Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Pemaknaan Tradisi "Kupatan" terhadap Implikasi Perilaku Pro-sosial Masyarakat Desa Tambakasri Kecamatan Sumbermanjing Wetan

6 Desember 2021   10:50 Diperbarui: 6 Desember 2021   10:56 210 2
Observasi tentang tradisi kupatan yang dilakukan pada masyarakat Desa Tambakasri Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang merupakan upaya untuk mengetahui nilai kearifan lokal dalam kehidupan sosial. Masyarakat memaknai janur sebagai bahan utama pembuatan ketupat sebagai “ja-a- annur” / “telah datang cahaya” maksudnya setelah berpuasa manusia akan kembali kefitrahnya sedangkan ketupat atau kupat dimaknai dengan ngaku lepat (mengaku salah) dengan momen lebaran dimana semua orang mengakui kesalahannya maka memiliki nilai korelatif dengan filosofis lontong. Lontong diartikan dengan “olo e dadi kotong” atau “kejelekannya jadi kosong”. Benar saja tradisi saling memaafkan benar benar mendarah daging di masyarakat sehingga berdampak pada kehidupan sosial, yang dalam hal ini ditandai dengan adanya perilaku-perilaku pro-sosial di kalangan masyarakat. Tradisi ini selalu dijaga oleh masyarakat desa setempat dengan dilambangkan oleh “lepet” yang pembuatannnya selalu diikat, artinya kebaikan-kebaikan dan tradisi gotong royong (pro-sosial) harus selalu dijaga dan diikat dalam nafas-nafas kehidupan masyarakat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun