Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Menilik Calon Anggota Baru KIB

2 Desember 2022   11:43 Diperbarui: 2 Desember 2022   11:55 354 7
KOALISI Indonesia Bersatu (KIB) bakal punya anggota baru, itu sudah sering disampaikan. KIB akan semakin kuat, itu sudah sering pula dikemukakan. Tetapi, siapa anggota baru itu, itu yang masih menjadi pertanyaan. Pertanyaan yang makin membuat banyak orang penasaran menyusul penyampaian metafora terkait partai-partai baru itu.

Metafora terkait warna yang menjadi ciri dari partai-partai calon anggota baru KIB itu, sebagaimana diutarakan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, masih memantik tanda tanya besar. Mungkin saja sudah diraba oleh mayoritas kalangan partai, akan tetapi secara umum tetap membuat kening berkerut.

Warna merah, putih dan biru bisa menyasar ke sejumlah partai yang sebagian memang memiliki kesamaan. Merah bisa identik dengan PDIP, akan tetapi beberapa partai baik yang berada di parlemen atau non parlemen, juga punya seragam warna merah. Partai Solidaritas Indonesia (PSI), misalnya, partai non parlemen yang bercirikan warna merah juga.

Putih bisa mengarah ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Namun, putih juga menjadi warna utama dari seragam Partai Persatuan Indonesia (Perindo), parpol peserta Pemilu 2019 yang bersama PSI berada di luar parlemen.

Akan halnya biru, semua tahu, banyak orang partai yang berbaju biru, baik yang berada di parlemen atau tidak. PAN, biru, tetapi sudah di KIB, bersama Golkar dan PPP. Nasional Demokrat (NasDem) juga  biru, pun Demokrat.  

Airlangga Hartarto sangat cerdik saat mengetengahkan metafora warna sebagai bocoran dari calon anggota keluarga baru dari KIB. Kode keras yang disampaikan Airlangga Hartarto tak hanya membuat senang teman-teman media yang menghadiri acara pertemuan tiga petinggi KIB pada Rabu (30/11/2022) malam di Restoran Bunga Ramai, Menteng, akan tetapi di sisi lain menumbuhkan tanda-tanya di sebagian partai-partai peserta Pemilu 2024.  

Pemilu 2024 akan diikuti oleh 19 partai, yang terdiri dari sembilan partai parlemen, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Golkar, Gerindra, PAN, NasDem, Demokrat, PKS, PKB dan PPP. Lima partai dari peserta Pemilu 2019 yang tidak lolos ke parlemen, yakni PBB, Hanura, PSI, Perindo, dan Partai Garda Perubahan Indonesia (Garuda). Dan, empat partai baru yang lolos verifikasi, yakni Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Partai Buruh dan Partai Ummat.

Menyusul kode keras yang disampaikan Airlangga Hartarto diyakini adanya partai yang saat ini berada di parlemen dan partai non parlemen yang akan menjadi anggota baru KIB tersebut.

PDIP dan PKS yang paling ramai disebut-sebut sebagai calon anggota baru KIB itu, sebagaimana dijabarkan dalam tulisan terdahulu. Sejumlah petinggi KIB yang dikonfirmasi mengenai hal itu, juga dari kalangan pengamat, tidak memberikan kepastian.

"Saya tahu memang ada partai parlemen yang segera bergabung, tetapi tidak etis menyebutkannya sekarang," kata Drajat Wibowo dari PAN. Sementara, pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, menyangsikan kemungkinan PKS yang bergabung.

"PKS masih intensif menjalin komunikasi dengan NasDem dan Demokrat untuk membangun Koalisi Perubahan, jadi sangat diragukan jika PKS tiba-tiba ke KIB," ujar Ujang Komarudin, seperti dikutip media.

Terkait kemungkinan bergabungnya PDIP ke KIB sebenarnya sudah cukup lama diisyaratkan oleh para petinggi KIB, tak terkecuali Airlangga Hartarto. Elit Golkar termasuk yang paling rajin menjalin komunikasi dengan para pengurus partai moncong banteng.

PDIP, sebagai partai pemenang Pemilu 2019, sebenarnya sudah punya tiket langsung untuk mendaftarkan capres dan cawapresnya. Itu berbeda dengan delapan partai peserta Pemilu 2019 lainnya yang perolehan suara masing-masing tidak mencapai 20% presidental thresold (PT).

Oleh karena itu penggabungan partai-partai dalam sebuah koalisi menjadi sebuah keniscayaan. Kini, menatap Pilpres 2024, koalisi dari partai-partai tak sekadar mencari kawan seiring yang memiliki visi dan misi sama, akan tetapi juga tentunya dengan mempertimbangkan mampu meraih kemenangan pada kontestasi akbar politik tersebut.

Hal itu pula yang memungkinkan jumlah koalisi menjadi seminimal mungkin. Awalnya ada prediksi kemungkinan bisa adanya empat koalisi atau poros, tetapi dari dinamika yang terus berkembang sangat mungkin hanya akan ada dua koalisi, atau maksimal tiga.

Ada beberapa alternatif hitung-hitungannya. Jika PDIP benar-benar melepas haknya untuk mengusung capres dan cawapres sendiri dan jadi bergabung dengan KIB, itu berarti hanya akan ada maksimal tiga koalisi atau poros. Yakni, KIB, lalu Koalisi Indonesia Raya (KIR) yang bermaterikan Gerindra dan PKB, dan Koalisi Perubahan (KP) yang dibangun NasDem, Demokrat dan PKS.

Koalisi Perubahan otomatis tidak akan terbentuk seandainya salah satu partai pengusungnya menarik diri, sebut misalnya Demokrat atau PKS. Salah satu mundur, sekaligus juga membuat NasDem gigit jari untuk memajukan Anies Baswedan sebagai capres.

KIB, yang dibangun oleh satu partai nasionalis (Golkar) dan dua partai berbasis Islam (PAN dan PPP), mencoba meningkatkan kekuatan elektoralnya dengan terus berupaya menarik PDIP yang nasionalis atau PKS yang berbasis agama.

Belum lagi upaya mereka untuk menarik partai non parlemen seperti Perindo atau PSI, yang secara umum memiliki basis massa yang sama yakni anak muda. Kalangan pemilih milenial ini yang coba ditingkatkan ketertarikannya pada pemilu.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun