas anggota dewan saja sudah sedemikian rentan dengan perilaku "toilet" ini. Sulit diprediksi kini, strata apa yang kebal dalam menghadapi godaan buang hajat syahwat bejat. Hanya mereka-mereka yang terpaksa saja yang melampiaskan perilaku toiletnya, tanpa perhitungan yang matang.

Matangkah perilaku pelampiasan syahwat NM ini? Saya pikir sangat matang. Terbukti, tempat yang digunakan saja sekelas hotel. Tarifnya pun tidak main-main, puluhan bahkan ratusan juta!

Bandingkan dengan kasus-kasus yang sering terungkap. Ada sepasang selingkuhan yang harus diarak keliling kampung karena tertangkap basah gara-gara kurang begitu matang mencari sela dan tempat untuk bercinta. Atau malah menjadikan mobil pribadi menjadi toilet untuk membuang syahwatnya.

Apakah karena di hotel berbintang hingga berita NM ini ramai sedemikian rupa? Jika tentang keartisannya, bukankah kasus ini bukan yang pertama kali menerpa dunia artis?

Saya pesimis, pasca tertangkapnya NM ini tidak ada lagi kasus lain yang serupa. Karena bagi saya, bukan profesi keartisannya yang memprihatinkan, tetapi "perilaku toilet" itulah yang mencemaskan.

Salah jika fenomena ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup, atau berkaitan dengan dengan tingkat kecerdasan dan status sosial seseorang. Daftar rentetan kejadian yang pernah terjadi selama ini menunjukkan adanya sebab yang miultikompleks. Saya meyakini, karena salah dalam melihat "toiletlah" perilaku-perilaku nista itu semerbak, kini.

Peradaban sedang berusaha membangun image jika toilet tidak semuanya jorok. Dan benar, kini, di tempat-tempat berkelas, toilet tidak jarang lebih mewah daripada sebuah rumah ibadah.

Maka jangan meramaikan kasus ini karena keartisannya, karena nilai bookingannya, atau karena siapa pelakunya. Tetapi tatap "perilaku toiletnya". Maka semewah apapun toilet yang ada tetap harus dianggap sebagai hal yang menjijikkan. Sehinggga apakah itu toiket-toilet mewah, wc umum atau jamban, konsep perhatian kita tidaklah berubah, tetap menjijikkan karena hanya untuk buang hajat semata.

Maka sangat disayangkan jika ada seorang artis mencoba menjadi toilet, betapa nistanya! Amat disayangkan...

 

Kertonegoro, 11 Desember 2015
Salam,

Akhmad Fauzi

 

Ilustrasi : sidomi.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun