Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Piala Dunia dan Inspirasi Berkreasi Khas ala Kang Ibing

10 November 2022   15:06 Diperbarui: 10 November 2022   15:10 661 6
Negeri Jazirah, Qatar, kembali mengundang perhatian dunia. Pesona negara gurun pasir ini mencatatkan dirinya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Ajang sepak bola empat tahunan itu akan diikuti sedikitnya  32 negara peserta.

Negara-negara hebat dengan pemain sepak bolanya yang handal akan bertarung demi nama besar negaranya pada 20 November hingga 18 Desember 2022.

Sudah terbayangkan, bagaimana kehobohan warga dunia menyambut kehadiran turnamen bergengsi itu.

Begitu pula dengan keadaan di Indonesia, Kota Bandung khususnya.

Meski Indonesia belum mendapat giliran dalam perhelatan sepak bola internasional itu, namun kehebohan menyambut tibanya pelaksanaan Piala Dunia 2022, tak kalah dengan negara lain.

Pada masa-masa seperti ini, dulu, ada kekhasan menyambut piala dunia.

Harian Pikiran Rakyat, sebagai korannya orang Bandung dan Jawa Barat, memiliki rubrik unik atau sajian tulisan komentar sepak bola dari seorang tokoh seniman budayawan dan juga pelawak terkenal yaitu Kang Ibing.

Belum juga membaca artikel sepak bola "bodor" atau lucu yang ditulis Kang Ibing, baru mendengar atau membaca namanya saja, orang Bandung suka senyum atau ketawa duluan.

Kang Ibing terlanjur disayangi orang Bandung karena guyonannya yang cerdas dan menghibur.

Ajang piala dunia memantik ide segar bagi Kang Ibing untuk menyajikan bentuk lain komentar-komentar sepak bola.

Tentunya dengan guyonan khas Sunda, pada Piala Dunia 2010, Kang Ibing banyak membuat sisipan-sisipan kata dari Bahasa Sunda dan dirangkainya menjadi kalimat seolah kalimat itu berasal dari bahasa negara peserta.  

misalnya ada kalimat, "Slinmach caprucken" (silaing mah ngacapruk) yang sepintas dibaca seperti Bahasa Austria.

Kalimat lain, gaya orang Belanda saat bicara, "Brazilen nu jagoen diskten, komo Spanyolen!", (Brasil nu jago disikat, komo Spanyol).

Kalimat pertama, "Slinmach caprucken" (silaing mah ngacapruk) ini kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, artinya bisa begini, "Kamu itu ngaco (bicaranya), mengada-ada.

Kata-kata yang disingkat tanpa makna, tetapi menjadi lucu ketika pengucapannya disampaikan secara utuh.

Kalimat lain, "Brazilen nu jagoen diskten, komo Spanyolen!, (Brasil nu jago disikat, komo Spanyol) sama mengartikannya dengan kalimat sebelumnya, temukan dulu kata-kata lengkapnya, kemudian dalam bahasa Indonesia kita bisa mendapat arti kalimat seperti ini, Brazil saja yang jagoan bisa dikalahkan, apalagi Spanyol.

Banyak sekali kenangan bersama Kang Ibing saat melewatkan piala dunia.

Pertandingan bintang-bintang sepak bola dunia yang kerap menegangkan, menjadi cair saat mendapatkan sisipan komentar-komentar lucu dan kadang-kadang tidak nyambung dengan bahasan sepak bolanya.

Orang suka bilang, Kang Ibing "paciweuh" atau bahasannya "ngalor-ngidul", kesana kemari.

Meski hal itu sudah lama berselang, kelucuan Kang Ibing dalam meramaikan piala dunia masih bisa kita simak dalam ulasan chanel-chanel Youtube atau media sosial lainnya.

Dunia internet semacam ini seolah tak ingin melupakan Kang Ibing begitu saja dari jagat dunia lawak, seni dan budaya Indonesia.


Lulusan Sastra Rusia

Nama Kang Ibing sebagai seorang pelawak, ternyata menyandang gelar lain sebagai sarjana Sastra Rusia dari Universitas Padjadjaran (Unpad).

Lulusan langka pada masa ia kuliah, dan berdasarkan pengakuan Kang Ibing semasa hidup, hanya mahasiswa dalam hitungan jari saja yang berada dalam kelas perkuliahan di jurusan Bahasa Rusia itu.

Kang Ibing memiliki nama lengkap R. Aang Kusmayatna Kusiyana Samba Kurnia Kusumadinata. Lahir dari seorang ibu Nyi R Kusdiah Ratna Komala dan memiliki ayah bernama R Suyatna Bin Aang.

Masa kuliah di Bandung ia habiskan dengan berorganisasi pada sebuah organisasi kemahasiswaan bernama Daya Mahasiswa Sunda (Damas).

Nama Kang Ibing itu sebagai nama samaran saat dirinya masuk sebagai penyiar di Radio Mara Kota Bandung bersama Widan Nasution.

Nama lawaknya  semakin terkenal sejak ia bergabung dalam kelompok lawak D'kabayan bersama Aom Kusman dan membintangi beberapa film layar lebar dan juga penceramah.

Kiprah Kang Ibing dalam dunia seni dan budaya, mendapat perhatian khusus dari seorang budayawan ternama, Eddy D. Iskandar.

Disebutkannya, bahwa Kang Ibing adalah  seniman komedi, penulis yang piawai, serta sastrawan yang hebat.

Bersama dengan itu, Eddy D. Iskandar, dikutip dalam rubrik Khazanah, Pikiran Rakyat, 22 Agustus 2010, mengulang perkataan Mh. Rustandi Kartakusumah (Redaktur majalah Gondewa tahun 1970-an), bahwa Kang Ibing dengan karya-karyanya, layak disejajarkan dengan sastrawan Rusia ternama, Anton Chekhov.

Seniman unik itu kini sudah tiada. Meninggal pasca sebuah kecelakaan di rumah tinggalnya, Kamis malam, 19 Agustus 2010, sekitar pukul 20.45 WIB.

Kepergiannya menyisakan kenangan dan inspirasi kepada kita mengenai pentingnya kita berkreasi atau berkarya dengan cara tersendiri yang khas dalam mewarnai perhelatan dunia seperti dalam piala dunia sepak bola.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun