Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Kampus Merah Menyatukan Kami

3 Desember 2021   17:01 Diperbarui: 3 Desember 2021   17:31 773 1
DIA senior, sementara saya yuniornya. Kami pernah sama-sama di bawah payung perguruan tinggi yang sama. Kami para alumni, mengenalnya dengan sebutan kampus merah. Sebuah kampus elit di kota Daeng, Sulsel. Tapi kami berjarak kuliah, tapi di tempat yang sama.

Semua yang pernah kuliah di Makassar apa pun nama kampusnya, pasti akan tahu bagaimana hubungan senior - junior di kota ini. Sebuah kota yang identik dengan tawuran mahasiswanya, tapi kuat solidaritasnya. Di kota ini, mereka bisa menghunus pedang ke langit jika kawannya di ganggu. Mereka akan merasa bersaudara jika berada di bawah payung lembaga yang sama. Hubungan baik itu tidak hanya berlaku selama menjadi mahasiswa, tetapi berurat nadi hingga sampai kehidupan di luar kampus.

Mungkin semangat itulah yang menguatkan hubungan baik saya dengan senior cantik ini. Saya tidak pernah di ospek olehnya, tapi dia pernah menjadi bagian dari keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah, Universitas Hasanuddin. Di sinilah dirinya pernah berproses selama mengembang amanah menjadi mahasiswa di zamannya.

Bagi mereka yang pernah berorganisasi paham betul bagaimana didikan senior kepada yuniornya di kampus-kampus Makassar. Mereka didik ala militer hingga membentuk watak yang keras terhadap ketidakadilan, dan lembut pada urusan kemanusiaan, terlebih persaudaraan.

Kami jarang bertemu. Bahkan sabang tahun baru bisa bersua, itu pun tidak pernah direncanakan. Selain karena beliau sibuk menjadi pendidik, juga saya yang disibukkan dengan handphone di tangan. Maklum saya hanyalah pemuda yang selalu disibukkan dengan mengulur layar handphone setiap saat. Sementara senior yang berdomisili di Desa Tembalae, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu ini merupakan guru yang cukup sibuk di sekolah tempatnya mengajar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun