Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Suatu Senja di Rutan Salemba

3 Mei 2012   02:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:48 2034 1

Hari sekitar pukul 3 sore ketika saya ,melangkahkan kaki memasuki halaman Rutan Salemba yang terletak di jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat ini.Sebuah menara pengintaiberbentuk bundar dan setinggi kira-kira 10 meter menyambut saya dengan dingin , menara ini terletak di samping rutan kelas I yang merupakan salah satu rutan terbesar di Jakarta.

Dari halaman samping saya masuk menuju halaman melalui pintu yang terbuat dari pagar kawat. Tampak kerumunan orang masih ramai di sini. Saya perhatikan halaman yang luas dengan beberapa kendaraan yang parkir dan sebuah pohon tua berada di pinggir pagar yang tinggi. Saya mendekati pagar luar yang membatasi halaman rutan dengan jalanPercetakan Negara.

Sebuah prasasti besar terpampang dengan manis berisikan “Tri Darma Petugas Pemasyarakatan” yang isinya semacam ikrar para sipiruntuk menjadi pengayom, selalu bertindak adil dan juga menjadi suri tauladan. Benar-benar suatu tri dharma yang hebat dan mulia, Di sebelahnya ada sebuah prasasti lain yang bertuliskan “Tidak ada pekerjaan yang sempurna, maka sempurnakan cara kerja kita”.

Dari kejauhan ini, saya perhatikan gedung utama rutan paling terkenal di Indonesia ini. Bahkan mantan Putri Indonesia , Angelina Sondakh, yang sedang terkena kasus Wisma Atlet, juga ditahan disini walaupun dilokasi kelas jauh alias cabang KPK. Sepintas, bentuk gedung utama ini memiliki arsitektur yang mirip model Art Deco yang popular pada permulaan abad ke duapuluh dengan banyak jendela kecil dari kaca yang memberi kesan sebagai sebuah gedung berlantai banyak walaupun rutan ini hanya berlantai dua,

Saya berjalan mendekati ke sebuah beranda dimana ada berberapa kursi tempat menunggu. Masih ada beberapa orang yang duduk dengan sabar di tempat ini. Saya layangkan pandangan ke seluruh penjuru dan tertarik dengan sebuah plakat berwarna hitam yang tertempel di dinding yang didominasi warna abu-abu dan keramik berwarna ungu di bagian bawahnya. Sebuah spanduk bertuliskan hari bhakti pemasyarakatan tertanggal 27 April 1964 -27 April 2012 pun tergantung di dekat ruang tunggu ini,

“Dengan Rahmat Tuhan YME telah diresmikan loket layanan kunjungan Rutan Kelas I Jakarta Pusat hasil renovasi 2012”demikian bunyi plakat yang ditandatangani pada 2 April 2012 itu. Wah ternyata loket ini belum berusia satu bulan, fikir saya dalam hati.Pantas kelihatan cukup rapih dan bersih.

Hamparan pengumuman bertebaran di sekitar loket. Yang pertama adalah sebuah mesin otomatis untuk mengambil nomer antrian. Kemudiansebuah papan besar berisi jadwal kunjungan dari senin sampai minggu kecuali hari Jumat dimana rutan ditutup untuk kunjungan. Dijelaskan juga bahwa dalam kunjungan ini sama sekali tidak dipungut biaya, tidak boleh membawa makanan, mesti meninggalkan kartu identitas dan lain sebagainya.

Tepat di atas plakat peresmian renovasi, juga ada sebuah pengumuman yang isinya menyebutkan bahwa pelayanan kunjungan tidak dipungut biaya. Selain itu dijelaskan juga bahwa pengunjung dilarang memberikan suap kepada petugas dan sebaliknya petugas juga dilarang melakukan pungutan liar.

Di dekat loket penukaran nomer kunjungan banyak tertempel tata tertib kunjungan dan pengumuman lainnya yang berisi daftar barang yang tidak boleh dibawa oleh pengunjung. Tetapi yang menarik , adalah loket ternyata sudah tutup walaupun waktu baru menunjukan pukul 3 lewat 15 menit, sementara tertulis waktu kunjungan sampai dengan pukul 16,oo.

“loket ditutup pada pukul 15, dan saya juga baru tiba lima menit yang lalu,” demikian keterangan seorang ibu setengah baya yang kelihatan datang bersama suaminya dan juga beberaoa orang keluarga yang lain. Ternyata sabtu sore itu lalulintas di sekitar Rutan cukup padat sehingga banyak juga pengunjung yang terlambat tiba sehingga tidak dapat berkunjung.

Akhirnya si ibu pun bercerita bahwa dia sedang mengunjungi anaknya yang baru berusia 18 tahun dan terkena kasus narkoba. Sang anak tertangkap polisi sewaktu membawa sedikit narkona. Dan saat ini baru saja dua minggu dipindahkan ke rutan ini setelah sekitar dua bulan di tahan di salah satu polsek di Jakarta Pusat.

Selanjutnya di sini sang anak tinggal menunggu proses sidang dengan harapan nantidapat divonis dengan ditempatkan di pusat rehabilitasi yang diselenggarakan oleh BNN atau Badan Narkotika Nasional. Karena seandainya sampai dihukum, sang anak akan semakin rusak bergaul dengan penghuni penjara dari bermacam ragam latar belakang.

Saya terus duduk dan memperhatikan ke sekeliling. Sementara di pintu masuk tampak banyak orang yang keluar satu persatu dimana mereka dicek ulang kembali dengan mencocokan KTP dan wajah sang pengunjung,

Jangan paksakan petugas kami untuk menerima sogokan bila anda ingin mendukung pemerintah dalam pemberantasan korupsi.”Demikian kata-kata yang agak sedikit tendensius tertulis pada sebuah spanduk yang digantungkan pada pagar kawat di dekat pintu masuk kecil menuju ruang dalam rutan jelas satu ini, Isinya kurang adil seakan akan yang bersalah adalah masyarakat yang memberikan sogokan.

Saya terus berjalan-jalan di halaman sambil memperhatikan orang-orang yang keluar dari dalam. Ada seorang ibu muda yang membawa anak kecil, kebanyakan adalah keluarga yang terdiri dari orang tua mau pun muda silih berganti keluar rutan.

Akhirnya , hari makin sore dan halaman rutan ini pun makin sepi sehingga saya pun melangkahkan kaki meninggalkan tempat ini. Suatu senja di rutan salemba yang memberikansuatu pengalaman berharga tentang arti kebebasan

Foto-foto: dokumentasi pribadi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun