Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Menjadi Turis Bak Pencuri di Bangalore Palace

30 April 2013   11:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:22 1129 0

Setelah melalui jalan-jalan kota Bengaluru yang ramai, berliku, dan bising dengan suara klakson, oto atau bajaj berargo  pun akhirnya tiba di halaman Bangalore Palace yang luas. Sebenarnya ada jalan masuk ke dalamnya. Namun supir bajaj berhenti di depan pintu gerbang sehingga setelah membayar ongkos saya pun masih harus berjalan lebih dari 500 meter di bawah terik cuaca 36 derajat menuju ke Istana yang dari kejauhan tampak megah namun sedikit suram. Sementara berjalan, ternyata ada bajaj lain yang bisa masuk ke jalan di halaman dan berhenti tepat di dekat istana?

“Feel like a Royal ad you drive past the breath-taking Bangalore Palace in royal carriages from Mysore Royal Mews” , demikian tertulis pada sebuah baliho kecil yang terpampang pada sebuah pohon yang terletak di tepi jalan menuju istana.Sementara di halaman rumput yang sebagian tidak rata terlihat seekor sapi yang bebas berkeliaran. Sapi memang ada dimana-mana di India.!

Perjalanan dilanjutkan dengan santai dan perlahan menuju ke istana. Ketika semakin dekat ke istana,saya mengeluarkan kamera dan mencoba mengambil foto seluruh istana yang arsitekturnya mirip dengan Istana Windsor di Inggris ini. Tiba-tiba saja seorang satpam berseragam warna khaki dengan kumis baplang yang kelihatan garang berteriak:“No Picture please!”.

Teriakan ini membuat saya tertegun dan kaget karena baru kali ini menjumpai aturan dimana sebuah istana yang dijadikan tempat wisata tidak boleh difoto. Setelah didekati, satpam tadi berkata bahwa pengunjung harus ke loket dulu , membeli tiket, dan kemudian barulah boleh mengambil gambar istana ini. Ha ha….Lagi-lagi uang yang berbicara dan mengalahkan keramahan kepada turis yang membawa devisa .

Di beranda istana yang dijadikan tempat loket. Seorang wanita setengah baya melayani dengan setengah hati dan sedikit ketus.Harga tiket untuk orang asing yang lebih dari 450 Rupee sudah termasuk audio guide dalam pilihan berbagai bahasa.   Namun untuk kamera kita akan kena extra charge yang sangat mahal sehingga akhirnya saya hanya membayar untuk kamera ponsel saja yang hampir 270 Rupee. Ketika disodorkan selembar  uang seribu Rupee, lagi-lagi terdengar ketus kata, “No change”.

Istana ini sebenarnya cukup megah pada saat kejayaan Dinasti Wadiyor dahulu. Namun, keadaannya sekarang cukup menyedihkan, banyak ruangan dan perabotan yang sudah berdebu dan tampak tidak terawat. Saya tidak tahu kemana perginya uang tiket masuk yang sangat mahal untuk ukuran India itu. Bahkan orang India pun yang membayar hanya setengah orang asing merasa bahwa tiket masuk ke istana ini sangat mahal.

Di dalamnya kita dapat menyaksikan ruangan, lukisan. Dan juga foto foto jaman dahulu termasuk foto tentang perburuan harimau dan gajah. Bahkan dipamerkan juga kursi-kursi yang terbuat dari kaki gajah. Namun walaupun di setiap tempat kita bisa mendengarkan cerita melalui audio guide, yang membuat kunjungan sangat tidak nyaman adalah petugas yang terus mengawasi dan seandainya kita memotret mereka akan terus bertanya apakah kita telah membeli tiket untuk foto.

Singkatnya, walaupun istana ini cukup menghibur dan informatif  karena bisa membuat kita lebih mengenal kehidupan 25 maharaja Dinasti Wadiyor yang pernah tingal di istana ini, namun tiket yang mahal dan pegawai yang kasar serta tidak sopan membuat kunjungan ini merupakan salah satu pengalaman yang paling tidak menyenangkan selama menjelajah ibukota negara bagian Karnataka ini.

Akhirnya, sebelum meninggalkan tempat ini , sayapun sempat mengabadikan beberapa kereta kerajaan yang diparkir di halaman dan juga foto istana secara keseluruhan.Kali ini, saya mengambil foto di dekat petugas keamanan yang pertama menegur sambil memperlihatkan tiket dan ijin memotret yang dibeli dengan total harga lebih dari 800 Rupee.

Apa boleh buat, ini lah Bengaluru, Inilah India, Nikmati saja dengan selalu tersenyum!

Bengaluru, April 2013

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun