Anda pilih mana, meningkatkan kekuatan atau memperbaiki kelemahan.
"Dua-duanya dong Pak."
Menurut Saya, kita harus pilih salah satu. Kenapa? Waktu dan sumber daya kita terbatas, sehingga tidak bisa pilih dua-duanya.
Katakanlah Anda mahir baca syair misalnya, tapi lemah dalam berhitung.
Pilihan pertama, Anda asah dan tingkatkan skill suara dari yang awalnya 7, meningkat menjadi 8 atau 9.
Pilihan kedua, Anda perbaiki kekurangan dalam hal berhitung. Jika saat ini kemampuan berhitung Anda 5, maka kalaupun berhasil meningkatkannya, paling banter hanya berada di level 6 atau 7 alias rata-rata.
Anda pilih yang mana. Pilihan pertama atau kedua.
Kalau Saya, mending pilih yang pertama karena untuk jadi pemenang, kita perlu keahlian di atas rata-rata.
"Lantas untuk menutupi kelemahan berhitung?"
Saya akan cari mitra yang jago dalam urusan hitung-hitungan. Beres.
Memperbaiki kelemahan hanya akan merubah dari level bawah menjadi rata-rata alias orang kebanyakan. Sedangkan meningkatkan kekuatan akan merubah diri kita dari orang rata-rata menjadi di atas rata-rata.
Kata Einsten, semua orang jenius. Namun jika anda menilai kemampuan ikan untuk memanjat pohon, maka itu adalah hal yang bodoh.
Orang jenius sekalipun, ia hanya mampu dalam satu atau beberapa bidang saja. Mustahil semua hal jenius. Right? Artinya, ia mengasah apa yang menjadi kelebihannya, bukan berfokus pada kekurangannya.
Jangan melatih ular kecil untuk melilit. Jangan pula melatih ular besar untuk mematuk.
Jangan meminta Rossa ngelawak. Jangan pula meminta Cak Lontong menyanyi.
Semua pada porsinya masing-masing. Berfokuslah untuk meningkatan kekuatan.
Ada pilih yang mana?
