Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Refleksi Seorang CGP Memahami Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

25 Oktober 2022   12:15 Diperbarui: 25 Oktober 2022   19:55 769 2
Taman Siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh RM. Suwardi Suryaningrat atau dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru dikenal sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara setelah beliau mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh Maria Montessori di Italia dan Rabindranath Tagore di India dan Benggala.  Patrap Triloka memiliki unsur-unsur yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Seiring dengan ditetapkannya Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional, ketiga semboyan dalam Patrap Triloka pun  menjadi jiwa dari pendidikan nasional di Indonesia. Dalam kaitannya dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin yaitu :
Ing ngarso sung tulodo berarti yang di depan menjadi contoh/ panutan. Seorang pemimpin hendaknya menempatkan dirinya sebagai panutan, bahwa apapun langkah-langkah hingga kepada penentuan keputusan yang dilakukannya akan menjadi contoh dikemudian hari bagi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya. Sehingga dalam penentuan keputusan terutama yang menyangkut dilema etika, seorang pemimpin harus memberikan tindakan dan perkataan yang terpuji dan berlandaskan nilai kebajikan universal.
Ing madya mangun karso berarti di tengah berbuat penjalaran (keseimbangan). Seorang pemimpin dalam menerapkan pengambilan keputusan hendaknya menempatkan dirinya pada posisi seimbang antara dua pilihan dilema etika, Tidak memihak kepada sebuah pilihan, apalagi melibatkan ego atau kedekatan emosional. Selain itu dalam penentuan keputusan selayaknya mempertimbangkan prinsip melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda. Artinya, seorang pemimpin harus mampu menempatkan dirinya dalam posisi masing-masing antara dua kepentingan dilema etika tersebut. Melihat sebuah kasus dari sisi berbeda, dengan maksud agar semakin banyak pertimbangan nilai-nilai kebajikan yang menjadi bahan dalam penentuan keputusan.
Tut wuri handayani berarti di belakang membuat dorongan. Seorang pemimpin dalam melakukan langkah pengambilan keputusan diharapkan mampu mendorong munculnya ide-ide pendukung dari para penentu kebijakan di sekolah ataupun orang-orang yang terlibat dalam dilema tersebut.  Ide-ide tersebut lahir dalam proses kolaborasi ketika melakukan langkah penentuan keputusan terkait dilema etika. Sehingga dalam hal ini seorang pemimpin bukan memaksakan sebuah keputusan namun keputusan tersebut lahir akibat dari langkah-langkah penentuan keputusan dengan mempertimbangkan prinsip dan paradigma serta dasar-dasar dalam pengambilan keputusan.  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun