Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Munir ? Tidak Lupa !

4 Maret 2012   06:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:31 183 1

Lelaki ini bernama lengkap  Munir Said Thalib, dilihat dari namnya sepertinya dia bukan keturunan asli orang Indonesia, dan benar, setelah saya cek di Google dia memang keturunan seorang arab meski begitu ia dilahirkan di Bumi Indonesia tepatnya di  Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965. Ia meninggal pada 7 September 2004 di Pesawat Garuda Jakarta-Amsterdam yang transit di Singapura. Kematiannya sangat lekat dengan misteri meskipun dari hasil otopsi dapat disimpulkan bahwa penyebab kematiannya karena terkonsumsi racun arsenik dalam penerbangan menuju Belanda untuk melanjutkan studi masternya di bidang hukum.

Ternyata Kontribusinya dalam penanganan kasus yang menyangkut hak asasi manusia sangatlah besar, mungkin sudah banyak yang tahu, Ia seorang yang tidak mengenal rasa takut dalam memperjuangkan keadilan, ancaman yang ia dapatkan karena imbas dari seluruh aktivitasnya dibidang HAM tentu tidak ringan, berbagai teror serta ancaman kekerasan dan pembunuhan terhadap dirinya beserta keluarganya berulang kali ia terima, apalagi ketika masih orde baru, aktivitasnya ia bisa dikatakan sangat-sangat beresiko, namun begitu ia tetap teguh dengan pendiriannya untuk terus memperjuangan keadilan.

Misteri kematian Munir hingga saat ini masih bergulir, 7 tahun seakan menjadi waktu yang terlalu singkat untuk membongkar misteri ini, dua orang yang sempat ditangkap yaitu Muchdi Purwoprandjono dan Pollycarpus karena diduga terlibat pembunuhan munir dibebaskan oleh pengadilan (MA) dengan memberi remisi bertubi atas alasan yang tidak jelas (Kompas). Pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden yang sekarang seolah enggan untuk menuntaskan masalah ini, hal ini berdampak pada pelemahan hukum terhadap para individu yang seharusnya dimintai pertanggungjawaban. Wong kasus-kasus yang terjadi seminggu atau sebulan yang lalu saja penyelesainnya berantakan, apalagi yang sudah bertahun-tahun. Menilik fakta tersebut tampaknya sia-sia belaka harapan kita kepada pemerintah, meskipun begitu, tidak seharusnya kita berputus asa, kita harus malu kepada almarhum yang sampai sampai ajal menjemput ia masih tetap dalam kondisi memperjuangkan keadilan.  Mari, sebagai wujud penghargaan kita kepada Munir, kita kurangi atau kalau bisa hilangkan sama sekali tindak kekersan dari perilaku kita sehari-hari. Saya yakin –entah apa yang mendasari keyakinan saya- bahwa Munir akan menangis disana, jika orang-orang yang memperjuangkan keadilan untuknya justru berbuat kekerasan didalam perjuangannya, yang ia butuhkan bukan itu, sungguh, Ia ingin melihat rakyat bangsanya ini hidup dengan rukun, saling menghormati dan menghargai, biarl saja jika pemerintah malas menuntaskan kasus ini, tapi kita jangan ikut-ikutan malas untuk terus membumikan cita-cita luhurnya di Bumi Nusantara ini.

“Keberanianmu mengilhami jutaan hati….

Kecerdasan dan kesederhanaanmu… jadi impian…

Pergilah kau… dengan ceria…

Sebab kau… tak sia-sia…

Tak sia-sia…

Pendekar !!! “

Musik : Iwan Fals - Pulanglah

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun